Twelve

37 5 0
                                    

Grep!

"Selamat pagi Ibu kesayangan Glen yang cantik!" seru Glen memeluk Bu Sari dari belakang.

Beruntung bu Sari tau sikap Glen yang selalu memeluknya dari belakang setiap saatnya, sehingga wanita paruh baya itu tidak lagi terkejut dengan tingkah ajaib putranya yang satu ini.

"Glen, bersyukur saja Ibu tidak mengidap riwayat penyakit jantung. Jika saja ada, maka Ibu yakin seratus persen Ibu akan langsung masuk rumah sakit karena terkejut setiap saat," kesal Bu Sari yang hanya dibalas menahan ringan oleh Glen.

"Ibuku Sayang, jangan lupakan bahwa aku adalah putra kesayanganmu. Jadi, maklumi saja tingkahku yang suka memeluknya dari belakang setiap saatnya agar kau tidak terkejut. Sangat mudah, bukan?" tukas Glen membuat Bu Sari menggelengkan kepalanya.

Bu Sari senang melihat sisi ceria Glen yang selalu merecoki dirinya setiap hari tanpa lelah dan terkadang membuat dirinya kesal bukan main, tetapi meskipun begitu ia sangat bahagia. Selain bahagia karena perubahan sikap Glen yang ceria, wanita itu juga bahagia sebab, Jack tak lagi menyiksa ataupun melakukan kekerasan fisik kepada Glen.

"Duduk dulu, gih. Ibu mau siapin menu sarapannya dulu dan kamu ambil tas kamu di kamar biar enak jalan ke sekolahnya sebentar lagi."

"Yaudah kalau gitu, Glenn ambil tas dulu, ya Bu."

Glenn berlari kecil menaiki tangga guna melakukan apa yang Ibu kesayangannya perintahkan, entah mengapa mendapat perhatian kecil dari Bu Sari membuat Glen tak dapat menahan binar kebahagiaan pada raut wajahnya. Padahal, sebelum ini Glenn selalu bisa menyembunyikan segala ekspresi di wajahnya, tetapi sekarang dia tidak lagi bisa menyembunyikan ekspresi di wajahnya.

Setelah mengambil tas di kamarnya, Glenn kembali turun ke bawah dengan riang gembira untuk sarapan. Namun, seketika ekspresi kegembiraan di wajahnya sirna kala dirinya melihat Jack, Diandra, dan Luna berkumpul di meja makan, yaa meskipun suasana yang terasa di meja makan begitu mencekam, suasana mencekam terjadi karena Jack yang mempertahankan raut dingin dan tatapan tajamnya.

"Glen, kemarilah dan duduk bersama Mama di sini!" seru Diandra lembut saat dirinya menyadari kehadiran Glen.

"Tidak!" balas Glen datar kemudian berlalu dari meja makan.

"Bu, Glen .... "

"Duduk di sana dan makanlah, putraku!" titah Bu Sari tak dapat dibantah oleh Glen.

Dengan terpaksa, Glen duduk bersama orang-orang yang telah berperan penting dalam kehancuran hidupnya, remaja itu langsung memakan makanan yang telah Bu Sari siapkan dengan secepat mungkin, dirinya sangatlah muak duduk bersama mereka bertiga terlalu lama.

Katakanlah Glen keterlaluan, tetapi mau bagaimana lagi? Hatinya telah tertutup oleh kekecewaan dan kebencian mendalam terhadap Jack, Diandra, dan Luna. Walaupun Luna tidak pernah melakukan hal yang sama dengan Jack juga Diandra, tetapi kehadiran perempuan itulah yang membuat Glen harus menderita karena siksaan kejam Jack setiap saatnya.

"Saya selesai! Bu, Glen berangkat dulu yaa ... assalamualaikum."

"Glen, tunggu sebentar!" Langkah Glen terhenti, remaja itu menatap tajam wanita yang telah berani menghentikan langkahnya, siapa lagi jika bukan Diandra wanita itu.

"Apa yang Anda inginkan?"

Deg!

Diandra menahan sesak dalam hatinya, "Eum ... adik kamu, dia .... "

"Saya tidak memiliki adik!"

Lagi dan lagi hatinya sesak mendengar nada dingin putranya, Diandra sadar bahwa dirinya bersalah dan berperan besar dalam kehancuran hidup sosok remaja di hadapannya ini. Namun, dirinya benar-benar menyesal atas segala sesuatu yang terjadi di masa lalu dan dia harus kuat menghadapi akibat dari tindakannya.

"Oke, maksud Mama adalah Luna. Hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah dan Mama ingin kamu pergi bersamanya ke sekolah, apakah bisa?"

"Kalian satu sekolah dan Mama pikir ... kalian bisa berangkat bersama, usia kalian memang berjarak tiga tahun. Namun, di sekolah sebelumnya, Luna naik tingkat dengan jalur akselerasi sehingga dia kelas sepuluh sekarang."

"Saya tidak mau!"

"Glen .... "

Glen mengabaikan Diandra dan melangkah menghampiri Bu Sari yang masih setia berdiri di meja makan menunggui Jack yang sedang makan seperti biasanya. "Bu, Glen berangkat dulu, ya? Ibu jangan lupa makan dan jangan terlalu lelah, Glen gak mau Ibu sakit. Jangan membantah ucapan Glen atau nantinya Glen akan ngambek sama Ibu!"

Bu Sari tersenyum, "Baiklah, Ibu akan menuruti ucapanmu ini. Berangkatlah sebelum terlambat dan ingat! Jangan kembali bolos pelajaran seperti biasanya atau Ibu tidak akan tinggal diam ketika guru BK kembali mengirimkan Ibu surat pemanggilan orang tua atau wali! Kau paham?" ancam Bu Sari balik.

"Untuk itu ... Glen gak janji, ya Bu? Karena ... membolos pelajaran adalah salah satu kegiatan rutin yang harus Glen lakukan!"

"Glen .... "

Glen terbahak, "Oke-Oke, gak akan bolos pelajaran lagi!"

"Bagus!"

"Yaudah, Glen pergi dulu." Glen pamit undur diri berangkat ke sekolah setelah dirinya menyalami tangan Bu Sari yang mulai tampak keriputnya.

Saat akan melangkahkan kaki menuju pintu, lagi dan lagi langkahnya harus terhenti mendengar suara Bu Sari. "Kau melupakan sesuatu, putraku!"

"Apa, Bu?"

Bu Sari menunduk Jack yang kini melihat putranya dengan tatapan yang sulit diartikan, Glen menghela napas panjang ketika dirinya peka akan kode Bu Sari.

"Pa, Glen berangkat dulu. Assalamualaikum," pamit Glen menyalami tangan sang Papa.

Deg!

Jack tersentak mendapat perilaku mengejutkan putranya, hatinya terenyuh dan terasa hangat sehingga pria paruh baya itu tak dapat menahan senyum tipis di wajahnya tanpa peduli bahwa Diandra, Luna, dan Bu Sari melihat interaksinya dengan Glen.

Jack berdehem, "Waalaikumussalam, hati-hati di jalan dan jangan berkendara dengan kecepatan di atas rata-rata, Glen!"

Deg!

Glen terdiam sesaat mendengar nasihat yang dilontarkan oleh sang papa, ini pertama kalinya Jack memberinya nasihat dengan suara lembut dan penuh akan kasih sayang. Glen bahagia, tetapi hatinya terpaksa menepis semua kebahagiaan dalam dirinya karena bisa saja sang papa berkata lembut nan penuh kasih sayang tanpa pria itu sadari. Jadi, Glen harus berjaga-jaga agar dirinya tidak termakan harapan besar untuk perubahan sikap Jack.

"Baik, Pa." Glen menjawab ucapan sang Papa kemudian pergi dari sana mengabaikan Diandra yang menatapnya dengan tatapan sendu.



























Next jangan?

Bad Boy Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang