Thirteen

31 4 0
                                    

Hari berganti minggu dan minggu pun telah berganti menjadi bulan, beberapa bulan berlalu sejak Diandra beserta Luna pindah ke kediaman George dengan iming-iming ingin memperbaiki segalanya dan memulai semua dari awal. Namun, Glenn tetap Glenn sang pria yang tak lagi percaya akan wanita seperti Diandra dan tak lagi percaya tentang kasih sayang dan cinta dari siapa pun, kecuali Bu Sari pastinya.

Banyak cara telah Diandra lakukan untuk mendekatkan dirinya kepada Glenn dengan berbagai perhatian-perhatian kecil yang wanita itu berikan pada Glenn, tetapi hasil atau balasan yang dia dapatkan hanyalah penolakan, cacian, makian, dan bentakan dari putra kandungnya sendiri.

Bahkan Luna pun Diana jadikan objek untuk mendekatkan diri kepada Glenn, seperti halnya meminta Glenn mengajak Luna pergi sekolah bersama, meminta Glenn menemani Luna melakukan hal yang ingin gadis itu lakukan agar Glenn bisa dekat dengan adiknya.

Diandra hanya menginginkan satu hal dari usahanya dan dia berharap bisa meeujudkan keinginannya itu. Diandra berpikir, jika Glenn bisa dekat dan menerima Luna sebagai adiknya, maka akan semakin mudah bagi Diandra mendapatkan kepercayaan Glenn juga Jack kembali sehingga mereka bisa bersatu seperti dahulu.

Akan tetapi, untuk saat ini Diandra harus menelan pil kenyataan bahwa semakin Diandra berusaha mendekatkan Luna kepada Glenn, maka semakin besar pula kebencian yang Glenn rasakan pada Diandra dan Luna.

Glenn menganggap bahwa usaha Diandra dan Luna ini adalah salah satu cara untuk mendapatkan hatinya agar mereka bisa menikmati harta kekayaan serta kemewahan yang papanya miliki. Kebencian yang belum redam dalam diri Glenn terhadap Luna semakin berkoar kala matanya menangkap kelakuan murahan Luna pada salah satu murid di sekolahnya.

"Luna!" Glenn dengan tatapan tajam lagikan penuh amarah langsung saja berjalan tergesa mendekati Luna, jangan lupakan aura intimidasi yang begitu menakutkan mengelilingi pria itu.

"Ab ... Abang ..., " lirih Luna yang untungnya tak dapat didengar oleh siapa pun.

"Apa yang lo lakuin, heh? Mau cari perhatian atau cari ketenaran?" desis Glenn membuat siapa pun merinding ketakutan.

"Luna gak salah, dia duluan yang cari perkara sama Luna!" bantah Luna berusaha tak terlihat gugup.

"Ikut gue, sekarang!" tekan Glenn menggenggam erat pergelangan tangan Luna.

"Ikbal, urus cewek itu dan masalah Luna ... biar gue yang urusin!" tandas Glenn.

Pria itu membawa Luna pergi dari kerumunan orang yang sejak awal hanya melihat aksi pem–bully–an yang Luna lakukan tanpa berniat membantu salah satu siswi yang menjadi korban Luna. Glenn membawa Luna ke parkiran dengan genggaman erat yang tak lepas dari pergelangan tangan Luna. Tanpa disadari, ada hati yang teriris pilu melihat bagaimana Glenn membawa pergi Luna dengan Glenn yang tak melepaskan genggaman tangannya.

Apa cewek itu pacar lo, Glenn? Kenapa hati gue sakit liat lo genggam tangan cewek itu? Sepertinya, gue udah bener-bener jatuh cinta sama lo, Glen. Apa ... perhatian, cinta, dan kasih sayang yang gue berikan sama lo selama ini gak bisa nyadarin lo kalau gue ... sebenarnya cinta sama lo, Glenn. –batin gadis itu menatap sendu punggung tegap Glenn yang telah lenyap dari pandangannya.

Back to Glenn.

"Naik!" seru Glenn.

"T ... tapi Bang .... "

"Gue bilang naik! Budeg lo, hah?" bentak Glenn yang langsung dituruti oleh Luna.

Selama perjalanan, keduanya hanya terdiam bisu ditemani angin sepoi yang membelai manja wajah kedua saudara itu. Glenn yang sibuk mengendarai juga berusaha mengendalikan emosi dalam dirinya, dan Luna yang sibuk memikirkan kalimat yang akan dikatakannya kepada Glenn sang abang guna menjelaskan segalanya.

"Turun!" titah Glenn saat mereka sampai di taman kota.

"Kenapa, hemm? Kenapa lo bully cewek tadi? Apa salah dia sampai-sampai lo bully dia sekejam itu? Dengar, Luna! Jangan karena lo berhasil masuk ke dalam hidup gue dan bokap gue, lo bisa seenaknya melakukan apa yang lo mau di sekolah milik keluarga besar George karena apa? Karena lo bukan dari bagian Keluarga George!" tekan Glenn di akhir kalimatnya.

Deg!

"Bang, Luna tau kalau Luna hanyalah saudara satu Ibu Abang, tapi ... Apa gak bisa Abang sedikit saja bersikap lemah-lembut layaknya seorang Abang sama Luna? Jujur, Luna sadar kalau Luna bukan bagian Keluarga George, tapi ... mau bagaiamana pun Abang menampik, kita tetap saudara dan lahir dari rahim yang sama, dan Luna adalah adik Abang."

"Dan untuk aksi bully yang Luna lakuin tadi, itu bukan sepenuhnya salah Luna, cewek itu juga salah! Luna cuma berusaha kasih dia peringatan untuk gak gangguin Luna lagi, apa salah kalau Luna melawan demi membela diri Luna sendiri? Luna rasa ... Luna gak salah dalam hal ini," papar Luna dengan mata berkaca-kaca.

"Apa pun itu, lo tetep salah, Luna! Perbuatan lo ini gak bisa dimaklumi, sekalipun lo hanya membela diri! Dan bukan sekali aja gue liat lo bully cewek tadi,  ini sudah yang ke sekian kalinya lo bully dia dan dengan cara yang bahkan lebih parah dari sebelumnya. Apa itu bisa dibenarkan? Gak sama sekali, Luna!"

"Bang, dia selalu ngusik ketenangan Luna dan bahkan dia yang bully Luna duluan! Luna gak punya salah apa-apa sama dia, dia terus bully Luna setiap harinya sejak dua hari Luna jadi murid baru." Luna tak dapat menahan tangisnya kembali kala matanya bertemu dengan tatapan tajam lagikan tajam lagikan menusuk yang Glenn arahkan padanya.

"Tiada asap tanpa adanya api yang berkobar," ucap Glenn datar.

Luna menghela napas panjang, "Dia iri sama Luna, dia cemburu karena Luna bisa deket sama Viraz, orang yang dia suka dan cintai dan temen sekelas Luna."

"Jauhi cowok itu!"

Deg!

"Ha ... hah?"

"Lo budeg? Jauhi Viraz kalau lo masih mau selamat!"

"Bang, tapi ... Luna cinta sama dia sejak awal dia deketin Luna," cicit Luna.

"Dua pilihan, jauhi dia dan lupakan perasaan bullshit lo itu atau ... Lo akan terus menderita karena perasaan bodoh lo itu. Pilihan ada di tangan lo, naik!" pungkas Glenn.

Kemudian pria mengendarai motornya dengan kecepatan sedang menuju mansion setelah Luna duduk dengan benar di belakang, entah mengapa ada rasa tak nyaman di hatinya setelah mendengar penjelasan perempuan yang duduk di belakangnya itu.

Please, Glenn. Hilangin rasa gak enak di hati lo ini setelah denger penjelasan cewek itu, bisa aja dia sosok manipulatif sama seperti ibunya yang gatau diri, seperti playing victim. Lo harus hati-hati sama dia, jangan bodoh! –rutuk Glenn dalam batinnya.





















Next jangan?

Bad Boy Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang