Hai hai readers
Assalamualaikum.....Lanjut aja yah nanti pesan-pesan nya dibawah aja kalau selesai!
~Dipart ini rada panjang, jangan bosan yah~
(✷‿✷) HAPPY READING (✷‿✷)
*
*
*06.00, pesantren Qomari Hidayah.
Langit di pagi hari yang seharusnya menampilkan sinaran matahari, akan tetapi pagi ini nampaknya sang matahari enggan untuk menampilkannya. Hanya awan mendung disertai hujan yang terus mengguyur sedari malam hari dan tak kunjung berhenti sampai pagi hari menyambut.
Gus Haidar dan Raisya hanya bisa diam didalam rumah, Gus Haidar yang baru sembuh lebih memilih untuk beristirahat dan libur mengajar.
"Hujan gak berhenti-berhenti, dingin," ucap Raisya sembari memeluk tubuhnya sendiri. Gus Haidar yang melihat itu peka dan menarik Raisya dalam pelukannya membuat Raisya memekik kaget.
"Kan ada aku buat peluk, gak usah ngeluh kayak gitu, hujan kan barokah," ucap Gus Haidar sembari menyalurkan kehangatan pada Raisya.
"Aku gak ngeluh, tapi cucian gak kering-kering," ucapnya lesu.
"Sama aja" Batin Gus Haidar.
"Kan ada pengering, biarin ketiup angin juga bakalan kering,"
"Bukan itu juga, padahal tadi niatnya aku mau ngajak kamu kerumah Husna pakai motor, eh malah hujan,"
"Lah kan acaranya jam sepuluh, pasti udah reda hujannya," ucap Gus Haidar. Raisya mendengus dan mendongak menatap Gus Haidar.
"Kalaupun reda aku gak mau pakai motor kalau cuacanya gini, tahu sendiri motor kamu gitu. Yang ada buat baju aku kotor kena cipratan genangan air," keluhnya sontak mendapatkan tawa dari Gus Haidar.
Raisya menatap Gus Haidar kesal, tapi masih tetep dalam pelukan Gus Haidar.
"Malah ketawa, kenapa gak ganti aja tuh motor sama yang matic aja sih,"
"Sayang, aku kan tinggi. Kalau aku pake yang matic lutut aku sakit, dan banyak yang bilang kayak pakai skuter," ucapnya yang kini mendapatkan tawa dari Raisya.
"Tuh kan, diketawain. Tau deh," kesal Gus Haidar.
"Dih ngambek dong, tapi lucu sih Mas, jadi pengen lihat kamu pakai sepeda motor matic," ucap Raisya menemukan ide jahil nya.
"Gak usah aneh-aneh yah," peringat Gus Haidar membuat Raisya lagi-lagi tertawa. "Ayo lah Mas, sekali aja," pinta Raisya menggoyang tangan Gus Haidar.
"Pakai sepeda siapa, orang Mas gak punya," ucap Gus Haidar. "Pinjam Mas santri yang bawa sepeda lah, kan ada," ucap Raisya kekeh masih ingin Gus Haidar memakai sepeda motor matic.
"Udah yah, jangan aneh-aneh. Masih enak pakai sepeda motor aku loh padahal, diluar sana banyak wanita yang ngincer motor kayak punya nya Mas," ucap Gus Haidar mengelus kepala Raisya. "Tapi Raisya enggak," sahutnya cepat.
"Kenapa?" tanya Gus Haidar mengerutkan keningnya. "Ribet banget, udah tau istrinya pakai gamis longgar, aku kalau kamu bonceng pakai sepeda itu selalu was-was. Takut nyangkut gamis ku, udah gitu naiknya susah," ucap Raisya mengeluarkan unek-uneknya. Gus Haidar menanggapinya dengan tawa santai.
KAMU SEDANG MEMBACA
KISAH KITA (ON GOING)✓
General FictionKisah dua orang Gus yang bersahabat sekaligus saudara, Gus Fawwaz dan Gus Haidar Mereka bertemu dengan dua gadis bercadar waktu ketoko buku islami, Husna dan Raisya Mereka semua merasa kalau pandangan pertama mereka beda, sampai suatu saat, Gus Ha...