UNGKAPAN GUS HAIDAR

628 48 10
                                    

Nungguin ya...

pede amat yah saya hehehe

lanjut....


(✷‿✷) HAPPY READING (✷‿✷)

✨✨✨

*
*
*

Raisya termenung menatap para santri yang tengah persiapan untuk acara kelulusan besok lusa. Gus Haidar selaku ketua diniah, ia sekarang tengah berada di kantor, untuk mengurusi segala hal yang dibutuhkan untuk besok lusa.

"Lucu ya mereka, jadi ingat waktu mondok dulu" gumam Raisya sembari terkekeh dibalik cadarnya.

Mengapa Raisya pakai cadar dikamar? Bukan karena apa, sekarang posisi Raisya tengah melihat kearah luar yang otomatis diluar sana bisa saja melihat Raisya. Disini juga Raisya bukan tak mau membantu persiapan, tapi Gus Haidar melarangnya karena di sana banyak sekali santri putra berkeliaran. Gus Haidar takut istrinya dilirik oleh orang lain. Memang Gus satu ini rada posesif.

"Jadi kangen rumah, biasanya kalau acara gini, Raisya pasti telfon Ummah dan Abah sama Abang juga, hehehe" gumam Raisya tak terasa air matanya jatuh tanpa diundang.

"Eh kok jadi nangis sih" Raisya mengelap air matanya yang sempat keluar.

"Kangen mereka" lirih Raisya yang sia-sia mengusap air matanya, karena sekarang air matanya turun kembali lebih deras dari sebelumnya. Sehingga Raisya sedikit terisak.

"Kok nangis, kenapa hm?" Tanya Gus Haidar yang dengan tiba-tiba berada dibelakang Raisya.

"Eh Mas, nggak kok, siapa yang nangis" elak Raisya sembari mengusap air matanya kembali.

"Masa iyah, aku tadi lihat lo"

"Ih Mas, Raisya ngga papa" ucap Raisya meyakinkan suaminya.

Gus Haidar menghela nafas pasrah. Gus Haidar mengarahkan wajah Raisya untuk menatap dirinya, ia menangkup kedua pipi Raisya dan mengusap sisa air mata Raisya.

"Kangen Abah sama Ummi yah?" tanya Gus Haidar. Karena dirinya tadi sempat mendengar gumaman Raisya.

Raisya tak menjawab, ia malah semakin menangis dengan pipi yang masih dipegang Gus Haidar.

"Sudah. Jangan nangis dong, habis acara kelulusan, kita ke rumah Abah dan Ummah yah?" Bujuk Gus Haidar agar Raisya tak menangis kembali.

"Beneran?" tanya Raisya dengan mata berbinar. Gus Haidar menganggukkan kepalanya sembari tersenyum.

"Makasih ya Mas" ucap Raisya dengan tiba-tiba memeluk Gus Haidar. Gus Haidar yang dipeluk dengan tiba-tiba, dirinya merasa ada yang aneh, jantung nya berpacu dengan cepat. Sebisa mungkin Gus Haidar menahan kegugupan nya. Ia membalas pelukan Raisya dan mengelus kepala Raisya yang tertutup niqob.

"Udah yah jangan nangis lagi, kalau kamu nangis nanti mendung, tuh liat diluar mendung" goda Gus Haidar

"Apaan sih, itu emang mendung dari tadi"

"Apa iyah?"

"Ih nyebelin banget nih orang satu"

"Gini-gini juga kamu sayang" lagi-lagi Gus Haidar menggoda Raisya. Membuat Raisya yang tadinya sedih sekarang menjadi kesal karena Gus Haidar.

KISAH KITA (ON GOING)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang