Sixteen

31 4 0
                                    

"Kok gitu?" protes Luna yang hanya dibalas helaan napas panjang oleh Glenn.

"Okey, Luna pilih Abang aja."

"Memutuskan sesuatu yang ikhlas!"

"Iyyaa, Abang ... Luna ikhlas milihnya," balas Luna menyembikkan bibirnya kesal.

"Good girl, gue harap lo gak nyesel!"

"Gak akan!"

"Hm, masuk ke dalam kelas lo! Jangan bolos kalau lo Gak mau bego seketika!"

"Enak aja, Luna bolos sehari gak akan bisa bego, ya! Buktinya, pas sekolah di SMP dulu Luna dua hari bolos, tapi Luna gak bego tuh! Dan lihat! Sekarang Luna bisa sekolah di sekolah Abang karena kelas akselerasi berkat kecerdasan dan kepintaran Luna!"

"Hm, yain! Masuk, gih!"

Cup.
Deg!

"Luna masuk kelas dulu, ya Bang ... paypayy! Luna sayang Abang banyak-banyak!" seru Luna kemudian pergi dan mengabaikan keterkejutan sang abang.

Glenn masih dalam keterkejutannya, baru kali ini ada perempuan yang mengecup pipinya selain sang ibu. Pria itu menyentuh bekas kecupannya, tanpa sadar pria itu tersenyum samar seraya terkekeh kecil.

"Ternyata gini yaa rasanya punya adek? Fiks, gue akan berusaha hapus kebencian mendalam ini ke Luna, ya ... semoga aja dia tulus dan gak ngecewain gue nantinya," lirih Glenn di akhir kalimatnya.

"Mau masuk kelas, tapi mager. Bolos aja kali ya, bener kata Luna ... bolos beberapa hari gak akan bego guenya." Glenn berjalan santai meninggalkan taman dan melangkahkan kakinya menuju rooftop sekolah, tempat di mana dirinya biasa membolos bersama sahabat-sahabatnya.

Ceklek.

"Widih ... si Bos, tumben bener lo ngebolos? Lagi galau pa begimane nih?" tukas Jay menyambut kedatangan Glenn.

Glenn menaikkan sebelah alisnya yang tampak menyebalkan di mata Jay, "Salah?"

"Nggak, Bos ... nggak! Lo gak pernah salah kok, guenya aja yang Gak bisa diem mulutnya."

"Hmm."

"Glenn, lo sadar gak sih ... kalau si Rea itu suka ah ... atau bahkan cinta sama lo. Lo nyadar, gak?" tanya Ikbal berhati-hati.

"Hm, gue tau."

"Trus gimana?"

"Gimana apanya, Ky?"

"Yaa lo gak suka atau bahkan juga cinta sama dia, gitu? Secara nih ya, perhatian dia yang penuh cinta dan kasih sayang selama ini meyakinkan gue kalau lo gak akan pernah bisa nahan diri lagi untuk gak cinta juga sama dia atau ... lo udah cinta yaa sama Rea?"

"Ngomong apaan, lo? Lo tau gimana gue, 'kan? Gue gak akan pernah bisa luluh sama perhatian yang gue udah peka sejak awal kalau dia suka sama gue, yaa meskipun rasa itu hadir sedikit demi sedikit di hati gue ini."

"Namun, gue masih takut kecewa jika mengungkapkan rasa cinta dan kasih sayang yang berujung zina perasaan ini karena gue udah berani cinta sama cewek yang bukan mahram gue. Lebih baik gue simpen aja perasaan ini," sambung Glenn dalam batinnya.

"Ya, tapi lo kaya kasih harapan ke dia, Glen."

"Gue gak kasih dia harapan, Bal. Sejak awal gue udah bilang secara terang-terangan sama dia kalau jangan berharap lebih sama gue kalau gak mau sakit hati. Kalian inget peringatan gue beberapa minggu lalu, 'kan?" Ucapan Glenn membuat ketiganya mengulang kilasan memori di mana Glenn mendapatkan bekal dari Rea.

Bad Boy Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang