Fifteen

31 4 0
                                    

"Glenn, boleh minta waktunya sebentar, gak? Ada yang ingin kukatakan padamu." Rea mencegat Glenn yang sedang berjalan di koridor sekolah. Masih ingat dengan Rea? Atau lebih lengkapnya adalah Freya Lorenzia, sosok mur

"Apa?"

"E ... eum ... Gak di sini, ak ... aku ... mau bicara empat mata sama kamu, boleh?" izin Rea.

Shit! Kenapa gue bisa gugup gini, sih? Ayolah Rea ... ini kesempatan emas lo buat ngomong sama Glenn.

"Gue gak mau ada fitnah, di sini aja kalau penting."

"E ... eum ... tapi Glenn .... "

"Di sini atau nggak sama sekali!" tekan Glenn tajam.

Rea menghela napas panjang, "Okey, fine."

"Glenn ... sebenarnya ... eum ... sebenarnya ... gu ... gue ... suka ah, nggak. Lebih tepatnya, gue cinta sama lo, Glenn. Gue mau kita .... "

"Luna!" Ucapan Rea terhenti kala Glenn pergi menghampiri Luna begitu saja tanpa menunggu gadis itu menyelesaikan ucapannya. Jujur, dalam hati Rea sangatlah kesal sekaligus geram dengan wanita bernama Luna yang membuat dirinya diabaikan begitu saja oleh Glenn.

Padahal, sedikit lagi dirinya akan bisa menjalin hubungan dengan Glenn, yah ... sedikit lagi. Namun, gadis bernama Luna itu menghancurkan segalanya, ingin marah. Akan tetapi, dia takut Glenn akan ilfeel atau yang lebih parahnya lagi, Glenn akan marah kepadanya.

Glenn berjalan tergesa-gesa menghampiri Luna yang sedang berjalan bersama Viraz, pria yang sudah membuat gadis itu di–bully oleh Milka setiap harinya. Dengan tatapan tajam nan penuh peringatan Glenn menyentak kasar tangan Viraz yang menggenggam erat tangan Luna.

"Jangan pernah sentuh Luna lagi!" tekan Glenn menyembunyikan tubuh mungil Luna di belakangnya.

"Lo siapanya Luna? Lo bukan siapa-siapanya Luna, lo gak berhak ngatur hidup Luna! Suka hati dia mau disentuh gue atau yang lainnya!" seru Viraz menantang.

Sepertinya, Viraz pun termasuk anak baru di sekolah ini sama seperti Luna, karena pria di hadapannya berani sekali meninggikan suara tepat di wajah Glenn, sang piton sekolah. Sekadar informasi, Glenn Gevaro George disebut sebagai piton sekolah oleh seluruh warga sekolah karena sikapnya yang keras, kasar, berkulit pedas lagikan berbisa jika berhadapan dengan seseorang yang dibencinya.

Namun, Glenn hanya bersikap kasar sebagian besar dalam perkataan, bukan dalam tindakan. Pria itu masih memiliki attitude yang baik dalam hal tindakan karena didikan Bu Sarilah yang banyak sekali menebar aura positif pada diri Glenn sejak dahulu.

Glenn memang sosok bad boy yang terkenal menjunjung tinggi harga diri dan kehormatan seorang wanita sehingga dirinya tidak pernah terlihat bersikap kasar dalam tindakan kepada wanita. Akan tetapi, dia bisa bersikap kasar kepada wanita, jika wanita itu telah melampaui batas kesabaran dan batas tindakan, seperti contoh seorang wanita yang bertingkah murahan untuk mendapat perhatian lebih darinya.

"Lo gak perlu tau siapa gue, kalau lo mau selamat ... jauhi Luna!" desis Glenn berhasil membuat siapa pun merinding ketakutan.

"Ayo, Luna!"

Luna hanya bisa terdiam mengikuti langkah lebar Glenn dari belakang, ketakutan akan suara dan aura yang Glenn keluarkan membuat Luna hanya pasrah kala pergelangan tangannya digenggam erat oleh pria berpunggung lebar di hadapannya itu. Glenn membawa Luna ke taman, pria itu langsung memutar tubuh dan berhadapan langsung dengan Luna yang masih betah terdiam menunduk.

Glenn melipat tangan di depan dada, "Heum? Lo budeg? Atu lo udah lupa sama perkataan yang gue katakan kemarin, hah? Lo bilang kalau lo mau selamat dari cewek yang udah bully lo kemarin, tapi ini apa? Lo masih keukeh deketin cowok bernama Virasialan itu!"

"M ... maaf, Bang. Luna gak deketin dia, Abang liat sendiri bagaimana dia narik tangan Luna kenceng banget, liat ... tangan Luna memar!" seru Luna menunjukkan pergelangan tangan kirinya yang sedikit memar.

Luna tersenyum lebar, tiba-tiba saja gadis itu langsung memeluk Glenn dengan erat dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang sang Abang. Glenn tertegun mendapat pelukan tiba-tiba dari Luna, gadis yang kata Diandra adalah adiknya.

"Luna seneng deh, Abang bisa seperhatian ini sama Luna. Luna sudah dapet apa yang Luna mau, yaitu mendapatkan kasih sayang sosok Abang yang selama ini Luna idam-idamkan. Ya ... meskipun sikap Abang terdengar ketus, kasar, lagikan tak berperasaan setiap berbicara sama Luna, sih ... tetap aja Luna bahagia!"

"Luna rela ditarik sekasar itu sama Viraz ataupun cowok lain asalkan Abang bisa menunjukkan kasih sayang seorang Abang kepada Luna setiap saatnya, Luna sayang ... banget sama Abang. Dulu, pas mama ceritain segala hal tentang Abang ke Luna, Luna selalu bayangin saat di mana Luna akan ketemu Abang dan yang Luna dapatkan adalah kasih sayang, perhatian, sikap possesif and protective dari Abang Luna."

"Luna selalu membayangkan saat-saat di mana Abang akan selalu menjadi garda terdepan jika ada seseorang yang berniat atau bersikap tidak baik pada Luna. Luna ingin Abang menjadi teman curhat, tempat berkeluh-kesah yang nyaman dan bisa membuat Luna tenang hanya dalam pelukan Abang. Namun, semua bayangan dan keinginan itu harus sirna karena kesalahan mama di masa lalu yang berimbas pada Luna."

Deg!
Grep!

Glenn membalas pelukan Luna dengan pelukan hangat nan nyaman serta penuh akan kasih sayang, "Maaf ... maafin gue yang belum bisa jadi Abang yang baik buat lo, Luna. Maaf ... masa lalu yang udah bikin gue gelap mata dan terus-menerus bikin lo sakit hati karena ucapan juga perbuatan gue sama lo, maaf ... untuk saat ini gue gak bisa kabulin permintaan dan mewujudkan impian lo ... gue ... gue masih belum bisa percaya sepenuhnya sama lo karena gue ... gue masih butuh waktu untuk mencerna segala hal yang terjadi dalam keluarga gue," ujar Glenn yang entah mengapa merasa begitu bersalah dan berdosa.

"No! Bukan keluarga Abang, tetapi keluarga kita. Masa lalu yang begitu menyakitkan berhasil membuat kita frustrasi, trauma, dan membuat hidup kita menjadi buruk. Abang gak perlu minta maaf, ini bukan salah Abang kok. Namun, ini sudah takdir yang telah dituliskan oleh Yang Maha Esa, Abang ... boleh Luna minta satu hal?" cicit Luna takut di akhir kalimatnya.

"Apa?"

"E ... eum ... boleh Luna minta Abang ... un ... untuk ... menerima Luna secara perlahan dalam hidup Abang sebagai adik Abang satu-satunya? Luna ingin ... hubungan Abang dengan Luna segera membaik dan bisa hidup seperti kodratnya atau seperti halnya saudara?" lirih Luna yang hanya terdengar oleh Glen sendiri.

Glenn mengurai pelukan mereka, pria itu menatap intens Luna tepat di mata gadis itu. Tatapan Glenn berhasil membuat Luna gugup sekaligus takut seketika, takut Glenn akan marah, yang lebih parahnya lagi ... Glenn akan menjauh darinya dan Luna tak ingin hal itu terjadi.

"Lo mau gue bersikap lembut seperti halnya saudara?"

"I ... iyyaa, Bang."

"Gue kasih lo dua pilihan," ucap Glenn sengaja menghentikan kalimatnya.

Ck, pilihan lagi! Kenapa sih Abang gue satu ini suka banget kasih pilihan? Dan lagi, gue yakin seratus persen pilihan itu memberatkan. Akan tetapi, it's okey Luna ... demi dapat kasih sayang dan perhatian Abang Glenn tercinta ... lo harus bisa menerima semua dan memilih pilihan yang tepat demi kebaikan bersama. –batin Luna berusaha relax.

"Pi ... pilihan ap ... apa, Bang."

"Gue tau ini berat buat lo, tetapi gue rasa ini demi kebaikan kita berdua dan lebih besar kebaikan buat lo sendiri. Lo pilih jauhi Viraz, hapus perasaan lo sama cowok itu, dan lo akan bisa mewujudkan apa yang menjadi impian lo sejak dulu, yaitu mendapatkan kasih sayang dari gue atau .... "

"Lo tetep pertahankan perasaan lo ke Viraz, terus deket sama cowok itu yang mungkin bisa balas perasaan lo. Namun, sampai kapan pun lo gak akan pernah bisa deket ataupun dapat kasih sayang dari gue serta impian yang lo inginkan itu akan lenyap dan gak akan pernah terwujud sampai kapan pun. Pilihan ada di tangan lo!"























Next jangan?

Bad Boy Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang