Twenty Three

22 3 0
                                    

Glen termenung di luar ruang icu dengan tatapan sendu menatap lantai rumah sakit, tiba-tiba saja dirinya teringat bahwa dia belum sempat mengabari Jack sang papa. Tanpa menunggu waktu lagi, Glenn menelepon sang papa.

"Halo, assalamualaikum Pah," salam Glenn kala Jack mengangkat telepon darinya.

Wa'alaikumussalam, ada apa Glenn? tumben kamu telepon Papa siang-siang begini, – balas Jack dari seberang sana.

"Pah, Glenn .... " glen menjeda ucapannya remaja itu tak sanggup berkata-kata kalah air mata tanpa permisi mulai menganak sungai dari pelupuk matanya.

Di seberang sana Jack tampak khawatir kala dirinya mendengar suara lirih sang putra tercinta, dengan panik pria paruh baya itu bertanya.

Apa yang terjadi, son? Semua baik-baik saja, bukan?

"Pah, ibu ... ib ... ibu ... dia .... "

Katakan, Glenn! Ada apa? Bu Sari baik-baik saja, 'kan?

Glenn menengadah menghalau air mata yang bersiap terjun dari tempatnya, "Kondisi ibu semakin buruk, Pah."

Deg!

P ... Papa ke sana sekarang, tunggu Papa, son!

Tut.

Bahu Glenn merosot lesu memikirkan keadaan Bu Sari, sumpah demi apa pun dirinya takut terjadi sesuatu kepada ibunya dan bahkan lebih parahnya lagi ... ibunya akan pergi meninggalkannya dan pergi ke alam barzah untuk bersatu dengan suaminya yang telah tiada. Tidak, ibunya tidak boleh meninggalkannya secepat ini. Jika sampai itu terjadi, maka jangan harap dirinya akan melepaskan Diandra yang berkeliaran dengan bahagia di luar sana begitu saja.

"Son!" Panggilan Jack membuat Glenn mau tak mau mengangkat kepalanya dan menatap sang Papa dengan mata memerah menahan luapan air yang siap membelai manja wajah tampannya.

"Papah," lirih Glenn memeluk erat sang Papa.

"Ibu, Pah ... di ... dia akan baik-baik saja, 'kan? Dia tidak akan pergi meninggalkan Glenn untuk selamanya, 'kan? Dia pasti sembuh, 'kan? Jawab Glenn Pah ... jawab! Glenn gak mau ibu ninggalin Glenn secepat ini ... Glenn gak mau ibu pergi buat selamanya ..., " sambung Glenn meraung pilu dalam dekapan hangat Jack.

"Berdoa saja semoga Ibumu baik-baik saja, son. Don't be sad! Papa yakin Ibumu tidak akan suka jika kau bersedih seperti ini dan ... Papa pun yakin bahwa putra semata wayang Papa ini adalah pria yang kuat," balas Jack melepaskan pelukan mereka dan menepuk pelan bahu putranya.

Ceklek.

"Tuan Jack," panggil sang Dokter mengalihkan perhatian ayah dan anak itu.

"Dokter, bagaimana keadaan ibu saya? Dia baik-baik saja, 'kan? Tidak ada hal serius pada ibu saya, 'kan?"

"Maaf .... "

Deg!

"Ap ... Apa maksudmu, Dokter?"

Glenn menyambar kerah baju sang dokter dengan tatapan tajam nan menusuk, "Apa yang kau katakan, hah? Bagaimana dokter yang tidak becus seperti ini dipekerjakan oleh pemilik rumah sakit?"

Jack turun tangan menarik tubuh putranya masuk ke dalam dekapan hangatnya, "Tenangkan, son. Kita dengarkan penjelasan dokter Kaisan terlebih dahulu, jangan gegabah dan langsung menyerangnya seperti ini!"

Glenn mengatur deru napasnya yang tak beraturan, kemudian dengan tetap mempertahankan tatapan tajamnya dia menyuruh dokter Kaisan melanjutkan ucapannya.

"Maaf kami lalai dalam menjaga pasien ketika keluarganya tidak ada yang menjaga sehingga kondisi pasien mulai memburuk."

"Bisa kau jelaskan lebih terperinci, Dokter?"

"Saat Tuan Jack baru saja keluar dari ruang rawat pasien, ada seorang wanita berpakaian serba hitam yang masuk ke dalam ruang rawat pasien tersebut."

***
Seorang wanita berpakaian serba hitam memasuki ruang rawat bu Sari, Dokter Kaisan juga suster yang kebetulan baru saja keluar dari ruang operasi dan melihat gerak-gerik mencurigakan wanita itu langsung saja berlari menghampiri sang wanita. Namun, sebelum mereka menggapai knop pintu, wanita itu terlebih dahulu mengunci pintunya dari dalam dan kedua orang tadi—Dokter Kaisan dan Suster—hanya bisa melihat apa yang dilakukan wanita misterius tersebut dari luar.

"Kau harus mati, kau harus mati, Sari! Aku tidak akan membiarkan kau hidup bahagia bersama orang-orang yang kau sayangi itu!" teriak sang wanita seraya menutup wajah bu Sari dengan bantal kuat-kuat.

Dokter, apa yang harus kita lakukan?"

"Suster Lita mundur sebentar, biarkan saya mendobrak pintu ini dan menangkap wanita itu. Karena jika tidak, nyawa ibu Sari bisa melayang kapan saja. Mundurlah, Suster!"

"B ... baik."

Brak.
Brak.
Brakk!

Ketika mendengar suara pintu yang berusaha didobrak oleh seseorang, wanita misterius tadi panik bukan kepalang dan wanita itu langsung saja keluar dari ruang tersebut melalui jendela yang terletak di pojok ruangan dan terhubung langsung dengan taman rumah sakit.

"Astaga Dokter, wanita itu kabur!"

"Penjaga, kejar wanita itu!" teriak Dokter Kaisan menitahkan para penjaga yang kebetulan berkeliling di sekitar taman.

"Dokter, detak jantung pasien kian melemah!"

"Astaga!"

***
"Lalu, apakah wanita itu sudah kalian tangkap?" tanya Jack menatap dokter Kaisan penuh intimidasi.

"Maaf Tuan, tetapi penjaga di rumah sakit ini tidak berhasil menangkap wanita misterius itu."

"Apakah kau mengetahui wajah wanita itu?"

"Ya, saya tahu bagaimana wajah itu meskipun secara sekilas saya melihatnya tadi."

"Pah, boleh minjam handphone Papa?"

"Untuk apa? Ini!"

Jari-jemari Glenn bergerak lincah di atas layar handphone milik sang Papa, kemudian pria itu mendapatkan apa yang ia dan langsung menunjukkannya kepada Dokter Kaisan. "Apakah wanita misterius itu mirip dengan wanita di foto ini, Dokter?" tanya Glenn.

Dokter Kaisan menatap intens foto yang Glenn tunjukkan, "Ah, sekilas sepertinya wanita ini sama persis dengan wanita yang tadi pagi menyusup masuk ke dalam ruang rawat inap Ibu Sari!"

Deg!













Next jangan?

Bad Boy Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang