Thirty

25 3 0
                                    

Assalamualaikum semuanya ... berhubung lebaran masih ada nih, saiya Author Ai mengucapkan Minal Aidzin Wal Faidzin, Mohon Maaf Lahir dan Batin.
تَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ🤗

Happy Reading Guys ... selamat menikmati cerita Author Ai yang masih yaa sedikit berantakan dan sedikit membingungkan alurnya ini🙏😊

***
"

Glenn, gue boleh tanggung jawab, gak?"

"Maksud lo apa, Bal?" tanya Glenn semakin tidak paham akan arah bicara sahabatnya.

"Ini ... masalah Luna." Sadar akan arah pembicaraan Ikbal, tatapan tajam nan menusuk sarat akan peringatan Glenn berikan pada lawan bicara di hadapannya itu.

"Gak!" ketus Glenn tanpa menghilangkan tatapan tajamnya.

"Jujur, sebenarnya gue cinta sama Luna, Glenn. Akan tetapi ... ketika tau kalau Luna istri lo saat itu, gue lebih memilih diam dan berusaha untuk hapus perasaan itu. Namun, setelah tau kebenaran akan hubungan kalian berdua, gue memutuskan untuk perjuangin  cinta gue ke Luna, Glenn." Ikbal mengutarakan isi hatinya.

Glenn tertegun sejenak lalu, pria itu menghela napas panjang lagi dan lagi seraya menyandarkan tubuh kekarnya pada sandaran sofa. "Bal, gue gak bisa terima hal ini."

"Kenapa, Glenn? Apa lo gak percaya kalau gue bisa jaga dan mencintai Luna dengan tulus serta membahagiakan Luna juga anaknya? Kalau itu yang lo khawatirkan, lo tenang aja! Gue gak mau janji, tetapi gue akan berusaha buktikan pada lo dan keluarga kalau gue bisa membahagiakan Luna serta anaknya."

"Bukan itu maksud gue, Ikbal! Lo tau keadaan Luna sekarang, 'kan? Dengan keadaan Luna yang hamil di luar nikah kaya gini, hak bayi dalam kandungannya berada di tangan Luna sepenuhnya, itu yang gue tau dan ... untuk nikah dalam keadaan insiden kaya gini itu sulit, Ikbal. Lagipula, saat ini Luna dalam fase mencintai seseorang yang sialnya adalah ayah biologis anaknya, kalau lo emang mau nikah sama Luna, lo harus nunggu sampai 40 hari setelah Luna melahirkan atau satu tahun lagi dan itupun kalau lo emang nunggu selama itu."

"Gue sanggup nunggu selama itu!"

"Lo yakin?" tanya Glenn ragu. Bukan mau meremehkan kesetiaan atau keseriusan Ikbal, Glenn hanya takut sahabatnya satu ini kecewa di akhir nanti mengingat sang adik masih mencintai dan mengharapkan pertanggungjawaban Viraz, pria brengsek yang sudah menghancurkan hidup adiknya.

Glenn percaya Ikbal adalah sosok yang akan memperlakukan Luna bak ratu sebab, sahabatnya itu adalah orang baik yang menjunjung tinggi harga diri dan kehormatan seorang wanita sehingga pantang bagi Ikbal menyakiti perempuan. Namun, bagaimana jika penantian dan sikap mulai sang sahabat berujung kekecewaan mendalam? Glenn tidak mau sahabat yang sudah dianggap saudara olehnya merasakan sakit hati karena seorang wanita, apalagi wanita itu adalah adiknya sendiri.

"Percaya sama gue, Glenn! Dalam setahun ini, gue jamin Luna akan buka hati dan balas mencintai gue serta menerima gue menjadi bagian hidupnya!"

"Okey, semoga berhasil. Namun, jangan sesekali lo sakiti adik gue, Ikbal! Dia ... segalanya bagi gue dan kedua orang tua gue, dia berlian kami, meskipun dia hadir karena kesalahan."

"Siap, itu pasti!"

***
Glenn merebahkan kepala di pangkuan sang ibu, dengan manja pria itu memeluk erat bu Sari seakan jika dirinya melepaskan pelukan tersebut, maka perlakuan hangat nan penuh kasih sayang ibunya tak bisa dia dapatkan kembali untuk selamanya.

Entah mengapa, firasatnya seakan berkata bahwa dia harus bisa memanfaatkan waktu luangnya untuk bermanja seperti ini sebelum hal besar terjadi, tetapi apa pun itu Glenn hanya bisa berharap bahwa itu hanyalah firasat buruk semata dan bukan pertanda buruk. Jika sampai benar ini pertanda buruk yang mengisyaratkan bahwa dia akan kehilangan bu Sari—ibu asuhnya—, maka entah jadi apa dirinya nanti.

"Glenn, boleh Ibu minta satu hal?" tanya bu Sari tanpa menghentikan tangannya mengelus rambut hitam legam milik putranya.

"Apa pun itu akan Glenn lakukan dan berikan untuk Ibu asal Ibu berjanji untuk senantiasa berada di sisi Glenn," sahut Glenn mengundang senyum tipis di wajah keriput bu Sari.

"Katakan, Ibu mau minta apa sama Glenn?" sambungnya menatap sang ibu dari bawah.

"Ibu tidak bisa berjanji untuk senantiasa berada di sisimu, putraku. Sebab, ajal tidak ada yang mengetahui, bukan? Jika Ibu berjanji untuk senantiasa berada di sisi Glenn dam besoknya Ibu bertemu ajalnya, bukankah nantinya Ibu berakhir sebagai seorang munafik? Maafkan Ibu, Glenn."

Glenn menelan kuat salivanya, inilah hal yang dia benci sejak dulu. Di mana sang ibu berkata tidak bisa berjanji untuk senantiasa berada di sisinya, okey Glenn tau bahwa ajal berada di tangan Yang Maha Kuasa. Namun, tidakkah sekejap saja Glenn berharap ibunya bisa selalu bersamanya sampai dia menikah dan memiliki cucu di masa depan? Glenn tak ingin kehilangan sosok yang begitu berarti dalam hidupnya, kapanpun dan di manapun itu!

Bu Sari tersenyum hangat, "Apa Glenn benar-benar ingin mengabulkan permintaan Ibu?" Glenn mengangguk sebagai jawaban.

"Jangan menyimpan dendam ataupun berniat untuk balas dendam dengan Diana, Glenn!"

Deg!

"Mau bagaimanapun, dia adalah ibu kandungmu. Sosok yang telah rela mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkanmu ke dunia ini, Sayang. Ibu tau bagaimana perasaanmu, tetapi tidakkah Glenn ingat perkataan Ibu beberapa tahun lalu mengenai balas dendam?"

Glenn terduduk seketika dan menundukkan pandangan, "Glenn ingat," lirihnya.

"Lalu, apa Glenn akan tetap menyimpan dendam yang takkan pernah berakhir serta mengusik ketenanganmu, Glenn? Jangan biarkan penyakit hati itu menguasai dirimu dan mengakibatkan penyesalan mendalam pada hidupmu, Glenn!"

"Akan tetapi, kesalahan wanita berhati busuk itu sangatlah fatal, Ibu! Dia bahkan berani membuat Ibu menderita dengan berusaha melenyapkan Ibu, Glenn gak bisa terima itu!" Glenn berusaha menahan luapan amarah yang membara dalam dirinya dengan tetap mempertahankan nada bicaranya karena ia ingat bahwa lawan bicaranya adalah malaikatnya.

"Kalau sampai saat itu Ibu gak tertolong setelah dia berusaha membunuh Ibu di rumah sakit, bagaimana kehidupan Glenn, Bu? Glenn gak akan pernah bisa hidup tanpa Ibu ... Glenn gak akan pernah sanggup hidup tanpa nasihat Ibu ... hidup glenn akan hancur tanpa Ibu ... Glenn yakin Ibu paham ..., " hembus Glenn berusaha menahan cairan bening dari pelupuk matanya mati-matian.

"Nangislah jika menangis melegakan hatimu, putraku!" Dalam satu gerakan, Glenn memeluk erat ibunya dan meluapkan kesedihannya dalam pelukan hangat nan nyaman tersebut.

"Glenn hanya ingin keadilan, Bu. Tidak adil rasanya dia bisa bebas berkeliaran di luar sana setelah apa yang dia lakukan pada Glenn dan Ibu, Glenn mau dia mendapat balasan setimpal atas apa yang dilakukannya selama ini, Bu .... "

"Apakah Glenn lupa bahwa Allah Swt selalu berada di sisi Hamba–Nya di manapun, bagaimanapun, keadaaan dan sikap Hamba–Nya. Tentu balasan Allah Swt lebih setimpal dibandingkan balasan dari Hamba yang begitu disayanginya, Glenn. Hilangkan dendam itu, ya? Ibu yakin putra Ibu bisa melakukannya!"












Next jangan?

Bad Boy Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang