PERTANYAAN YANG DITAKUTI.

599 49 5
                                    

✨HAPPY READING ✨

*
*
*

Ditempat yang sama tapi dengan waktu yang berbeda. Pagi yang tak begitu cerah, langit yang ditutupi dengan awan hitam menandakan akan turunnya hujan di pagi hari. Gus Haidar tengah menikmati suasana gelap pagi ini diteras rumah sembari menikmati wedang jahe yang menjadi minuman favorit nya.

Raisya didalam tengah menyiapkan sarapan bersama dengan Dyra dan bundanya. Fazal dan Abah mungkin  berada diruang tengah. Bukan Gus Haidar tak mau bergabung. Tapi Gus Haidar ingin mengenal lingkungan rumah Raisya.

Gus Haidar menikmati wedang jahe nya sembari menatap layar handphone, ia mengecek data pesantren buat pendaftaran santri baru. Saat meletakkan teh dimeja teras, ada suara wanita yang memanggilnya.

"Assalamualaikum," salam seorang wanita dengan baju syar'i tak lupa kacamata oval yang bertengger di hidungnya dengan membawa rantang ditangan kanannya.

"Waalaikumussalam, cari siapa mbak?" tanya Gus Haidar tanpa melihat ke wanita tadi. "Ummah nya ada?" tanya wanita itu sembari tersenyum.

"Ad-" belum sempat menjawab, suara Raisya sudah terdengar dibalik tubuh Gus Haidar. "Ada mbak, mbak langsung ke dalam aja," suruh Raisya menatap tak suka pada wanita tadi, membuat Gus Haidar mengerutkan keningnya. Kenapa dengan istrinya, perasaan tidak ada yang salah dengan mbak-mbak ini.

"Baik dek, saya permisi kedalam dulu,"

Wanita itu meninggalkan mereka berdua dengan perasaan yang sedikit kecewa.

"Dia siapa?," tanya Gus Haidar sembari mendudukkan dirinya di kursi yang satunya, karena kursi yang sempat ia duduki sudah diduduki oleh Raisya.

"Kenapa tanya?," Raisya bertanya balik dengan nada yang membuat Gus Haidar lagi-lagi bingung dengan sifat  Raisya.
"Enggak papa sih, tanya aja. Kalau kamu gak ngasih tau juga gak masalah sayang," ucap Gus Haidar memegang punggung tangan Raisya. Raisya yang punggung tangan nya dipegang Gus Haidar merasa sedikit tenang dan menghembuskan nafas panjang.

"Dia yang sering bantu Ummah disini, semenjak aku nikah Ummah gak ada yang bantuin. Jadi Ummah minta tolong sama dia," jelas Raisya sambil menatap Gus Haidar. Raisya tak marah, tapi Raisya takut kehilangan Gus Haidar.

"Ooo gitu, gak usah cemberut dong,"

"Gimana ngga cemberut, tatapan dia ke Mas itu kayak gimana gitu. Yah Raisya takut kalau Mas diambil sama dia," jujur Raisya karena melihat gerak-gerik Mbak tadi yang bisa dipanggil Mbak Ainiyah. Seorang ustadzah di kampung ini, Ainiyah termasuk tetangga dekat Raisya yang dulunya sering bermain dengan Raisya. Umurnya lebih tua dari Raisya beda satu tahun.

"Sayang, kan semalam Mas udah bilang, kamu gak boleh bilang kayak gitu lagi. Mas gak akan pergi, Mas janji" ucap Gus Haidar meyakinkan. "Raisya takut" cicit Raisya menatap mata Gus Haidar agar air matanya tak keluar. Gus Haidar yang melihat Raisya ingin mengeluarkan air mata itu dengan cepat beranjak dari tempat duduknya dan mendekap tubuh Raisya untuk menenangkannya agar tak menangis.

"Gak ada yang perlu ditakutkan, mau seribu orang yang ingin merebut Mas dari kamu, kalau Allah tidak berkehendak yah mau gimana, sama halnya dengan Mas, kalau ada seribu lelaki bahkan lebih yang mau ngerebut kamu dari Mas, kalau takdir kamu sama Mas yah mereka gak bisa apa-apa," ujar Gus Haidar yang lagi-lagi membuat Raisya sangat bersyukur memiliki suami seperti Gus Haidar.

KISAH KITA (ON GOING)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang