32. Menjadi Gemuk Bagi Perempuan

20.5K 2.5K 28
                                    

32. Menjadi Gemuk Bagi Perempuan

Ketika Arga baru masuk kamar, ia mendapati Naomi rebahan di atas kasur dengan tumpukan bantal di sekitar tubuhnya. Naomi meliriknya sejenak dan kembali memandangi layar ponsel yang menyala terang.

"Sudah selesai, ya," ucapnya.

"Sudah." Arga segera menarik ponsel Naomi setelah berhasil mengambil posisi di sebelah perempuan itu. Ia meletakkan ponsel yang suhunya sudah cukup panas ke atas nakas, lalu menyusun bantal-bantal untuk Naomi segera tidur.

"Nggak lihat mataku masih lebar banget, ya? Aku nggak bisa tidur ini."

"Jangan main HP terus."

"Nonton film nggak boleh, lihat HP nggak boleh, minum es kebanyakan nggak boleh, nggak makan apa-apa juga nggak boleh. Semuanya nggak boleh terus sama kamu."

"Baca biar cepat ngantuk."

Naomi cemberut mendengar saran yang sama sekali bukan dirinya itu. Arga memang pembaca yang kadang-kadang tergolong baik. Jika buku yang dibaca cocok, suaminya bahkan bisa lupa waktu sampai mengabaikan Naomi yang guling-guling di sekitarnya. Kalau bukunya tak cocok, maka Arga hanya sekadar baca sebentar.

Terpaksa, meski tidak terpaksa-terpaksa sekali, Naomi memosisikan dirinya untuk siap tertidur malam ini. Tubuhnya yang sekarang seperti gajah hidup di hutan dengan makanan yang tidak pernah habis seolah menghabiskan tempat di kasur mereka yang sebenarnya sudah besar sekali. Sementara Arga seperti mahluk lurus kurus dan tinggi yang nyempil di antara tubuh Naomi.

Wajahnya yang semula cemberut karena disuruh tidur seperti bocah semakin masam menyadari betapa ia tidak worth it lagi untuk dicintai. Naomi yang langsing, tinggi semampai dan tirus berubah menjadi Naomi calon ibu yang tidak terurus.

"Aku menyusui bayi berapa lama nanti?" tanyanya dengan nada ketus.

"Dua tahun?"

"Satu tahun saja bagaimana?" tawar Naomi agak berharap banyak. "Setahun berikutnya aku sudah bisa rawat diri lagi, nih. Kalau menyusui kan belum berani pakai skincare, harus tetap makan sehat dan cukup."

Arga agak terkejut mendengar itu. Ia menatap Naomi dari samping sembari mendengarkan beberapa pertimbangan wanita itu. Di antaranya: ia bisa diet kalau tidak menyusui. Ia bisa menggunakan produk skincare kalau tidak menyusui. Itu dua hal terpenting yang Arga tangkap.

"Jadi—"

Sebelum Naomi memberi pertimbangkan labih jauh, Arga lebih dulu menyela dengan berkata, "Terserahmu."

Sebetulnya, sejauh pernikahan mereka, ia tidak pernah tidak setuju amat dengan Naomi. Persoalan nama anak pun, jika Naomi betul-betul menginginkannya, maka Arga akan memasukkan satu saran namanya. Semuanya tidak ada masalah, termasuk setelah Naomi berubah menjadi perempuan gemuk yang kelihatan kurang terurus. Bukan karena Naomi tidak mengurus dirinya lagi, tetapi karena hormon ibu hamil memang berbeda.

"Kamu marah, ya?" tanya Naomi dengan suara pelan dan kaget.

Arga menghela napas sepelan mungkin dan menggeleng. Tentulah ia tidak bisa menyusui bayi sekalipun ia bapak kandungnya. Ia tidak bisa memaksa Naomi untuk menyusui bayi mereka sepanjang dua tahun. Keputusan, apakah akan melahirkan caesar atau normal, apakah akan menyusui bayi atau pakai susu formula, dan apakah akan menyusui bayi sampai dua tahun atau kurang dari itu, sepenuhnya milik Naomi.

"Tapi kamu kelihatan marah."

Arga menoleh ke tangannya yang sudah diraih Naomi sebelum menatap wajah Naomi yang sudah berubah menjadi khawatir.

"Terserah kamu," ulangnya berkata dengan nada yang lebih pelan dan halus.

"Kamu keberatan?"

"Kalau aku minta kamu menyusui 2 tahun keberatan?"

Dear Suamiku: Jangan Lupa Banyak Bicara Hari Ini Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang