TENTANG HUSNA DAN GUS FAWWAZ

643 55 11
                                    

(✷‿✷) HAPPY READING (✷‿✷)

✨✨✨

*
*
*

Husna termenung diteras Ndalem Gus Haidar, ia tadi sempet masuk, cuma dirinya merasa bosan jadi memutuskan untuk keluar dan termenung di teras Ndalem.

"Romantis banget Raisya sama suaminya tadi" gumam Husna sembari menatap depan dimana masih ada beberapa wali murid yang masih ada disini.

"Kamu pengen?" tanya seseorang membuat Husna terperanjat kaget.

"Eh Gus"

"Kamu pengen kayak teman mu tadi?" tanya Gus Fawwaz sembari duduk disebelah Husna tapi rada jauhan. Mereka juga ingat kalau bukan muhrim.

"Ma-maksudnya?" Husna merutuki dirinya dalam hati, ia kenapa tiba-tiba gugup seperti ini. Gus Fawwaz tersenyum tipis, melihat Husna yang gugup.

"Pengen di shalawatin juga kayak tadi?"

"Hehehe, pengen sih tapi gak ada lakinya" Gus Fawwaz terkekeh mendengar jawaban Husna yang sangat polos.

"Udah ada, tinggal tunggu aja" Husna mengernyitkan keningnya "Nunggu terus, mau sampai kapan. Sampai lumutan"

"Kalau ngga mau lumutan besok aja nikah" celetuk Gus Fawwaz.

"Astaghfirullah Gus, dikira mau ngapain aja, ini nikah Gus bukan masak air"

"Hahaha, mau mahar apa?" tanya Gus Fawwaz membuat Husna kaget. Kenapa Gus Fawwaz tanya mahar, apa gunanya juga, pikir Husna.

"Mahar? orang belum ada yang lamar" Gus Fawwaz lagi-lagi terkekeh "Misal ada yang mau lamar kamu. Kamu mau mahar apa?" tanya Gus Fawwaz lagi.

"Eum, dari dulu sih pengennya mahar Ar-Rahman sih, dan yang terpenting tidak memberatkan pihak laki-laki nya, dan tidak mempermalukan pihak wanitanya"

"Yakin?" Husna mengangguk-anggukkan kepalanya tanpa melihat lelaki disampingnya.

"Nama panjang kamu Alfathunisa Husna Kamilah kan?"

"Ha kok tau?" Gus Fawwaz tersenyum tipis dan mengembuskan nafas panjang "Dari akun instagram kamu"

"Kenapa Gus hafal nama panjang aku?"

"Biar nanti waktu ijab nggak salah" Jawab Gus Fawwaz tanpa ada rasa beban sedikitpun.

"Haduh bercandanya kelewatan Gus" ujar Husna sembari terkekeh.

"Saya ngga bercanda Husna" Husna mencoba untuk tetap tenang. Dirinya merasa tak pantas untuk seorang Gus, apalagi Gus Fawwaz yang memiliki sifat sangat cuek dan dingin.

"Maksud Gus-" belum sempat Husna melanjutkan ucapannya, Gus Fawwaz memotong dengan cepat "Saya mau lamar kamu"

"Ta-tapi Husna orang biasa Gus, sedangkan Gus orang kalangan pesantren" Gus Fawwaz menghela nafas panjang "Saya juga orang biasa, saya sebagai Gus juga bukan karena diri sendiri. Saya menyandang gelar ini juga berkat Abah dan Ummi, tanpa Abah dan Ummi saya ngga ada apa-apanya" ucap Gus Fawwaz sembari beranjak dari tempat duduknya.

KISAH KITA (ON GOING)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang