Fourteen

29 4 0
                                    

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam," balas Bu Sari sembari membukakan pintu.

"Glenn? Luna?" bingung Bu Sari. Bagaimana tidak bingung, Glenn yang paling anti berangkat atau bahkan pulang sekolah bersama Luna kini melakukan apa yang dibencinya.

"Ibu jangan berpikir macem-macem sama Glenn, tadi ada insiden yang bikin Glenn harus pulang bareng sama dia!" ucap Glenn seakan mengetahui pikiran ibunya.

Bu Sari terkekeh, "Benarkah? Kok Ibu gak percaya, ya?" goda wanita itu.

"Bu .... "

"Okey, pergilah ke atas dan ganti pakaian kalian setelah itu turun untuk makan malam nanti!"

"Bu .... "

"Apa, Sayang? Ayo, kita duduk di sofa dulu! Luna, pergilah ke atas! Sepertinya, nyonya Diandra menunggumu di sana," tutur Bu sari yang diangguki oleh Luna.

"Ada apa, heum? Bisa jelaskan? Ibu terkejut melihatmu pulang bersama Luna sore ini, apakah kalian sudah berbaikan dan menjadi adik-kakak yang sesungguhnya? Jika benar, Ibu sangatlah bahagia akan itu!" Bu Sari mengajak Glenn untuk berbincang setelah wanita itu duduk di sofa dengan Glenn yang langsung merebahkan diri di pangkuannya.

"Hilangkan pikiran Ibu itu, sampai kapan pun Glenn gak akan pernah mau menganggap anak haram itu sebagai adik Glenn sendiri! Meskipun kita lahir di rahim yang sama, tetapi kita terlahir dalam keadaan dan dengan ayah yang berbeda. Glenn benci dia dan ibunya yang murahan itu! Glenn harap, mereka akan segera pergi dari mansion ini agar hidup Glenn bisa aman, damai, dan tenteram seperti sebelumnya!"

"Sayang, dengarkan Ibu! Luna tidak salah apa pun, setiap anak tidak akan bisa memilih dari rahim siapa dan dalam keadaan apa dia dilahirkan. Jika menanyakan ini salah siapa, tentu Ibu dengan tegas mengatakan bahwa mamamu, papamu, dan selingkuhan mamamulah yang bersalah!"

"Kedua orang tuamu mengabaikan kehadiranmu sejak kau masih baru dilahirkan, Hendrik yang mengambil kesempatan dalam kesempitan, dan mamamu yang mudah terbuai oleh bisikan serta godaan setan sehingga lahirlah Luna di dunia ini. Luna pun sama hancurnya denganmu setelah mengetahui kebenaran di masa lalu, Ibu ingat betul bagaimana kekecewaan Luna setelah mendengar kilasan masa lalu mama kalian saat itu."

"Jadi, Ibu mohon ... terimalah dia sebagai adikmu, sayangi dia, cintai dia, jadilah sosok Abang yang sempurna untuk adik kecilmu, karena mau bagaimana pun keadaannya ... dia adalah adikmu, Sayang."

"Hubungan darah antara kalian berdua tak dapat dilupakan ataupun diabaikan begitu saja, kalian lahir di rahim yang sama meskipun dengan ayah yang berbeda. Bisa kamu menerimanya?"

Glenn terdiam sejenak guna mencerna setiap kalimat yang diucapkan oleh ibunya, haruskah ia melakukan hal yang tak pernah diinginkannya? Haruskah ia menerima sosok yang secara tak langsung juga berperan penting dalam kehancuran hidupnya?

"Ibu tau pria tampan ini adalah sosok yang cerdas, Ibu harap kamu bisa mengambil keputusan yang tepat untuk hubunganmu dan Luna ke depannya. Ibu hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu, mengharapkan kebaikan terjadi dan selalu terlimpahkan padamu di masa depan, kemudian segalanya Ibu serahkan pada Allah. Naik, gih! Bersihkan dirimu, shalat, minta petunjuk kepada Allah, dan turunlah untuk makan malam nantinya!"

"Maaf, Bu."

"Mengapa meminta maaf?"

"Maaf, karena Glenn belum bisa melakukan apa yang Ibu harapkan, yaitu memperbaiki segala kehancuran di masa lalu secara perlahan. Glenn terlanjur kecewa sehingga Glenn tidak bisa melupakan kesalahan mereka, Glenn terus menyimpan kesedihan itu dan mengubah kekecewaan serta kesedihan menjadi sebuah kebencian yang menggelapkan mata hati Glenn. Maaf," lirih Glenn memeluk erat perut sang Ibu.

Bu Sari mengelus lembut rambut hitam legam pria yang sudah dia anggap sebagai putra kandungnya sendiri, "Glenn ... Ibu tau bagaimana perasaanmu, tetapi jika kau terus menyimpan kebencian itu, maka hidupmu tidak akan pernah tenang dan terus-menerus dihantui berbagai macam hal buruk yang terjadi di masa lalumu. Kau ingin hidup tenang, bukan?" Glenn mengangguk.

"Maka dari itu, mulai sekarang kau harus bisa mengikhlaskan masa lalumu, mencoba untuk menerima segala hal yang terjadi, percaya bahwa itu sudah menjadi takdir hidupmu, dan terakhir ... memaafkan tanpa melupakan segalanya."

"Yang pasti Ibu berharap putra Ibu ini pandai untuk mengambil hikmah atau pelajaran berharga yang bisa kau petik dari kejadian masa lalu agar di masa depan nanti kau bisa menghadapi masalah-masalah yang mungkin lebih berat dari ini. Kau bisa mengerti maksud dari Ibumu ini, bukan?"

"Ya, aku paham maksud dari perkataanmu, Ibu. Terima kasih karena telah menyadarkan diriku ini, tetapi maaf ... untuk saat ini aku tidak bisa melakukannya karena hatiku masih tidak percaya kepada kasih sayang dan cinta seperi yang mereka tunjukkan padaku selama beberapa bulan ini, Ibu."

"Ibu mengerti, cepat atau lambat kau akan bisa melakukan hal yang Ibu harapkan. Kau hanya butuh waktu untuk menyadari itu, pergilah! Bersihkan dirimu dan lakukan apa yang Ibu minta padamu tadi, ber .... "

"Ya, ya, ya, bersihkan dirimu, shalat, minta petunjuk kepada Allah, dan turunlah untuk makan malam nantinya! Itu yang ingin Ibu ingatkan kembali padaku, bukan? Aku selalu ingat setiap kata, setiap kalimat, dan setiap teriakan yang Ibu berikan padaku selama ini, ingatanku masih bagus!"

Bu Sari tertawa kecil, "Kau sudah tau, itu artinya kau harus melakukan apa yang Ibu mau dan perintahkan. Ayo cepat!"

"Baik, Ibunda Negara Tercinta!" tukas Glen kemudian berlari kecil menaiki tangga meninggalkan Bu Sari yang masih tertawa kecil melihat tingkah putra kesayangannya.

"Anak itu selalu bisa membuatku tersenyum dan tertawa lepas karena tingkah lakunya yang berbanding terbalik dengan tingkahnya ketika di luar rumah. Semoga kau selalu bahagia dan Allah senantiasa memberikan petunjuk serta kemudahan dalam setiap masalah yang kau hadapi baik di masa kini maupun di masa depan, putraku."

"Meskipun kau tidak lahir dari rahim Ibu, tetapi rasa cinta dan kasih sayang Ibu tulus untukmu. Kau adalah alasan Ibu untuk hidup, Glenn. Semoga Allah memanjangkan usia Ibu agar Ibu bisa melihatmu menikah dan bermain dengan anak-anakmu di masa depan nanti, semoga saja."

Ya, ya, ya, semoga saja doamu terkabul, Sari. Namun, kita lihat saja nanti ... apakah kau bisa lepas dari pelajaran yang akan kuberikan ini dan hidup bahagia bersama putra kesayanganmu itu, atau ... Kau akan berakhir dengan tubuh berlumur darah di tanganku?









Next jangan?

Bad Boy Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang