HAI HAI ASSALAMUALAIKUM!
GIMANA KABARNYA NIH!
MASIH OADA NUNGGUIN KELANJUTAN CERITANYA GAK?
UDAH CUSS LANJUT
(✷‿✷) HAPPY READING (✷‿✷)
*
*
*Jatuh cintalah kepada dia yang bisa membuat kamu menjadi diri sendiri. Dia yang membuat kamu merasa nyaman setiap saat. Dia yang mampu membuatmu sadar bahwa kamu berhak bahagia.
Kita jatuh cinta bukan karena menemukan orang yang sempurna, melainkan karena melihat kesempurnaan pada orang yang tidak sempurna.
Kenali masalahnya, ketahui risikonya, dan pelajari solusinya. Ini modal kamu untuk bisa punya pernikahan yang bahagia nanti.
Hari demi hari telah berlalu, dimana kini tinggal menghitung jari acara pernikahan Gus Fawwaz dan Husna akan terlaksana. Lebih tepatnya kurang tiga hari lagi hari pernikahan mereka tiba.
Seperti saat ini, dirumah Husna tengah banyak sekali kerabat-kerabat yang berinisiatif untuk membantu keluarga Husna mempersiapkan acara. Dimulai dari membuat bumbu, menyiapkan souvernir dan masih banyak lagi.
Diluar terdapat para lelaki tengah membantu untuk memasang terop dan menata-nata kursi agar terlihat rapi. Acaranya bisa dikatakan hampir dekat. Para calon pengantin dilarang bertemu ataupun keluar rumah, dan dilarang untuk ikut membantu entah itu didapur ataupun diluar dapur.
Husna bosen karena tidak ada kegiatan yang harus dirinya lakukan, dia hanya melihat saudara nya tengah menata souvernir dan sekali dua kali menanyakan kepada Husna apakah ini diberikan kepada teman atau tamu dari orang tuanya.
"Ciee, yang bentar lagi jadi istri orang," goda sepupu Husna yang baru saja datang.
"Dih, datang-datang bukannya salam malah godain orang," ketus Husna yang masih fokus pada beberapa souvernir didepannya.
"Yaelah sensi amat neng, bercanda juga," balas sepupu Husna sembari menyenggol lengan Husna pelan dan duduk disebelahnya.
"Kak, tolong ambilin souvernir yang itu," suruh Husna sembari menunjuk souvernir yang memang berbeda dari yang lain.
"Kok beda sendiri yang ini?,"
"Iyah, ini spesial buat sahabat aku," ucap Husna sumringah.
"Yang mana?,"
Husna menoleh ke sepupu nya yang bertanya dan sedetik kemudian kembali menatap souvernir yang ada ditangannya.
"Raisya, sahabat yang sudah aku anggap sebagai saudara aku sendiri. Hanya dia yang bisa dikatakan teman, sahabat ataupun saudara yang benar-benar bisa buat aku yakin apa yang namanya pertemanan. Hanya sama dia aku bisa sampai dititik ini, aku sangat kagum dengan kepribadiannya, dia yang apa adanya mengajarkan aku buat bersyukur. Harapan terbesar aku adalah semoga dia bahagia sama suaminya, semoga tidak ada masalah besar yang menimpa mereka," jelas Husna masih dengan wajah tersenyum.
Mengingat dimana pertama kali mereka berdua bertemu, dimana mereka berdua pernah diambang batas untuk melepas cadar karena sebuah hujatan. Tapi mereka saling menyemangati satu sama lain sampai dimana mereka masih istiqomah dalam bercadar dan siapa sangka mereka sampai dititik ini, dititik mereka menjadi istri seorang Gus.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KITA (ON GOING)✓
Ficción GeneralKisah dua orang Gus yang bersahabat sekaligus saudara, Gus Fawwaz dan Gus Haidar Mereka bertemu dengan dua gadis bercadar waktu ketoko buku islami, Husna dan Raisya Mereka semua merasa kalau pandangan pertama mereka beda, sampai suatu saat, Gus Ha...