Thirty Two

23 3 0
                                    

Suasana duka tampak jelas di area pemakaman bu Sari, semua orang yang hadir mulai mengikuti prosesi pemakaman dengan khidmat dan tenang, Glenn membantu para warga menurunkan jenazah sang Ibu dengan hati yang teriris, jangan lupakan air mata yang senantiasa membelai wajah tampannya.

Agaknya, langit pun turut sedih atas kepergian bu Sari, awan hitam menghiasi langit biru dan tak lama kemudian, hujan mulai turun membasahi bumi setelah jenazah benar-benar dikebumikan juga tertutup tanah serta taburan kelopak bunga.

Semua orang pergi dari pemakaman, tersisalah Glenn, Jack, dan Luna yang masih berlutut di hadapan makam bu Sari tanpa peduli hujan deras yang mengguyur tubuh ketiganya. Hati Luna dan Jack turut sedih mendengar kabar duka ini, tetapi hati mereka tak sesakit dan sehancur Glenn yang telah tinggal bersama bu Sari sejak pria itu masih bayi.

"Luna, hujan semakin deras. Kamu ke mobil dulu, ya?"

"Eum, tapi Abang .... "

"Abangmu biar Papa yang urus, kamu ke mobil aja dulu gak papa. Ingat, kamu lagi hamil, Sayang."

"Yaudah, Pah. Luna ke mobil dulu, Papa dan Abang Glenn juga cepet ke mobil, ya ... lama diguyur hujan juga gak baik buat kesehatan Papa dan Abang Glenn. Bang, Kian ke mobil dulu, ya?"

Glenn hanya melirik adiknya sekilas, dengan wajah pucatnya Glenn mengangguk lesu dan kembali menatap makam ibunya disertai air mata yang tak dapat dihentikan. Luna menganggukkan kepala, "Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam," balas Jack tersenyum tipis.

"Glenn, kita kembali yuk! Nanti kita balik lagi ke sini, ya?" ajak Jack menyentuh pundak lebar putranya pelan.

Glenn menggeleng, "Nggak, Pa ... Glenn gak mau pergi dari sini. Nanti kalau Ibu sedih Glenn tinggal gimana, Pa? Glenn gak mau Ibu sedih, nanti kalau Ibu kedinginan siapa yang peluk Ibu? Kalau Ibu ngerasa gelap di bawah sana gimana, Pa?"

Deg!

"G ... Glenn .... "

"Pah, kita di sini, ya? Kasihan Ibu sendirian di bawah sana, Pah. Glenn gak mau Ibu sendiri dan kedinginan di bawah sana, Pah ... gimana kalau ada ular di bawah sana? Pah, ibu takut ular lho, Pah ... ayo kita tungguin di sini, Pah!"

"Glenn, istighfar, Glenn ... kita .... "

Brugh!
"Ya Allah, Glenn!"

Melihat putranya yang jatuh tak sadarkan diri, Jack langsung beranjak dari sana dan menggotong putranya ke mobil untuk segera dibawa ke rumah sakit. Sumpah demi apa pun, Jack tak kuasa melihat ketidakberdayaan sosok putranya yang dingin, cuek, lagikan tegar di hadapannya ini.

"Pah, Abang kenapa?" tanya Luna khawatir.

"Abang kamu pingsan, Lun. Mungkin dia kelelahan dan terlalu banyak pikiran, kamu tentu paham banyak masalah yang dibuat mama kalian pada keluarga kita, terutama pada mendiang bu Sari sehingga beliau tiada," jawab Jack menghela napas panjang.

Luna menganggukkan kepala, "Luna paham, Pah. Luna gak nyangka juga mama bisa senekat ini buat merebut harta Keluarga George dengan menjatuhkan mental Abang secara perlahan, Luna di belakang ya Pah, sama Abang? Boleh?"

"Baiklah, ayo kita ke rumah sakit segera demi kesehatan Abang kamu."

***
Jack termangu di samping brankar Glenn dan mulai mengelus rambut hitam legam milik putranya dengan lembut lagikan penuh kasih sayang.

"Ibu ... bu ... jangan tinggalin Glenn, bu ... jangan ... Glenn gak mau kehilangan Ibu ... Glenn gak mau sendiri ... ibu ... cukup mama yang tinggalin Glenn ... jangan ... ibu ..., " racau Glenn dengan mata yang masih tertutup, tetapi air mata yang turut mengalir di wajahnya.

"Segitu sayangnya kamu sama mendiang bu sampai-sampai di alam bawah sadarmu kau tetap meraung dan sakit seperti ini, maafin Papa ... maafkan Papa yang sudah menorehkan luka dalam hatimu, Nak ... maafkan Papa ... Papa bukanlah orang tua yang baik, maaf ..., " sesal Jack turut sedih mendengar racauan putranya.

"Pah, Papa gak boleh ngomong gitu ... Papa udah sadar dengan segala kesalahan Papa dan berusaha menjadi Papa yang baik buat Luna sama Abang, jangan merasa bersalah gini, ya? Papa harus kuat, setidaknya demi Abang Glenn yang amat terpukul atas kematian bu Sari, tugas Papa adalah menguatkan hati Glenn menggantikan almarhumah bu Sari, ya Pah?" balas Luna memeluk tubuh pria paruh baya di hadapannya.

"Kamu benar, terima kasih Sayang ... Papa akan berusaha menguatkan Abang Glenn menggantikan peran bu Sari, terima kasih, Sayang .... "

Luna tersenyum senang, "Sudah tugas Luna sebagai putri Papa untuk senantiasa berada di sisi Papa apa pun dan bagaimanapun keadaan Papa juga keluarga kita. Luna yang harusnya berterima kasih kepada Papa, karena Papa sudah mau menerima Luna di hidup Papa serta menganggap Luna putri kandung Papa sendiri meskipun Luna adalah anak hasil hubungan gelap Mama bersama Hendrik, kekasih mama."

"Shutt. Luna gak boleh ngomong gitu, Luna adalah anak Papa, terlepas siapa ayah kandung Luna dan karena apa Luna dilahirkan. Luna juga Abang Glenn adalah malaikat kecil Papa, kalian adalah separuh jiwa Papa yang mana kala kalian jauh dari Papa, maka Papa akan merasa begitu sakit sehingga rasanya Papa lebih baik mati daripada jauh ataupun kehilangan kalian berdua," tutur Jack tulus.

"Luna sayang Papa, i love you, Pah!"




























Next jangan?

Bad Boy Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang