Twenty Five

23 4 0
                                    

Setelah mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, Luna tidak langsung pulang dan asik bercanda dengan teman-temannya. Tentu bagi siswa-siswi yang memasuki jenjang akhir sekolah, atau SMA situasi ini adalah hal yang sangat mereka rindukan nantinya, yaitu kebersamaan kala kerja kelompok ataupun kebersamaan ketika di sekolah.

Lista menatap Luna intens penuh akan rasa penasaran tinggi, sehingga hal itu mengusik orang yang ditatap olehnya. Luna pun bersuara, "Kenapa liatin gue gitu amat, sih? Ada hal yang ganggu pikiran lo tentang gue, ya?"

Lista berdecak kagum, "Lo kok bisa tau, sih? Atau jangan-jangan ... Lo cenayang, ya?" tuding gadis itu.

"Nggaklah! Gue bukan cenayang, cuma muka lo aja yang mudah kebaca. Apa yang lagi ada dalam pikiran lo tentang gue?"

"Gue cuma bingung plus penasaran aja sih, Lun. Lo kan murid baru ya, kok bisa sih langsung punya hubungan gitu sama kak Glenn? Sebelum ini kalian udah saling kenal atau gimana? Bahkan nih yaa Sekali nya berhubungan langsung menyandang status sebagai istri dari seorang Glenn Gevaro George loh, kita kagetlah pas tau hal itu!" terang Lista membuat Luna tersenyum kecut tanpa disadari oleh siapa pun.

Dasar abang Glenn sialan! Ini nih yang bikin gue kesel, gimana gue jelasinnya, coba? Jelas-jelas kita tuh adek-kakak, kenapa dengan seenak jidat dia ngeklaim gue sebagai istrinya? Awas aja lo bang, gue hajar lo di rumah! -gerutu Luna dalam batinnya.

"E ... eum ... gimana, ya jelasinnya? Sebenarnya ... sebelum ini gue tuh tinggal di luar kota, terus gue sama bang Glenn ketemu pertama kalinya di Bandung, saat itu dia lagi ikut papanya periksa keadaan proyek di sana. Katanya sih, hitung-hitung belajar tentang proyek perusahaan sebelum resmi jadi CEO pengganti papanya gitu. Dan ya ... akhirnya kita saling suka dan kedua orang tua kita memutuskan untuk menjodohkan kita berdua," papar Luna yang tentu saja hanyalah kebohongan belaka.

Dengan harap-harap cemas, Luna menampilkan wajah meyakinkannya agar tidak ada seorang pun yang menyadari kebohongannya. Jika sampai Lista, Lidya, Hery, dan Viraz mengetahui kebohongannya, maka habislah hidupnya dalam sandiwara meresahkan ini.

"Owhh gitu tohh bisa dibilang C triple P ya guys yaa," simpul Lidya.

"C triple P? Apaan, tuh?" timpal Hery.

"Iyya, C triple P, Cinta Pada Pandangan Pertama guyss!"

"Jiakhh, sa ae lo Lidi!"

"Nama gue Lidya ya Heryanjing! Lidya!"

"Dan nama gue Hery, bangsat! Bukan Heryanjing! Dasar lo, lidi! Udah kurus, kek lidi, hidup lagi! Ke mana aja lo pas pembagian daging dan lemak? Disandera jin neraka?" sarkas Hery menatap kesal Lidya yang kini wajahnya kian memerah padam.

Tanpa perasaan, Lidya bangkit dari duduknya dan langsung menyambar dan menarik kuat rambut hitam legam milik Hery hingga sang mpu berteriak kesakitan. "Hwaa dasar lo Heryanjing! Mati lo bangsat, mati! Gue sumpain di masa depan lo cinta mati sama gue, anjing ... bangsat lo!" hardik Lidya.

"Woy, lepasin tangan lo dari rambut gue lidi, sakit ini oy! Heh, lepasin!"

"Eh, udahlah ... masa kalian tengkar, sih? Udah Lidya, astaga! Bisa botak si Hery nanti!" lerai Lista berusaha menarik tubuh Lidya.

"Gak akan! Ni cowok udah bener-bener bikin gue kesel, Ta ... gue gak akan lepasin dia! Biarin aja dia botak, biar jadi bujang lapuk sekalian!"

"Aduh, udah stop Lidya. Kasian si Hery," ujar Luna berusaha membantu Lista.

Akhirnya, mereka berhasil menarik Lidya menjauh dari Hery, jangan tanyakan bagaimana kondisi Hery saat ini. Pria itu tengah meratapi beberapa helai rambutnya yang rontok akibat serangan ganas dari teman sekelasnya itu.

Untuk mencairkan suasana, Luna kembali membuka suara. "Eum ... kalian percaya sama gue, 'kan?"

"Percaya!"

Luna menghela napas panjang seraya tersenyum lega, akhirnya kebohongan yang dia rangkai dapat dipercaya oleh teman-temannya. Namun, tanpa Luna sadari salah satu dari mereka menatap tajam penuh akan dendam, amarah, serta kebencian yang mendalam padanya.

"Eum, gue izin ke toilet bentar ya guys yaa. Lista, gue minjem toiletnya, ya?"

"Aduh Luna ... lo kalau mau ke toilet mah ke toilet aja, gak perlu izin minjem segala kali, kaya sama siapa aja lo! Gih cepetan, entar yang ada lo kebablasan dan ngompol di sini lagi, kan bisa berabe urusan!" tukas Lista yang disambut tawa oleh teman-temannya.

Akhirnya, Luna pergi dari hadapan teman-temannya secepat kilat menghalau rasa malu akibat ucapan teman meresahkannya itu. Setelah menuntaskan niatnya, Luna keluar dari kamar mandi dan hendak beranjak dari tempatnya, tetapi niatnya terurung kala Viraz mencegah langkahnya dengan senyum menawan di wajah pria itu.

"Viraz? Lo mau ke kamar mandi juga? Silakan, gue udah selesai!"

"Nggak sih, gue mau ngambil minum doang."

Luna mengernyit bingung, "O ... oh, yaudah. Gue ke depan dulu!"

"Eh, tunggu Lun!"

"Ada apa?"

"Kita bisa bicara bentar, gak?" Entah mengapa firasat buruk menyertai diri Luna, tetapi buru-buru Luna mengenyahkan pikiran nan firasat buruk tersebut dan mengiyakan ajakan Viraz.

"Apa yang mau lo bicarakan?" tanya Luna kala mereka telah duduk di meja makan.

"Apa ... gak ada lagi kesempatan buat gue masuk ke hati lo?"

"Sorry, Viraz. Gue udah bersuami dan lo tau itu, gue gak mau ngekhianatin ikatan suci pernikahan gue sama bang Glenn, seperti yang lo tau bahwa pernikahan adalah hal sakral yang dilakukan sekali seumur hidup."

"Kalau lo gak bisa nerima gue dan gue gak bisa miliki lo, maka jangan salahkan gue kalau nantinya Glenn akan benci lo!" gumam Viraz yang masih bisa didengar oleh Luna.

Luna bangkit dari duduknya dan menatap penuh waspada pria di hadapannya, "Maksud lo apa, Viraz? Jangan macam-macam! Atau kalau nggak .... "

"Kalau nggak, apa? Lo mau teriak? Silakan! Anak-anak gak akan dengar, karena Lidya, Hery sudah pulang, dan Lista sedang menemui ibunya di rumah sebelah. Jadi, ayo nikmati waktu berdua kita!" ucap Viraz mendekati Luna secara perlahan dan berhasil membuat gadis di depannya bergetar ketakutan. Dengan tak berperasaan, Viraz membawa Luna kembali masuk ke dalam kamar mandi.

Luna sudah berusaha melawan dan memberontak dengan berbagai cara, dimulai dari menarik, menggigit, bahkan mengambil sebilah pisau di atas meja dan menggores lengan Viraz yang mencengkeram erat pergelangan tangannya, tetapi itu semua sia-sia. Sehingga, siang itu adalah waktu di mana kehormatan yang Luna jaga sepenuh hati belasan tahun lamanya direnggut paksa oleh pria bejat yang sialnya sedang menempati hati Luna.










Next jangan?

Bad Boy Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang