Thirty Five

27 3 0
                                    

"Gimana? Udah ketemu belum?"

"Lagi gue telusuri, King. Beri gue waktu dua menit untuk mencari siapa dan di mana tempat tinggal pelaku tabrak lari yang menewaskan ibu Sari."

"Oke, gue tunggu."

"Selamat siang wahai budak-budak Aing!"

Plak!

"Enak aja, budak! Lo pikir kita semua mau jadi budak banci pinggir jalan kaya lo, hah?"

"Swakit hatwi dwedwek, Abwang nistakan begituch!"

"Jijik, Jayanjing!" hardik Ikbal dan Roky menatap ngeri pemuda sengklek di tengah-tengah mereka.

"Bal, menjauh ayo! Jijik gue, punya temen modelan badut Ancol gini!"

Jay dan Roky langsung berlari menjauhi Jay yang kini menertawakan ekspresi keduanya, sungguh bahagia menggoda dua pria yang menjadi sahabatnya itu.

"King? Kapan lo sampai?" tanya Roky terduduk di hadapan Glenn.

"Baru aja," balas Glenn dingin.

"Oh iyya, Luna gak lo ajak?"

Alis Glenn terangkat sebelah, "Mau modus? Gak gue restuin mampus, lo!"

"Yaelah, King ... nanya doang gue, sinis banget!" tukas Ikbal yang hanya dibalas hendikan bahu oleh Glenn.

"King, besok kita ke rumah lo, ya?"

"Ngapain?"

"Kalau si Ikbal mah mau modus sama Luna, kalau gue sama Roky mah ... cuma mau makan doang. Udah lama gak makan di rumah lo, kita kangen banget sama masakan bu Sari,  iya gak guys?"

"Ho'oh, bener tuh."

"Gimana?" tanya Glenn mengalihkan pembicaraan.

Jay mengernyit, "Gimana apanya, King?"

"Liburan."

"Oh, seru! Seru banget, malahan! Lo kenapa gak ikut, sih? Kita kan ngerasa kurang komplotan perusuh jadinya, lo ... gak ada masalah, 'kan?" Mata Jay memicing menatap penuh intimidasi sosok dingin lagikan cuek di depannya.

"Males aja sih, ikut."

"Lo gak bisa boongin kita, King!"

"Bener tuh, kata Roky. Lo ada masalah apa? Pas kita bicara masakan bu Sari lo langsung mengalihkan pembicaraan, ada apa?"

Glenn menghela napas panjang, "Ibu, ya? Percuma kalian ke rumah gue, kalian gak akan bisa ngerasain masakan ibu gue lagi."

"Pelit banget sih!"

"Bukan cuma kalian yang gak bisa makan masakan Ibu lagi, gue, Luna, dan Papa juga. Ibu ... dia udah meninggal."

Anjing!
Bangke!
Yang bener, lo?

Glenn hanya bisa menutup mata kuat-kuat guna meredam ngilu di telinganya akibat pekikan ketiganya, "Gue serius, Ibu udah gak ada."

"Kenapa lo sembunyikan hal sebesar ini dari kita, King? Kenapa lo gak kasih tau kita bertiga berita duka ini? Lo anggap kita apa? Atau selama ini lo gak anggap kita sahabat? Iyya?"

"Gak gitu, Ky. Ibu meninggal sehari setelah kalian berangkat liburan ke Puncak, jadi gue gak mau bikin kalian semua pulang ke sini cuma untuk hadiri pemakaman ibu gue, katakanlah gue egois dan gak mikirin perasaan kalian dengan hal ini. Namun, gue cuma gak mau kalian semua tinggalin liburan terakhir kalian bersama murid dan guru-guru di sekolah yang pastinya menyimpan banyak kenangan di dalamnya. Maaf," terang Glenn panjang kali lebar bak rumus matematika.

"T ... tapi .... "

"Okey, kita paham perasaan lo!" Roky langsung saja memotong ucapan Jay yang pastinya akan memicu pertengkaran di antara mereka.

"King, gue nemu siapa dan di mana lokasi pelaku!" seru Hendra—peretas handal dalam geng Glenn— mengalihkan atensi Glenn.

Mengapa di dalam markas Glenn dipanggil King? Sebab, banyak sekali musuh yang mengincar nyawa Glenn sehingga Glenn memutuskan untuk menutupi siapa dia yang sebenarnya. Tidak banyak yang tau siapa nama asli Glenn, dari mana Glenn berasal, dan bagaimana kehidupan Glenn, kecuali sahabat-sahabat Glenn sendiri.

Glenn menghampiri Hendra dan membaca dengan saksama siapa pelaku tabrak lari yang menewaskan ibunya, emosi Glenn tersulut seketika kala dirinya selesai membaca nama dan tempat tinggal pelaku. "Diandra sialan!" desis Glenn.

"Titahkan pada anggota lain untuk mencari wanita sialan ini dan membawanya ke hadapan gue hidup-hidup tanpa lecet sedikitpun, sekarang!" Glenn memerintah dengan teriakan yang menggelegar di segala penjuru markas dan langsung dipatuhi oleh anggota yang mendengar teriakannya.

"King, sebenarnya siapa yang membunuh bu Sari? Dan ... Apa yang sebenarnya terjadi selama kita gak ada di sini, King?"

Glenn menetralkan deru napasnya yang tak beraturan, pria itu melangkahkan kaki panjangnya menuju kursi kebesarannya tanpa peduli pertanyaan yang dikemukakan oleh sahabatnya. "Diandra, lo udah main-main sama gue, lihat aja apa yang akan gue lakuin setelah ini!"

Maafin Glenn, bu ... Glenn gak bisa penuhi keinginan terakhir Ibu untuk gak balas dendam sama mama, maafin Glenn bu ... Maafin Glenn .... –batin Glenn menatap langit markas dengan sendu.

Tak berselang lama kemudian, anggota yang Glenn titahkan datang bersama dengan seorang wanita yang wajahnya tertutup oleh karung kecil. "King, kami sudah menangkap wanita itu, King!"

"Kalian tidak melukainya, bukan?"

"Tidak, King. Kami langsung membawanya kala dia sendiri di rumah tanpa warga sekitar sadari," jelas Tio, salah satu anggota Glenn.

Ah ... Belum kukenalkan geng yang diketuai oleh Glenn kepada kalian, perkenalkan. The Most Wanted Gang, di mana Glenn sebagai ketua dan Roky sebagai wakil ketua, Jay si perayu ulung lagikan playboy kelas kakap dan Ikbal si pejuang yang tak kenal lelah sebagai hacker sama seperti Hendra.

"Diandra Mellington, sosok wanita yang rela melakukan banyak cara untuk menumpuk harta dan meninggikan kekuasaan dirinya sendiri, termasuk menghancurkan hidup putra-putrinya, apakah kau puas ... Mama?"

Deg!

"Mama?" beo ketiga sahabat Glenn.

"Geva .... "

"Geva sudah mati ditelan kehancuran hidup!" bentak Glenn memukul dinding di samping Diandra.

"Yang berada di hadapanmu saat ini adalah King of The Darkness,  sang pemimpin dunia malam. Bagaimana? Apakah kau puas menghancurkan hidupku dengan membunuh ibuku, huh? Apakah kau puas telah menghancurkan hati putramu yang telah lama rapuh? Apakah kau puas, Diandra?" Lagi dan lagi bentakan Glenn berikan pada wanita yang sialnya adalah ibu kandungnya sendiri, Diandra hanya terdiam dengan air mata yang mulai mengenang di pelupuk matanya.

"Maafin Mama, Sayang ... maafin Mama ... Mama mengaku salah, maafin Mama .... "

"Mama? Apakah pantas panggilan itu bersanding dengan wanita sepertimu? Kurasa tidak! Mungkin pembunuh adalah panggilan yang pantas untuk dirimu, Diandra!" Glenn semakin tak terkendali, pria itu langsung menyeret Diandra menuju sofa di ruang santai markas dan mulai mendudukkan Diandra dengan kasar tanpa rasa penyesalan sedikitpun.

"Kau benci dan phobia terhadap darah, benar begitu, Mamaku Sayang? Ah ... Bagaimana jika kita membuktikan phobia dan kebencianmu itu dengan menonton film phsychopath? Heum ... pasti menyenangkan, bukan?"

"Ti ... tidak, Nak ... Ma ... Mama mohon ... jangan lakukan ini .... "

"Baiklah, kita akan menonton film sesuai keinginan Mama, film phsychopath gila!"

"Ti ... tidak .... "

















Next jangan?

Bad Boy Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang