CAFFE

331 22 0
                                    

(✷‿✷) HAPPY READING (✷‿✷)

*
*
*

Memulai sebuah hubungan merupakan hal yang mudah. Namun, mempertahankan sebuah hubungan menjadi sebuah tantangan tersendiri

Agar tidak putus asa dalam menghadapi masalah, lihatlah bahwa semuanya wajar dan bisa diupayakan menjadi lebih baik.

Semua orang pasti menginginkan hidupnya tidak dilanda banyak masalah ataupun ujian. Tapi perlu kalian tahu, hidup tanpa masalah seperti sekolah tanpa pelajaran.

Seperti biasa kini lelaki nampak berwibawa tengah siap untuk mengajar. Melihat dirinya ditampilan cermin kini dia merasa yakin kalau masalah yang dirinya hadapi pasti akan selesai.

Gus Fawwaz keluar dari rumah Uti dan melihat sekeliling sembari menghirup udara segar karena banyaknya tanaman yang masih segar yang mengelilingi rumah ini.

"Semoga hari ini menjadi hari bahagia bagi hamba. Amin ya rabbal alamin,"

Setelah berdoa, kini Gus Fawwaz menaiki mobil nya dan menyalakan mesin mobil kemudian meninggalkan halaman rumah Uti nya. Sepeti biasa diperjalanan dirinya terkena macet tapi tak begitu padat, hingga membutuhkan waktu satu setengah jam untuk sampai dipesantren.

Gus Fawwaz memasuki Ndalem tak lupa mencium tangan Ummi dan Abah nya secara bergantian.

"Gimana keputusan kamu?," tanya Abah Ezar membuka pembicaraan.

"Keputusan apa Bi?,"

"Keputusan kamu setelah merenungi dirumah Uti," Gus Fawwaz mengangguk paham dan kembali menyeruput kopi yang sudah disediakan oleh Ummi nya.

"Fawwaz akan kesini setiap pagi sampai siang, habis itu Fawwaz balik lagi," ucapnya sembari tersenyum beda dari hari sebelumnya yang murung tanpa ada senyuman dibibir indah itu.

"Sampai kapan nak?," kini ummi Elma yang menyahuti pembicaraan antara Abah dan anak ini.

"Sampai Fawwaz sah menjadi suami Husna," jawabnya mantap. "Kamu yakin?," tanya Abah Ezar memastikan.

"Fawwaz yakin Bah, Mi. Fawwaz hanya butuh doa dari kalian aja,"

"Kalau gitu jangan minta nak, pasti setiap hari Abah dan Ummi pasti doakan yang terbaik buat kamu," ucap Ummi Elma penuh dengan rasa kasih sayang. Sampai tak menyadari ada sepasang mata yang menatap nanar mereka bertiga dengan mata yang sudah mengeluarkan cairan bening.

"Sakit banget denger dia sebut nama perempuan itu," lirihnya sembari terisak pelan.

Tanpa ingin mendengar lebih, kini Syira ngacir keluar Ndalem tanpa pamitan kepada mereka bertiga.

"Gimana keadaan dia?," tanya Gus Fawwaz seusai menghabiskan kopinya.

"Alhamdulilah, sejauh ini dia kayaknya udah nerima, tapi Ummi juga ga tau itu beneran atau gak, yang penting dia udah bisa ngertiin,"

"Alhamdulilah kalau gitu," ucap Gus Fawwaz merasa lega.

Disisi lain, Husna termenung didalam kamarnya, tidak ada lagi kegiatan yang harus dirinya lakukan. Kuliah pun udah usai, kini tinggal menunggu wisuda yang sudah ditentukan oleh pihak universitas.

KISAH KITA (ON GOING)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang