Thirty Eight

26 3 0
                                    

Hari ini adalah hari terakhir Glenn dan kawan-kawan melaksanakan ujian akhir tahun, atau ujian akhir sebelum mereka melaksanakan wisuda. Seluruh siswa-siswi tengah mengukir tulisan indah di atas kertas putih guna menjawab segala soal yang diberikan, ada yang menjawab dengan benar, dan adapula yang hanya terdiam seraya menggambar kertas jawaban yang diberikan karena tak tau akan jawaban yang harus dia tulis.

Seperti halnya Jay, pria itu tak menjawab satu soalpun selama ujian berlangsung, pria itu hanya sibuk melukis abstrak-abstrak tak beraturan di kertasnya menggunakan pensil seraya menunggu kiriman jawaban dari teman sebangkunya, yaitu Ikbal.

"Bal, udah belum?" bisik Jay.

"Udah, kenapa? Mau nyontek?"

"Ho'oh, lembar jawaban gue gak gue isi, Coy! Mumet kepala gue, otak gue tuh gak sampai buat mikir jawabannya."

"Yakin mau nyontek punya gue?"

"Yakinlah, ayo kasih jawabannya ke gue!"

"Okey, jangan marah ataupun nyesel yaa!" peringat Ikbal turut berbisik sambil menyerahkan lembar jawaban miliknya.

"Anjir! Apaan jawaban lo? Ngawur semua, bangsat!" pekik Jay tertahan.

"Gue bilang jangan marah, ya anjing!"

"Ya gimana gue gak marah, coba! Jawaban sama soal punya lo gak sinkron, bangke! Lihat aja! Masa soal perkalian lo jawab pake cara pertambahan, soal hitung-hitungan lo jawab teori, lo sekolah gimana sih, anying?" omel Jay tak sadar diri.

"Sadar diri ya, anjing! Gue masih mending jawab, lah lo? Soal matematika lo isi gambar abstrak gak guna! Lo mau ujian matematika atau ujian menggambar?"

"Ini tuh namanya seni, ya! Lo aja gak paham seni!"

"Seni apaan, isinya gambar jelek gak ada bagus-bagusnya gitu!"

Tanpa sadar, perdebatan mereka sampai ke telinga pengawas ruangan, tanpa berkata lagi, sang pengawas langsung menghampiri meja keduanya dengan tatapan garangnya.

"Ada apa, ini ribut-ribut? Sanjaya dan Ikbal?"

"E ... eh ... anu, Bu ... it ... tu ... Ikbal kebelet buang air, i ... iyya ... kebelet buang air," balas Jay tergagap yang disambut tawa oleh teman sekelas mereka.

Glenn dan Roky yang mendengar bisikan-bisikan serta pekikan sahabatnya dan mendapat teguran guru pengawas hanya bisa menggelengkan kepala tak habis pikir akan kelakuan kedua teman sengklek mereka yang pasti tak lepas dari umpatan dan pekikan serta perdebatan dalam hal apa pun.

****
Glenn menyerahkan tiga buah lembaran berukir indah di hadapan ketiga sahabatnya, tatapan ketiganya pun terarah pada lembaran yang Glenn berikan.

"Njr, seriusan lo?"

"Boong lo ya?"

"Gue serius, minggu depan hadir dan jangan sampai lupa! Gak perlu bawa apa pun, soalnya gue tau otak kalian pada gak bener! Gak baik untuk mental istri gue nantinya," balas Glenn menghentikan pikiran kotor ketiga atau lebih tepatnya kedua sahabatnya.

Benar, setelah melakukan istikharah, Allah memberikan jawaban pada Glenn atas kebimbangan pria tersebut harus menikahi Safana atau mengirim Safana ke luar negeri untuk menolong dan melindungi Safana, dan jawabannya adalah menikahi Safana.

Meskipun sulit menjalin hubungan sakral pernikahan bagi Glenn yang notabenenya adalah sosok yang tak lagi percaya akan cinta dan kasih sayang, tetapi dia akan berusaha mencintai istrinya apa pun dan bagaimanapun keadaannya di masa depan. Sebab, Glenn hanya ingin menikah sekali seumur hidup sesuai dengan apa yang papanya harapkan.

Bad Boy Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang