Thirty One

26 3 0
                                    

Brakk!
Aakhhh!
Ibu!

"Ibu, Ibu bangun, Bu! Ibu ... bangun ... nggak ... Glenn mohon jangan gini ... Ibu, bangun bu ... Jangan tinggalin Glenn ..., " raung Glenn tak dapat menahan air terjun dari pelupuk matanya. Persetan dengan mereka yang melihatnya menangis dan menganggapnya cengeng, hatinya sakit melihat sang ibu terpental hingga tak sadarkan diri dengan tubuh berlumuran darah.

"Ibu ... bangun, Bu ... bangun ... Jangan tinggalin Glenn ... bangun, Bu ... apa yang kalian lihat, bajingan? Cepat, hubungi ambulan, bangsat!" murka Glenn kala masyarakat sekitar hanya menonton sambil merekam tanpa niat membantunya sama sekali.

"Jika sampai salah satu dari kalian tidak menghapus video yang kalian rekam beberapa detik lalu dan malah mempublikasikannya, jangan salahkan saya jika hidup kalian akan menderita dan bahkan hidup kalian tak akan sampai esok hari!" teriak Glenn menatap tajam orang-orang yang kini mulai gemetar ketakutan karena aura yang dikeluarkannya.

Seorang pria paruh baya yang Glenn yakini supir taksi mulai mendekatinya dengan langkah perlahan karena kakinya yang gemetar hebat akibat aura intimidasi nan tatapan tajam Glenn.

"M ... maaf, Dek ... ambulan sudah saya hubungi dan telah sampai di sini."

"Terima kasih, ikut saya ke rumah sakit, Pak!" balas Glenn dengan wajah datarnya.

"B ... baik, Dek."

***
Sesampainya di rumah sakit, Glenn menunggu di luar UGD dengan harap-harap cemas disertai keringat dingin mengucur dari dalam diri Glenn tanpa dapat dikendalikan olehnya. Sumpah demi apa pun, Glen tak akan mau memaafkan orang yang telah berani menabrak ibunya tanpa rasa bersalah ataupun tanpa tanggung jawab, Glenn bertekad akan membalas siapapun yang menjadi tersangka tertabraknya sang ibu dengan balasan yang sangat menyakitkan.

Persetan dengan titah sang ibu yang menyuruhnya untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan pula anak mana yang sanggup melihat ibu tercintanya terluka dan orang yang membuatnya terluka lari begitu saja tanpa rasa tanggung jawab.

Ceklek.

"Dokter, bagaimana keadaan Ibu saya? Dia baik-baik saja, 'Kan? Tidak ada hal serius kepadanya  'kan?"

"Tuhan lebih menyayanginya."

Deg!

"Apa yang kau katakan, Dokter?" sentak Glenn dengan napas memburu mencengkeram kerah baju dokter di hadapannya.

"M ... maaf, tetapi inilah kenyataannya. Benturan keras di kepala bu Sari pada insiden beberapa waktu lalu belumlah pulih benar dan kini, kepala bu Sari mendapatkan benturan yang lebih keras lagi karena terpental jauh, sehingga kami tak dapat menolong nyawanya. Maaf sekali lagi," terang sang dokter membuat Glenn langsung terduduk lesu di tempatnya.

"Ib ... Ibu ..., " lirih Glenn.

"Nggak, Ibu gak boleh tinggalin Glenn ... Gak boleh!" Seru Glenn langsung mendorong keras pria paruh baya di hadapannya dan berlalu masuk ke dalam ruang UGD untuk memastikan keadaan ibunya.

Glenn memeluk erat ibu tercintanya, dengan isak tangis dirinya meraung keras tanpa peduli suster yang bertugas di sana masih berada di ruang UGD. "Ibu ... Ibu bangun, Bu ... jangan tinggalin Glenn, Bu ... jangan tinggalin Glenn ... Glenn gak akan sanggup hidup tanpa Ibu, Glenn gak sanggup, Bu ... ayo bangun ... bangun, Bu ...."

"Ibu, Glenn akan balas dendam kepada orang yang sudah berani melukai Ibu, ayo bangun dan marah Glenn, Bu ... ayo bangun dan nasihatin Glenn ... ayo bangun ... bangun Ibu, bangun! Glenn gak akan ikhlaskan kepergian Ibu ... jadi, ayo bangun Ibu ... bangun! Glenn gak mau kehilangan Ibu ... Glenn gak mau, Bu ... Glenn gak mau .... "

"Glenn, ayo bangun, Nak! Jangan seperti ini, kasihanilah Ibu kamu ... jangan pernah lupa hukum alam dan hukum Allah, Glenn!"

Glenn mendongak lantas, Glenn memeluk erat sosok di belakangnya dan menumpahkan isak tangisnya di hadapan pria paruh baya tersebut. "Pah ... Ibu, Pah ... dia ninggalin Glenn, dia udah gak sayang sama Glenn, Pah ... dia gak sayang lagi sama Glenn ... Glenn sendirian, Pah ... Glenn gak ada tempat bersandar lagi sekarang ... Glenn bener-bener sendiri ..., " adunya kepada Jack yang kini membalas pelukan putranya tak kalah erat disertai air mata yang mulai mengenang di pelupuk matanya.

"Glenn, Glenn gak boleh kaya gini ... Ibu pasti gak akan seneng lihat Glenn terpuruk seperti ini, mana anak Ibu Sari yang kuat? Mana anak Ibu Sari yang kejam bagaikan singa, heum? Mana? Apa Glenn mau Ibu sedih di atas sana karena sikap Glenn yang gak mau ikhlaskan kepergian Ibu?" Glenn menggeleng lemah.

"Glenn gak mau, 'kan? Glenn gak sendiri, ada Papa, ada Luna, dan ada sahabat-sahabat Glenn yang akan selalu ada di sisi Glenn bahkan bisa Glenn jadikan sandaran, jangan sedih berlebihan, okey? Tentu Glenn ingat pesan Ibu sebelum beliau wafat, 'kan?" Glenn mengingat segala yang ibunya katakan saat itu.

"Glenn, kalau Ibu meninggal, Glenn gak boleh sedih, ya? Glenn gak boleh jauh dari Allah Swt dan bahkan melakukan hal yang dilarang oleh Islam, ya Sayang?"

"Ibu ngomong apaan, sih? Nggak, Ibu gak boleh ke mana-mana dan tetaplah di sini sama Glenn, titik!" ucap Glenn tak suka dan memeluk erat ibunya.

"Janji dulu sama Ibu, Glenn!"

Glenn mengangguk lesu, tanpa sadar air mata mulai menetes dari ekor matanya. "Yah ... Glenn janji gak akan jauh dari Allah, tetapi Glenn berharap Ibu bisa selalu bersama Glenn sampai Glenn menikah, punya anak, dan punya cucu nantinya ..., " gumam Glenn yang masih didengar oleh bu Sari.

"Semoga Allah mendengar doamu, Sayang."

"Glenn, jangan bals dendam lagi ke mama kamu, ya? Ibu udah sehat dan bersama Glenn sekarang, hilangin dendam, kebencian, dan kemarahan dalam diri kamu terhadap mama kamu!"

"Glenn gak bisa, Bu. Kesalahan dia begitu sulit untuk dimaafkan, apa yang dia lakukan itu melanggar hak hidup manusia, dia melakukan percobaan pembunuhan pada Ibu kala Ibu koma di rumah sakit. Jadi, maaf ... Glenn gak bisa penuhi keinginan Ibu."

"Glenn mau Ibu bahagia dan tenang, 'kan? Turuti keinginan Ibu, ya? Anggap saja ini keinginan terakhir Ibu sebelum ajal datang menyapa dan mengambil nyawa Ibu," tutur Bu Sari lembut seraya mengelus rambut putranya.

"Tuh ... kan ... Ibu ngomongnya asal-asalan lagi, Glenn gak suka!"

Bu Sari terkekeh, "Maaf, Sayang ... ajal, rezeki, jodoh, dan takdir manusia berada di tangan Allah, Nak. Kita sebagai manusia hanya bisa menerima nan menjalankan takdir darinya dengan hati yang lapang," papar Bu Sari tersenyum hangat.

"Glenn gak suka Ibu ngomong gitu, Ibu .... "

"Maaf, pokoknya Glenn harus patuhi dan penuhi janji Glenn sama Ibu untuk gak balas dendam!" pungkas Bu Sari. Tanpa mereka ketahui, Jack mendengar dan melihat segala hal yang dibicarakan serta dilakukan oleh ibu dan anak itu dengan hati yang menghangat.
































Next jangan?

Bad Boy Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang