Six

34 5 0
                                    

Selamat siang guys, maaf yaa baru update, soalnya Author kemarin banyak banget kegiatan sekolah sehingga gak bisa update dan bikin kalian nunggu kelanjutan kisah Glen.

Happy Reading guys!!!

***
Ceklek.

Setelah Glen dipindahkan ke ruang rawat inap, ketiga teman Glen langsung menghampiri sahabat mereka yang tak sadarkan diri.

"Glen, lo gak kangen nih ma kita bertiga? Lo gak kangen balapan bareng kita? Jujur, udah seminggu lamanya kita gak balapan, Glen. Bangun yok, kita butuh banyak penjelasan dari lo, Glen. Ayo bangun dan ceritain semuanya sama kita," ujar Roky.

"Iyyaa, Glen. Kita kangen banget balapan sama lo, kita butuh penjelasan dari lo, Glen ... kita sahabat lo, 'kan? Lo harus bangun dan jelasin segalanya sama kita-kita kalau nggak, kita akan ngambek sama lo!"

"Gue emang baru kenal sama lo, tapi gue tau kalau lo gak suka rumah sakit. Jadi, lo harus bangun dan sembuh biar bisa keluar dari rumah sakit ini, Glen. Ayo, lo harus sadar dan kasih kita tatapan tajam lo itu, asal lo tau Glen ... gue sama Jay kemarin godain dan nangisin anak cewek orang, lo harus marahin kita berdua, Glen. Please ... marahin kota berdua, Glen. Jangan diem aja!"

Banyak hal yang Ikbal, Jay, dan Roky katakan juga lakukan, tetapi usaha mereka bertiga sia-sia saja. Mata tajam nan mengintimidasi itu tetaplah tertutup tanpa ada niatan untuk terbuka, sehingga mau tak mau ketiganya duduk di sofa dengan pandangan sendu dan tersirat ketakutan di dalamnya. Mereka takut, perkiraan dokter yang menyatakan bahwa Glen koma terngiang-ngiang di pikiran mereka.

"Please, Glen ... Jangan bikin ketakutan kita jadi kenyataan, jangan sampai apa yang dokter perkirakan terjadi. Bangun, Glen ... Kita mohon sama lo, bangun ... jangan bikin kita semua khawatir kaya gini ... sudah satu jam lebih lo gak sadarkan diri, jangan sampe gue hajar lo nantinya, karena udah bikin kita semua khawatir dan ketakutan gini, Glen!"

Ssshh ....
Awhs ....

"Glen, lo udah sadar?" pekik Jay tak dapat menahan kelegaannya.

Perlahan tapi pasti, mata tajam nan mengintimidasi itu terbuka menyesuaikan cahaya yang berlomba-lomba masuk melalui retina matanya. Roky langsung menekan tombol merah di samping brankar untuk memanggil dokter datang, mereka bahagia ... sangat bahagia! Namun, kebahagiaan itu sirna kala mendengar kalimat pertama yang Glen ucapkan.

"Gue masih hidup, ya?" tanya Glen tersenyum miris.

"Maksud lo nanya kaya gitu apa, Glen? Lo mau ninggalin kita semua? Iya?" sarkas Jay.

"Buat apa gue hidup? Gak ada yang peduli sama gue iyyaa, kalian tau ... selama ini gue hidup dalam tekanan bokap, kalian tau ... selama ini gue hidup dalam penyiksaan dan hidup layaknya di neraka!"

"Gue mau mati, bukankah itu lebih baik? Dari pada gue harus hidup, tetapi bokap selalu bikin gue berada dalam keadaan antara hidup dan mati, atau dalam kata lain ... dia berusaha bikin gue mati secara perlahan. Gue capek, gue putus asa, gue gak butuh apa pun, selama ini kalian tau apa yang gue butuhin? Hanya kematian yang gue butuhin, bukan yang lain!"

"Kayanya lo harus cepet-cepet diperiksa deh, otak lo udah konslet soalnya! Dokter, periksa temen kami!" titah Ikbal kembali duduk di sofa diikuti Jay dan Roky.

"Gimana keadaannya, Dok?"

"Keadaannya sudah membaik, tetapi dia harus dirawat inap selama beberapa hari ke depan karena keadaannya yang belum memungkinkan untuk bisa lepas dari pantauan kami."

"Baik, terima kasih Dokter."

"Kalau begitu, saya permisi dahulu dan jika kalian membutuhkan sesuatu, kalian bisa panggil saya."

"Baik, Dokter."

Setelah dokter keluar dari ruangan Glen, ketiganya kembali bangkit dan menatap Glen penuh intimidasi. Jangan salah, meskipun mereka begitu petakilan, tetapi tatapan intimidasi mereka berhasil membuat sosok Glen yang selalu dingin bisa merasakan sedikit tidak nyaman dengan tatapan ketiganya.

Glen mengangkat sebelah alisnya, "Apa?"

"Obat-obatan apa yang lo konsumsi selama ini, Glen?"

Deg!

Glen tertawa sumbang, "Ap ... apa maksud kalian? Gue gak ngerti!"

"Gak usah sok polos deh, Glen! Kita semua tau, selama ini lo selalu mengonsumsi obat-obatan secara berlebihan sampai lo overdosis obat, 'kan? Lo udah gak sayang sama diri lo sendiri, hah? Sampai-sampai lo berani konsumsi obat kaya gini, jawab!" sentak Roky.

Di antara mereka semua, hanya Roky yang bersikap sangat dewasa dan tegas. Glen memang sosok yang tegas, tetapi ketegasan Glen tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Roky yang merupakan putra dari seorang abdi negara. Tentu sejak kecil, keluarga Roky sudah mengajarkan apa itu kedisiplinan, ketegasan, dan tanggung jawab besar pada sahabat Glen yang satu ini.

"Glen ... jawab sekarang atau gue pake kekerasan untuk bisa dapetin jawaban dari lo!" ancam Roky dengan nada rendah.

Glen menyerah, percuma saja menutupi semuanya, karena setiap bangkai yang disembunyikan pasti akan tercium juga baunya. Sama seperti rahasia yang selama ini Glen sembunyikan dari ketiga sahabatnya, pasti cepat atau lambat mereka mengetahuinya.

"Okey, gue jawab sekarang! Jadi ... sudah lima tahun lamanya gue konsumsi obat tidur," lirih Glen yang masih bisa didengar oleh ketiganya.

"Kenapa? Kenapa lo lakuin hal yang lo tau pasti itu gak baik buat lo, Glen?"

"Gue tertekan dan gue trauma, selama ini gue gak bisa tidur karena terbayang akan perbuatan bokap gue yang terkadang menyiksa bahkan melukai gue saat gue gak sadar atau bisa dibilang saat gue tidur, bokap nyokap gue dengan siksaan yang pedih. Gue selalu takut bokap masuk kamar gue dan melukai diri gue lagi, gue trauma!" papar Glen mencoba menahan emosi dan sesak yang muncul dalam dirinya.

Tidak, Glen tak boleh terlihat lemah di hadapan ketiga sahabatnya, cukup Bi Sari yang bisa melihat kerapuhan dan kelemahannya, tidak untuk mereka bertiga! Dia tak ingin dikasihani, dia hanya ingin dimengerti, tetapi tidak untuk dikasihani! Hal yang paling dibenci Glen di dunia selain ibu kandungnya, melakukan  dosa, salah satunya adalah dikasihani oleh orang lain.

"Jangan kasihani gue, gue paling benci dikasihani orang lain!" tukas Glen dengan wajah datarnya.

"Glen .... "

"Jangan natap gue seakan-akan kalian semua kasihan sama jalan hidup gue yang begitu menyedihkan, kalau kalian natal gue kaya gitu ... gue pastikan, gue akan pergi dari hidup kalian untuk selamanya!" seru Glen memalingkan wajahnya.

"Tentu kalian tau, yang gue katakan bukanlah hal yang main-main!"















Next jangan?

Bad Boy Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang