Sementara ditempat lain seorang pemuda tengah memandangi gelapnya langit di balkon apartemennya.
Pemuda itu menghembuskan napasnya dengan kasar, memutar kembali kenangan yang terasa menyesakan dan merindukan untuknya.
Bertahun tahun memendam kerinduan yang tak tersampaikan, hanya mampu memandang lewat potret yang tersimpan rapih dalam bingkai dikamarnya, memutar terus menerus voicenote yang masih tersimpan diponsel menjadi kegiatannya sebelum memulai hari.Di atas meja disamping pemuda itu terdapat sebuah undangan pernikahan, undangan yang terlihat sederhana tapi nampak elegant secara bersamaan, ah rupanya dia masih memiliki selera yang sama walau sudah terlewat waktu yang lama.
Pemuda itu tak lain adalah Julliand, laki laki yang sampai saat ini masih betah melajang, ia dia masih sendiri sampai saat ini, jika kalian bertanya bukankah Julliand sudah bertunangan, harusnya tak lama dari itu ia menikah, jawabannya adalah tidak acara pernikahan itu tidak terjadi, ketika orangtua nya tewas akibat kecelakaan 4 tahun lalu, ia menutuskan pertunangan tersebut, bukankah dari awal ia sudah mengatakan jika sampai kapanpun ia tidak bisa menerima perempuan manapun kecuali gadis pilihannya.
Awalnya semua menolak keputusan tersebut bahkan sampai dirinya dibuat berada di titik terbawah sekalipun ia tetap teguh untuk memutus pertunangan itu, sampai akhirnya perlahan lahan ia mulai bangkin untuk merintis kembali bisnis keluarga nya, bertahun tahun terlewati dan sampailah ia di titik sekarang menjadi CEO diperusahaan yang dahulu dipimpin oleh ayahnya.Tak seharipun ia melewatkan kabar tentang gadis pujaannya, entah itu lewat sosial media, bertanya pada temannya, atau melihat langsung dari jauh, katakanlah Julliand pengecut yang hanya berani memandang dari jauh, tapi ia hanya tidak ingin menggangu kehidupan baru dari sang gadis haaah masihkah ia pantas untuk memanggil dengan sebutan gadisnya, sementara besok ia akan bersanding dengan laki laki yang beruntung telah mampu merebut peran dan posisi dirinya di hati gadis tersebut.
Rasanya cukup sulit dan hatinya pun terasa sakit tapi demi kebahagiaan nya maka ia akan mencoba melepaskan nya.Kehilangan kita adalah kisah yang tidak pernah aku harapkan, tidak lagi saling bergandengan tangan, tidak lagi saling bertukar kabar dan tidak lagi memimpikan masa depan yang sama.
Kita hanyalah dua manusia yang pernah dipertemukan kemudian punah dipisahkan.
Sejak perpiasahan kita, kukira aku sudah berdamai dengan masa lalu, ternyata aku keliru.
Memory tentang kita berputar layaknya kaset, sepotong demi sepotong tersusun bagaikan puzzle, menjadi satu kisah utuh yang membuatku hampir gila demi melupakannya.
Terkadang aku benci pada diriku sendiri yang secara sadar masih merindukan akan hadirmu disisiku.
Hari demi hari yang kulakukan hanya membantah setiap getaran rindu yang menjelma bunga tidur dalam bayang bayang kabur.
Dalam kepura puraan aku dan segalanya menjelma menjadi porselen utuh, yang seolah tak tersentuh nyatanya hatiku telah rapuh dan tak lagi utuh.
Dan setelahnya kisah kita yang telah usai berubah menjadi bunga tidur yang tak pernah usai.Aku jatuh cinta pada salah satu entitas alam semesta.
Tapi ini rumit, eksistensiku tak terjamah olehnya, canduku hanya sepihak semata.
Aku seperti pemuda yang mendamba akan sang putri raja, meskipun aku tak setangguh pangeran berkuda putih yang pantas mendapatkan segalanya dalam kedipan mata, lebih tepatnya aku bagaikan pungguk yang merindukan bulan.
Tidak mengapa, tertawan hati adalah hak semua insan di bumi, tapi lebih tahu diri adalah sikap yang harus kumiliki.
Biarlah setiap baris rasa tak harus berpunya, cukup aku kagumi dia dalam hening kala gulita, rasa yang menjadi pelita dalam sanubari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quincy
JugendliteraturMenceritakan seorang gadis cantik yg terpisah dari keluarganya, dia merasa bahwa dia adalah anak yg dibuang dan tidak diinginkan, apakah keluarganya masih mencari dia walau sudah terpisah belasan tahun dan apakah dia akan bertemu dengan keluarganya...