Two

54 6 1
                                    

Glen menghempas kasar tangan gadis ah ... atau tepatnya wanita yang dicap sebagai syaiton oleh Ikbal, pria berparas tampan berwajah datar itu menatap tajam wanita bernama Safana Andini yang telah berani menyentuhnya.

"Gue peringatan sekali lagi sama lo, jauhi gue dan jangan pernah bertindak murahan di depan gue, ngerti?" tekan Glen dengan aura menakutkan.

"Aku cinta sama kamu, Glen!" balas Safa tak tau malu.

"Gue nggak!" tukas Glen datar kemudian pergi dari hadapan Safa. Ikbal, Jay, dan Roky yang mendengar penolakan Glen akan ungkapan Safa pun terbahak keras diikuti oleh seluruh siswa-siswi yang berada di sana, hal itupun berhasil membuat Safa berdecak kesal karena malu ditertawakan oleh semua orang.

"Kyaa ... kasian banget sih ditolak babang Glen, kalau gue sih malulah yaa ... mau ditaroh di mana muka gue!" teriak Ikbal tertawa mengejek Safa yang semakin malu.

"Udahan dulu ngejek cabenya, kita susul bos Glen dulu. Bel udah mau bunyi, mendingan kita ke kelas." Ikbal dan Jay mengiyakan saja ajakan Roky sebab, mereka pun tak ingin terlambat masuk kelas, terutama Ikbal yang berstatus murid baru.

***
"Selamat pagi anak-anak, kumpulkan buku catatan, buku paket, handphone kalian semua di depan dan siapkan kertas juga alat tulis, kita ulangan sekarang!" Perkataan guru Kimia yang bernama Lilis membuat semua murid di kelas XI MIPA 1 menghela napas panjang.

Gimana nih? Gue belum belajar.

Sama, gue juga belum belajar sama sekali, gimana dong?

Astaga, ni guru nyebelin amat sih!

Dan banyak lagi keluhan-keluhan siswa-siswi tersebut dengan hebohnya, berbeda dengan Glen yang santai-santai saja mendengar perkataan bu Lilis sang guru Kimia. Saat bu Lilis sibuk mengambil buku catatan, buku paket, dan handphone muridnya, Ikbal selaku murid baru mengangkat tangannya.

"Mohon maaf Bu, saya adalah murid baru di sekolah ini, sehingga saya masih belum menerima materi sedikitpun untuk persiapan ulangan harian ini."

Bu Lilis menghentikan kegiatannya, "Ah, ya. Siapa namamu?"

"Muhammad Ikbal, Bu."

"Baik, Ikbal. Karena kau adalah murid baru, maka kau tidak akan mengikuti ulangan harian ini, tetapi kau saya beri materi dan beberapa soal untuk dicatat."

"Siap, Bu."

"Kemarilah!" Ikbal menghampiri gurunya dan mulai melaksanakan tugas yang diberikan oleh Bu Lilis padanya.

Jay dan Roky yang melihat Ikbal hanya mengerjakan soal dan materi biasanya hanya mendengkus kesal, bagaimana tidak kesal? Di saat mereka dipusingkan oleh ulangan dadakan yang pasti soal serta jawabannya begitu panjang lagikan meresahkan, Ikbal tak perlu pusing memikirkan jawaban beranak-cucu dari soal yang diberikan.

"Jangan iri pada Ikbal, kerjakan dan keluar!" tukas Glen seakan mengetahui pemikiran kedua sahabatnya.

Mendengar kata keluar, semangat Jay dan Roky untuk segera menyelesaikan ulangan dadakan di depannya bangkit begitu saja. Mereka senang karena pada akhirnya setelah beberapa minggu bersandiwara menjadi anak rajin yamg menjengkelkan akan selesai, sehingga mereka bisa kembali pada aktivitas mereka, yaitu bolos pelajaran sampai waktu istirahat tiba.

Satu jam berlalu, akhirnya Glen dan kawan-kawan bisa menyelesaikan ulangan dadakan mereka dengan baik, ya ... walaupun Jay dan Roky tidak benar-benar menjawab atau bisa dikatakan keduanya menjawab soal yang ada dengan asal-asalan, asalkan bisa selesai dan bisa keluar tidak masalah.

"Hwaaa ... akhirnya soal ini bisa gue jawab juga, apa pun hasilnya bodo amat asal gue bisa istirahat sejenak!" Seruan Jay yang begitu kuat membuat bu Lilis yang tengah mengecek lembar ulangan milik kelas lain menatap tajam anak didiknya yang memang sejak dulu tak pernah berubah, selalu menjengkelkan dan biang onar!

"Jay, jangan membuat ulah!"

"Yaelah, Bu ... saya gak bikin ulah lho ... saya hanya mengeluarkan isi hati saya dan semua murid di kelas ini. Ye gak, gengs?" sahut Jay dengan tidak depannya.

"Jay .... "

Kring ... kring ... kring ....

Yeayy!

Ucapan bu Lilis terpotong oleh bel pergantian pelajaran dan sorakan murid di kelas XI MIPA 1 sehingga mau tak mau bu Lilis menghentikan ucapannya dan membereskan buku serta lembar kerja anak didiknya.

Sebelum guru mapel lain datang, Glen dan kawan-kawan langsung beranjak dari tempatnya untuk pergi ke rooftop untuk sekadar merokok dan melakukan hal lain guna menghilangkan kebosanan mereka.

Ceklek.

"Glen, mau rokok, gak?" Roky menawarkan rokok pada Glen yang duduk dengan santai menikmati angin sepoi-sepoi yang membelai manja wajah tampannya.

"Gak."

"Tumben banget gak mau, kenawhay?" tanya Jay heran. Sebab, selama ini Glen tidak pernah menolak jika ditawarkan rokok atau bisa dikatakan bahwa Glen adalah perokok aktif di antara mereka bertiga dan sekarang, pria itu menolak tawaran rokok dari Roky sahabatnya.

"Gue berhenti rokok!"

"What?"












Next jangan?

Bad Boy Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang