Sudah enam bulan sejak itu, kini Defandra adalah bayi berusia delapan bulan yang menggemaskan. Ia mulai belajar berjalan dan sudah bisa mengatakan ‘MA-MA-MA’ dengan lebih jelas. Ia juga sudah bisa mengacaukan hari Naomi yang rapi dan penuh rencana; sudah bisa mengotori dinding bersih dengan lipstik, krayon, atau apa pun yang bisa dipakai untuk menggores. Ah, Defandra juga bisa menumpahkan makanan ke lantai, memecahkan telur yang Naomi letakkan di meja, menyebar tepung ke seluruh penjuru dapur ketika Naomi lupa memasukkan ke lemari, dan banyak kekacauan lainnya yang bikin Naomi ingin nangis setiap hari.
Salah satu yang lainnya adalah memecahkan botol serum dan toner yang baru saja diantar tukang paket ke rumah mereka. “Aku kecil nggak senakal ini,” katanya dengan lesu pada Arga yang juga terdiam memandangi Defandra. “Dia pasti nurun kamu, Ga. Nurun kamu.”
“Aku nggak nakal.”
“Jadi nakalnya dia nurun siapa, dong? Pak RT? Tetangga kita?”
Aneh sekali tuduhan Naomi. “Nggak tau mereka nakal atau enggak,” sahutnya.
“Terserah kamulah! Nurun siapa lagi kalau bukan kita berduaaa?!”
Arga tidak tahu. Jelas ia tidak akan tahu. Ia juga tidak tahu apakah ketika ia sekecil Defandra juga senakal Defandra, dan apakah Naomi dulu tidak senakal Defandra. Arga memilih mengambil pecahan botol yang masih ada di dekat Defandra, membuangnya ke tempat sampah dan mengambil tisu untuk mengambil lelehan cairan serum dan toner yang masih ditangisi Naomi seperti anak kecil menangisi balonnya yang pecah.
“Itu mahal,” kata Naomi dengan mata merah. Ya Tuhan, itu mahal sampai Naomi membatalkan pembayaran sebanyak sembilan kali sebelum meyakinkan diri untuk membelinya. “Bisa buat makan Defan setengah bulan. Sekarang malah masuk tong sampah.”
“Beli lagi.”
“Aku tau kamu masih mampu beliin aku skincare yang harganya 15 juta sebulan. Tapi ini sayang, Ga. Kamu ngerti nggak, sih? Makin hari Defan tuh makin adaaa aja yang diperbuat. Aku mau nangis kalau gini terus. Gimana bisa dia hancurkan semua yang ada di mejaku? Bedakku pecah, lipstikku rusak, sekarang skincare yang belum kepakai juga hancur.”
Naomi menyandarkan tubuhnya ke tembok dan mulai terisak-isak untuk nasibnya yang buruk ini.
“Rumahku jadi berantakan, kotor di sana-sini, barangku dihancurkan. Dia pasti nurun kamu.”
Balasan yang diterima Naomi adalah suara terkikik dari bocah yang sedang ia bicarakan. Bayi itu menunjukkan giginya yang belum lengkap sembari menggerakkan tangannya dengan bahagia sekali, sehingga Naomi dibuat semakin patah hati dan mulai mengeluarkan air mata sungguhan.
“Mama tuh lagi sedih. Ini pertama kali Mama mau pakai skincare lagi, memperbaiki diri biar papa kamu nggak cari mama baru.”
Lalu, Defandra membalasnya dengan mengatakan ma-ma-ma dan melanjutkan tertawa. Naomi menggigit bibir ketika melihat Arga menahan tawa juga, beberapa detik kemudian Arga melepaskan tawanya yang bikin Naomi merasa bahwa ia sungguh ditertawakan sekarang.
“Kamu ketawa karena mau cari mama baru?” tanya Naomi sarkastik. Ia menggelepar di lantai sementara Arga menggendong Defandra dan memberikan bayi itu ciuman-ciuman gemas. “Defandra aku bawa ya kalau sampai kamu cari istri lagi.”
“Bangun, yuk.” Arga mengulurkan satu tangannya pada Naomi alih-alih menanggapi omongan Naomi yang ngelantur. Ia harus menahan diri agar tidak jatuh saat Naomi menjadikannya tumpuan.
“Tabunganku habis. Beneran habis-bis-bis! Kamu rela enggak kalau aku beli lagi pakai uang kamu?”
“Iya.”
Lalu, pada Defandra Naomi berkata dengan cemberut, “Jatah jajan kamu Mama pakai beli skincare.” Defandra mengedipkan matanya yang bulat beberapa kali sebelum tertawa seolah mamanya baru saja mengatakan sesuatu yang lucu. Naomi mendesah, sepertinya doanya memiliki anak yang bawel dan ceria dikabulkan, tetapi ia lupa berdoa untuk diberikan anak yang baik dan penurut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Suamiku: Jangan Lupa Banyak Bicara Hari Ini
RomanceSaudari Naomi Priska Sastraperwira, maukah kamu melihat saya setiap bangun tidur? Lalu ketika pulang kerja, eh ada saya lagi, saat makan malam, saya muncul lagi. Begitu mau tidur, ternyata saya lagi yang disamping kamu. Ketika kamu lagi PMS dan ngga...