"Kerja kamu lancar?"
"Lancar."
"Ditinggal seminggu, gimana keadaannya. Bakalan banyak lembur ya?"
Arga menggigit ujung pizza setelah meminum segelas air putih yang disodorkan Naomi. Matanya tak lepas mengamati istrinya itu. Rambut yang diikat asal, baju rumahan yang memberi kesan seksi, celana pendek, dan wajah polos.
Arga menyukainya, sama seperti dulu ia juga suka mencuri pandang saat mereka masih SMA.
"Gaaa."
"Banyak," sahutnya.
"Akhir taun masih dapat jatah libur enggak?" tanya Naomi lagi, agak berharap banyak.
"Kenapa?"
"Pengin jalan kalau misalnya kamu luang."
"Belum tau."
Naomi mengerutkan dahinya mendengar itu. Jawaban itu lebih ke arah enggak ada jatah liburan daripada sebaliknya. Padahal dahulu, Naomi membayangkan ia akan pergi honeymoon setelah menikah. Enggak muluk-muluk, cukup ke tempat wisata bagian timur saja. Ke pantai, menghabiskan hari yang indah dan penuh cinta di sana.
"Hari ini mau lembur?" tanyanya mengalihkan topik.
"Kenapa?"
Duh, Arga, kalau ditanya mbok ya tinggal jawab apa susahnya, sih! "Mau nyoba..."
"Nyoba?"
Kan, enggak paham. "Nyoba lagi, siapa tau malam ini berhasil kan. Tapi kalau misalnya kamu mau kerja ya enggak usah."
Arga mengerutkan dahinya tanda belum paham. Melihat itu, kegemasan Naomi meningkat. Masa sih, harus dibilang kalau mau nyoba bobol keperawanan untuk kesekian kalinya? Duh suamiku, gitu aja enggak paham-paham.
"Itu..."
"Apa?"
Seolah Naomi sangat aneh, Arga meneruskan makan pizzanya dengan lahap. Kesal, Naomi beranjak dari duduknya.
"Pikir sendiri!" katanya sinis, kemudian berlalu ke dapur.
Di tempatnya, Arga tersenyum kecil. Ia menatap ke bawah, di antara kedua pahanya, dan ia paham apa yang dimaksudkan istrinya. Masalahnya, ia agak senang melihat Naomi yang marah dan mencak-mencak karena sesuatu. Kapan Naomi ingin, ada waktu yang akan selalu ia sisihkan.
Melihat Naomi jalan dengan langkah mengentak ke arah kamar, Arga meninggalkan pizzanya untuk menyusul wanita itu. Istrinya menyambar handuk, matanya agak kesal meski tak sekesal tadi. Arga melepaskan gesper dan jam tangannya, dan sebelum Naomi menutup pintu kamar mandi, ia lebih dulu menahan untuk ikut masuk ke dalamnya.
"Ngapain ikut-ikut?!" pekik Naomi, tak tahan karena kesal.
"Ya mandi."
Naomi menarik napas panjang, lalu mengembuskan keras-keras. Pintu ditutup oleh Arga, dan lelaki itu melepaskan kemejanya di depannya. Terlampau santai. Lalu melepas celananya, sehingga kini tubuhnya hanya ditutup oleh kaus dalam dan bokser. Dalam hitungan detik saja kain-kain itu juga teronggok di keranjang baju kotor.
Naomi yang duduk di kloset menyaksikan itu dengan perasaan campur aduk. Ia ingin menyentuh kulit Arga, ia masih mengagumi otot-otot yang terbentuk di lengan, dada dan perut Arga. Masalahnya ia juga sedang kesal, dan perempuan yang kesal nggak boleh luluh sebelum dibujuk.
Memang Arga bisa bujuk? Enggak!
Mau gue ngambek tujuh hari tujuh malam dia enggak bakalan peka, enggak bakalan bujuk dan enggak bakalan ngelakuin apa-apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Suamiku: Jangan Lupa Banyak Bicara Hari Ini
RomantiekSaudari Naomi Priska Sastraperwira, maukah kamu melihat saya setiap bangun tidur? Lalu ketika pulang kerja, eh ada saya lagi, saat makan malam, saya muncul lagi. Begitu mau tidur, ternyata saya lagi yang disamping kamu. Ketika kamu lagi PMS dan ngga...