Twenty

24 4 0
                                    

Drrtt ... drrtt ... drrtt ....

Suara dering telepon membuat Glenn tersadar dari lamunan masa kecil, Glenn meletakkan catatan kecilnya di atas nakas dan mengambil handphone–nya lalu, remaja itu mengangkat telepon dari Luna, sang adik.

"Hm, ada apa?"

Bang, bisa anterin Luna ke rumah temen, gak? Luna ada kerja kelompok di rumah Lista, tetapi Luna lupa bawa mobil tadi. Bisa anterin, gak? Untuk masalah Ibu, Abang jangan khawatir yaa karena ada papa Jack yang jagain ibu di sana.

"Lo di mana sekarang?"

Luna ada di cafe lyka, –balas Luna.

"Okey, lima menit gue sampe. Jangan ke mana-mana, tunggu gue di sana!"

Okey, see you Abangnya Luna, muach!

Tut.

Glenn mengambil kontak motor dan menjalankan kendaraan beroda dua itu menuju tempat di mana sang adik berada, sesampai di cafe itupun Glenn tidak masuk melainkan duduk diam di atas motornya dan mengklakson beberapa kali. Suara klakson itu membuat Luna yang duduk santai di kursi samping jendela buru-buru bangkit dari duduknya dan menghampiri sang abang.

"Ke mana?"

"Jalan Kenanga nomor 13 blok B, itu alamat rumah Lista sih katanya. Abang tau, gak?"

"Hm, tau." Glenn melajukan motornya dengan kecepatan sedang seraya menikmati angin sepoi yang membelai manja wajah tampannya. Sesampainya di tujuan, Luna turun secepat kilat dan memperbaiki tatanan rambutnya yang sedikit berantakan karena terpaan angin.

Glenn membuka helm full face–nya membuat Luna yang hendak masuk menghentikan langkahnya, "Ada apa, Bang? Mau masuk juga?"

Glenn menggelengkan kepalanya, "Gue tunggu lo di rumah Ikbal nantinya, telepon atau chat gue setelah kerja kelompoknya selesai, ngerti?"

"Luna takut lama, Bang. Jadi, Abang tungguin ibu aja di rumah sakit nanti, papa Jack juga bilang ke Luna kalau dia gak bisa lama-lama nungguin ibu di rumah sakit."

"Okey, telepon gue kalau udah selesai, jangan sampai lupa!"

"Siap, terima kasih Abangku Sayang ... paypayy!"

Glenn hanya mengangguk pelan, entah mengapa kini perasaannya tidak enak kala Luna memasuki rumah minimalis itu. Hatinya seakan berbisik bahwa jika dirinya pergi dari sini, maka hal buruk akan terjadi pada adik perempuannya.

"Apa gue tunggu di rumah Ikbal aja, ya? Bukannya rumah Ikbal cuma berjarak dua rumah dari sini? Yaudah deh, gue tunggu di rumah Ikbal aja," monolog Glenn.

Glenn menjalankan kuda besi beroda duanya ke rumah sang sahabat setelah sebelumnya remaja itu mengabari Jack untuk meminta izin bahwa untuk siang ini dirinya tidak bisa ke rumah sakit menggantikan papanya menjaga bu Sari.

Tok ... Tok ... Tok ....

Iyya bentar!

Ceklek.

"Glenn? Lo ngapain ke sini? Tumben bener," sambut Ikbal penuh keheranan. Sebab, sahabatnya satu ini sangatlah jarang mampir ke rumahnya jika tidak ada kepentingan ataupun sebuah janji dengannya juga kedua sahabat mereka yang lain.

"Gaboleh ke sini gue?" tanya Glenn datar.

"Selow man, bukan gitu ya ampun ... cuma tumben aja lo ke sini tiba-tiba tanpa kasih kabar gitu."

"Hm, boleh masuk gak?"

"Ck, masuk aja Glenn."

Dengan wajah datar, Glenn masuk ke dalam rumah Ikbal dan langsung duduk di sofa ruang tamu tanpa menunggu titah atau izin dari sang tuan rumah, nyebelin emang. Namun, jangan salahkan Glenn, karena sejatinya mama Ikballah yang menyuruhnya menganggap rumah itu sebagai rumahnya sendiri kala dia mampir beberapa waktu lalu.

"Glenn, jawab pertanyaan gue dulu dong. Tumben-tumbenan lo ke sini tanpa Jay dan Roky, kasih tau gue dong!" seru Ikbal membuat decakan keluar begitu saja dari bibir tebal Glenn.

"Luna lagi kerja kelompok di rumah Lista yang jaraknya dua rumah dari sini, jadi gue ke rumah lo sekalian nungguin Luna kerja kelompok."

"Cyeilahh ... iyadeh sipaling perhatian sama istri, sampe-sampe ditungguin dari jarak dekat. Gak sekalian lo tungguin di dalem rumah temennya, Glenn?" goda Ikbal terbahak.

"Ck, apasih! Lebih baik lo ambil cemilan, minuman dingin, jus atau apa kek, trus jangan lupa telepon Jay sama Roky suruh ke sini!" titah Glenn seenak jidat.

"Heh! Lo waras? Gue tuan rumah di sini yaa jangan seenaknya nyuruh, lo!" sengit Ikbal.

"Dan gue tamunya, tamu adalah raja dan sebagai tuan rumah lo harus layanin raja dengan sebaik mungkin, paham?"

"Ck, untung sahabat, coba kalau nggak."

"Ngomong apa, lo?" sentak Glenn yang hanya dibalas senyum paksa oleh Ikbal.

Lantas, remaja berperawakan tinggi nan putih itu bangkit dari duduknya dan melakukan apa yang sahabat lucknutnya perintahkan, kesal sih sebenarnya kala dengan seenak jidat sahabatnya itu menyuruhnya menjadi pelayan dadakan di rumah sendiri. Namun, Ikbal tak dapat membantah perintah Glenn, karena tatapan tajam yang dipancarkan mata beriris indah itu seakan ingin menelannya hidup-hidup.

Tak lama kemudian, datanglah JaKy—Jay dan Roky— memasuki rumah milik Ikbal dengan langkah santai dan menyebalkan, bagaimana tidak menyebalkan jika keduanya berjalan dengan wajah arogan sok dewasa mereka itu.

Ah ... jangan lupakan bundaran bahagia di wajah salah satu dari mereka, yaitu Jay kala mendengar bahwa Ikbal telah menyiapkan banyak cemilan untuk mereka nikmati kala di telepon tadi.

"Udah dateng lo berdua? Cepet bener, emang ye ... kalau masalah makan gratis mah paling gercep klean," ucap Ikbal dengan nampan berisikan minuman dan camilan di tangannya.

"Yoi, kita mah kalau urusan makan gratis paling gercep," sahut Jay terkekeh. Akhirnya, mereka berempat menghabiskan waktu bersama dengan segala macam hal menyenangkan lagikan penuh kegembiraan nan canda-tawa.

***
"Gue lupa kalau harus ke rumah sakit sambil nunggu kabar dari Luna, duluan ya! Bay the way thank jamuannya, Bal! Assalamuakaikum," pamit Glenn melangkahkan kakinya meninggalkan Ikbal yang menatapnya penuh kekesalan mendalam.

Drrtt ... drrtt ... drrtt ....

Saat Glenn hendak menghidupkan motornya, sebuah panggilan masuk menghentikan aksinya sehingga mau tak mau Glenn mengurungkan niatnya untuk pergi ke rumah Ikbal.

"Papa? Tumben banget telepon, ada apa, ya?"

"Halo, assalamualaikum Pah. Ada apa?"

Waalaikumussalam, kamu di mana?

"Glenn baru dari rumah Ikbal san sekarang mau ke rumah sakit buat gantian sama Papa jaga ibu, kan Papa udah seharian jaga ibu di rumah sakit. Kenapa?" tanya Glenn sopan. Sejak kejadian di mana Diandra mendorong Sari dari lantai dua, hubungan Glenn dengan Jack mulai membaik seiring berjalannya waktu.

Ibu kamu baik-baik aja dan Papa gak masalah jagain ibu kamu, sekarang cepat jemput adik kamu itu! –tandas Jack dari seberang sana dengan suara panik.

Mendengar nada panik dari sang Papa, perasaan Glenn kian mengacau. Firasat buruk yang sejak tadi dia rasakan mengenai sang adik kembali berkobar dan dengan berhati-hati, Glenn menanggapi ucapan sang Papa.

"M ... maksud Papa apa? Luna masih belum menghubungi Glenn untuk minta jemput, dan ... Kenapa Papa terdengar panik?"

Luna menelepon Papa tadi, entah apa yang terjadi padanya di sana. Namun, suaranya terdengar gelisah, takut, dan melirih seakan hal buruk telah terjadi padanya, Glenn. Papa khawatir dengannya, maka dari itu Papa memintamu untuk menjemputnya segera dan memastikan bahwa firasat buruk Papa tentang adikmu adalah salah.

Deg!

Tut.


















Next jangan?

Bad Boy Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang