Twenty Seven

21 4 0
                                    

Ceklek.

"Papa pulang aja istirahat di rumah, ibu biar Glenn aja yang jagain. Papa juga harus ke kantor untuk meeting penting besok, 'kan?"

"Papa baik-baik aja, Glenn. Ada apa dengan wajahmu, son? Kau habis bertengkar dengab siapa, heum?"

"Gak kok Pa, biasalah anak cowok. Papa jangan khawatir! Lebih baik Papa pulang dan istirahat jangan pikirin Glenn, okey?"

"Tidak, kau saja yang pulang ke rumah jagain adik kamu Luna, hamil muda kaya gitu gak baik sendiri di rumah dan obati lukamu itu agar tidak infeksi!"

"Nggak, Papa aja yang pulang! Masalah luka ini ntaran aja Glenn obatinya, Papa pulang aja yaa. Sudah beberapa hari ini Papa berjaga dan jarang tidur, Glenn gak mau Papa sakit juga. Nurut, ya Pa? Glenn aja yang jagain ibu di sini," sahut Glenn mengundang helaan napas panjang Jack keluar.

"Glenn, sampai kapan kau akan bersikap dingin kepada adikmu, heum? Tidakkah kau ingin mendengarkan penjelasan adikmu? Ibumu pernah mengajarkan bahwa tidak baik sesama muslim tidak bertegur sapa selama lebih dari tiga hari, dan kau ... sudah seminggu lamanya tidak bertegur sapa dengan adikmu. Papa tau, selama ini kau tidak tinggal di rumah menemani adikmu, tetapi kau tinggal di apartemen, right?"

Glenn duduk membisu di samping Jack dan menyandarkan kepalanya di bahu sang Papa, ah ... rasanya sudah lama dirinya tidak bermanja dan berbagi keluh-kesah kepada papanya. "Glenn harus gimana, Pa? Glenn gak bisa ketemu sama Luna, rasanya ... Glenn begitu marah, kecewa, dan benci sehingga rasanya sulit untuk Glenn menerima semua keadaan ini," lirih Glenn.

"Glenn marah, benci, dan kecewa bukan kepada Luna, tetapi kepada diri Glenn sendiri, bukan begitu?"

"Hm, Papa benar. Glenn merasa gagal menjaga dan melindungi Luna dari bahayanya pergaulan bebas, entah Luna yang memang dijebak oleh seseorang atau Luna yang .... "

"Glenn gak tau harus bersikap dan berkata-kata lagi," gumam Glenn tak dapat menahan tetesan demi tetesan kristal bening dari pelupuk matanya.

Jack memeluk putranya penuh dengan cinta dan kasih sayang untuk menguatkan sebab, yang putranya butuhkan sekarang adalah pelukan dan sandaran 'tuk berbagi keluh-kesah serta mengemukakan perasaannya.

***
Glenn termenung dalam diam di rooftop sekolah tanpa peduli segala keributan yang diciptakan ketiga sahabatnya, haruskah dia melakukannya? Haruskah dia menuruti permintaan kedua orang tuanya? Namun, akankah tindakan yang dia lakukan benar adanya? Tiba-tiba kilasan percakapan dan nasihat yang Jack juga Sari berikan beberapa hari lalu setelah Sari sadar dari komanya terulang bak kaset rusak di kepalanya.

Glenn, Papa yakin putra sulung Papa ini bisa mengambil keputusan yang baik untuk masalah ini, segeralah temui adikmu, ya? Kasihan dia, dia terus memikirkan dan mengkhawatirkan dirimu. Dua hari lalu pun kesehatannya menurun karena terus memikirkanmu sampai lupa menjaga pola makannya.

Jagoan Papa, kalian berdua itu bersaudara. Dalam artian lain, kalian haruslah saling menguatkan, saling menyemangati, dan saling menjaga satu sama lain dalam suka maupun duka.

Benar apa yang Papamu katakan, putraku. Ibu tidak ingin anak-anak Ibu berlaku layaknya dua orang asing yang saling memendam kebencian dan kemarahan dalam dirinya.

Benci, kecewa, marah, adalah hal lumrah yang dirasakan kalian ketika hal buruk seperti ini terjadi. Namun, bagaimana cara kita menyelesaikan masalah inilah yang menjadi penentu masa depan dan kebahagiaan kalian.

Pukk.

"Glenn, lo kenapa? Kita liatin dari tadi ngelamun mulu, ada masalah?" tanya Ikbal menepuk pundak Glenn sehingga sang pemilik pundak terkejut dibuatnya.

"Iyya, Glenn. Gue perhatiin juga selama beberapa hari ini lo ngelamun mulu, kenapa?"

"Ho'oh, Boss. Gak kaya biasanya, ceritalah kalau ada masalah."

"Gak papa, emang gue kenapa?"

"Abang gue pernah bilang, kalau orang menjawab gak papa itu pasti ada apa-apa nih, ceritalah Glenn. Kita sahabat lo, 'kan? Bukannya sahabat tidak hanya bersama dalam suka, tetapi bersama dalam duka pula? Jadi, jangan sungkan untuk cerita ke kita-kita!"

Glenn menghela napas panjang seraya tersenyum miris dan menatap ketiga sahabatnya satu per satu, "Luna hamil."

"Ya terus? Harusnya lo bahagia, 'kan? Sebentar lagi lo akan jadi ayah dan rumah tangga kalian akan semakin lengkap dengan adanya malaikat kecil kalian, iya gak sih?" sahut Jay.

Glenn terkekeh, "Kalau boleh jujur, Luna bukan istri gue, tetapi Luna adik satu ibu gue."

Deg!

What?

Aimakjang!

Anjirrr!

"Kok bisa?" pekik ketiganya memekik bersamaan.

"Tunggu, kalau emang bener Luna adek lo, kenapa kemarin lo bilang dia istri lo?"

"Ho'oh  bener tuh Boss."

"Gue harus gimana? Lo tau sendiri gue paling benci sama yang namanya cewek agresif dan murahan, gue terpaksa ngakuin Luna istri gue karena gue gak mau Freya terus ngejar-ngejar gue, yah ... you know–lahh .... "

"Tunggu, Luna udah nikah? Maksud gue, nikah muda karena perjodohan kaya di film-film dan novel gitu?"

"Dia belum nikah, Ikbal."

"Astaga!"

"Oh, okey paham. Lalu, lo udah coba tanya ke Luna apa yang terjadi sama dia? Dan ... siapa ayahnya?"

"Atau lo ngelamun gini karena lo bertindak bodoh dan gegabah setelah dengar berita kehamilan Luna itu?" tanya Roky tepat sasaran.

"Diamnya lo gue anggap iyya, astaga Glenn. Tindakan lo ini gak bener, dalam keadaan adik lo yang maaf ... hamil di luar nikah gini, dia butuh lo sebagai abangnya untuk menjadi sandaran tempat dia berbagi keluh-kesah, dia butuh lo sebagai tameng penguat serta pemberi semangat, Glenn."

"Pastinya dia terpukul dan begitu hancur karena keadaannya yang kacau seperti ini, saran gue sih lo temui dia dan tanyakan padanya semua yang lo ingin tanyakan atau lo minta dia buat cerita semuanya ke lo, gue harap sih lo gak nyakitin hati dan mentalnya yang bisa bikin dia down. Sebab, yang gue tau down–nya mental ibu hamil itu bisa mengancam kesehatan bahkan keselamatan ibu dan janin. Lo gak mau adik dan keponakan lo kenapa-kenapa, 'kan?"

"Gue tau lo paham apa yang Kita kasih tau, Glenn. Sekarang gue tau alasan lo sering di apartemen, itu karena lo terus berusaha menghindar dari bertemu Luna. Balik, Glenn ... kita harap lo gak akan membuat kesalahan fatal nantinya," tukas Ikbal menepuk pelan pundak sahabatnya.

"Gue gak bisa."

"Apa yang bikin lo gak bisa, Glenn?"

"Gue takut terpancing emosi dan malah nyakitin hati dan perasaan Luna, sudah cukup kemarin gue ngatain dia yang buruk-buruk. Gue gak mau lagi," balas Glenn.

"Gue yakin lo bisa hadapan semua ini."





















Next jangan?

Bad Boy Secret (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang