Twenty one

22 3 0
                                    

"Assalamualaikum, Pah." Ucapan salam dari dua remaja mengalihkan tatapan Jack yang semula menatap sendu Sari kini menatap penuh kekhawatiran pada dua remaja yang mengucap salam.

"Waalaikumussalam, Glenn, Luna, apa yang terjadi? Luna, mengapa tadi kau menelepon Papa dengan suara yang terdengar gelisah, takut, dan panik? Kau tidak apa-apa? Dan ... mengapa matamu sembab? Apakah mereka menyakitimu, Sayang?" tanya Jack beruntun seraya menangkup pipi Luna yang hanya dibalas senyum tipis oleh perempuan itu.

"Ya, tanyain aja sama putri Papa ini, apa yang terjadi! Sejak tadi Glenn terus menanyakan alasan apa yang membuatnya sedih, tetapi pertanyaan Glenn tidak dijawab olehnya sama sekali," sela Glenn melipat tangan di depan dada.

"Luna gak papa, Pah! Luna cuma tengkar kecil aja sama teman-teman."

"Dan lo pikir kita akan percaya gitu aja, Luna? Kita gak sebodoh itu untuk lo kasih alasan klasik kaya gitu," sarkas Glenn tak dapat menahan kemarahannya.

Bagaimana tidak marah, dirinya yang sejak tadi mengkhawatirkan perempuan itu dan terus menanyakan mengenai hal yang membuat adiknya menangis sehingga matanya sembab dan sedikit membengkak, tetapi apa balasan yang dia dapatkan dari pertanyaannya itu? Tidak ada jawaban yang keluar dari lisan perempuan itu, hanya senyum paksa serta aliran air mata yang dia dapat sebagai jawaban.

"Glenn!"

Glenn menghembuskan napas panjang sebelum beranjak dari pintu dan menghampiri sang ibu yang terbaring lemah tak berdaya di atas brankar rumah sakit. Glenn menggenggam lembut telapak tangan sang ibu yang mulai mengeriput, kemudian mengecupnya dengan penuh kehangatan lagikan penuh kasih sayang.

"Bu, Ibu kapan sadar? Glenn kangen sama Ibu, Glenn kangen dimasakin makanan favorit Glenn setiap harinya, Glenn kangen omelan yang Ibu lontarkan kala Glenn mengumpati Papa dalam diam, Glenn ... mau Ibu sadar dan mencurahkan cinta serta kasih sayang yang tidak pernah Glenn dapatkan dari Papa juga wanita iblis itu. Bangun, Bu ... Glenn kangen Ibu ... Glenn sayang Ibu ..., " raung Glenn mulai terisak pilu.

Luna dan Jack yang melihat itu terenyuh, mereka tau betapa sayangnya Glenn pada Sari. Mereka tau, kasih sayang dan cinta Glenn pada Sari melebihi rasa cinta kasih Glenn pada dirinya sendiri, bahkan mereka yakin jika Glenn akan melakukan dan mempertaruhkan apa pun demi keselamatan serta kebahagiaan Sari semata.

"Luna, Papa perlu bicara sama kamu dan Papa minta kamu jelaskan segalanya pada Papa. Ayo, kita bicara di luar!" ajak Jack yang hanya bisa dipatuhi oleh Luna.

Sesampainya di depan ruangan Sari, Jack menatap Luna dengan tatapan mengintimidasi yang berhasil membuat Luna gugup sekaligus takut sehingga perempuan itu harus menghela napas berkali-kali dan menelan salivanya kuat-kuat untuk menutupi kegugupan dan ketakutan dalan dirinya.

"Jelaskan!"

"Pah, Luna gak papa. Gak terjadi apa-apa sama Luna, Pah."

"Luna, kamu memang bukan darah daging Papa, tetapi apa pun itu kamu adalah adik dari putra kandung Papa dan secara tidak langsung kamu juga anak Papa. Papa berhak atas kamu, jadi Papa mohon ... Jelaskan segalanya kepada Papa, anggap Papa sebagai Papa kandungmu sendiri, anggap Papa sandaran terhangatmu, Sayang."

Luna menunduk dalam, "Pah, Luna ... mengalami hal buruk yang terjadi di rumah Lista tadi dan gak bisa Luna ceritakan sekarang, baik kepada Papa maupun abang Glenn. Akan tetapi, Luna janji secepatnya jika Luna siap, Luna akan ceritakan segalanya kepada Papa. Luna gak siap nerima kemurkaan, kekecewaan, dan yang lebih parahnya lagi tatapan permusuhan yang terpancar dari wajah Papa dan abang nantinya," batin Luna di akhir kalimatnya.

"Okey, Papa gak akan maksa kamu untuk cerita. Namun, apa pun itu kamu gak boleh sungkan untuk cerita atau minta apa pun sama Papa, ya? Papa sudah menganggapmu sebagai anak kandung Papa sendiri dan Papa menyayangimu seperti Papa menyayangi Glenn," tutur Jack lembut seraya membawa Luna ke dalam pelukan hangatnya. Tak tahan dengan keadaan yang menjeratnya, Luna pun menyalurkan segala sesak di hati dengan tangisan pilu yang ia tumpahkan pada dada bidang Jack sehingga kemeja pria paruh baya itu basah akan air mata.

"Terima kasih, Pah. Luna ... Luna sayang Papa," lirih Luna tanpa melepaskan pelukan dan menghentikan tangisannya.

"I love you more, my daughter!"

Setelah kian lama berpelukan dan menyalurkan kasih sayang, Jack melepaskan pelukan mereka seraya tersenyum manis. Jack tidak menyangka bahwa dirinya akan berubah menjadi sosok yang penuh akan kasih sayang seperti sekarang, dia berharap sikapnya ini bisa menjadi penebus dosa yang telah dirinya lakukan di masa lalu kepada putranya dan memperbaiki semua dengan sebaik mungkin.

"Putri Papa Jack gak boleh nangis ataupun sedih lagi, mukanya jadi jelek karena mata sembab dan merah kaya badut. Kalau ada masalah, Luna gak boleh berdiam diri dan menangis, tetapi Luna harus maju untuk menghadapi masalah itu dengan sebaik mungkin, okey? Papa dan abang Glenn akan selalu ada di sisi Luna untuk menjadi tameng penguat Luna."

Cup.
Cup.

Jack mengecup kedua mata Luna dan menghapus air mata di wajah rupawan itu dengan lembut, "Okey, Luna gak akan nangis lagi dan Luna akan selalu tegar dalam menghadapi masalah apa pun dalam hidup Luna tanpa tangisan karena ada Papa dan abang yang senantiasa men–support Luna, bukan?"

"Good girl!"











Next jangan?

Double update, maaf ya guys yaa kalau alur ceritanya gak sesuai sama ekspektasi kalian. Mohon dukungan dan support kalian yaaa:)

Bad Boy Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang