11. sensitive

4.3K 410 9
                                    

"Titip"

••••••

Jisung meletakkan piringnya di wastafel. Haruto hanya menatapnya datar lalu mengambil piring itu untuk mencucinya. Ia sudah selesai mencuci dan melihat Jisung masih santai bermain ponsel dengan meminum susunya.

"Menghadap sini" suruh Haruto. Ia sudah mengambil dasi Jisung. Remaja itu memutar tubuhnya menghadap Haruto yang sebelumnya berada di kanannya. Haruto memasang dasi itu dengan telaten dan rapi.

"Sudah, berangkatlah"

"Yakk! Kau mengusirku?! Beraninya sekali kau Haru, memang siap-" sungutnya. Haruto menutup mulut Jisung dengan tangan besarnya. Pekikan Jisung sangat menyakitkan telinganya. Rip Haruto's ears.

"Jangan berisik, gege ku sedang sakit" peringat Haruto. Jisung baru ingat. Ia merutuki kebodohannya. Ia lupa jika Renjun tengah sakit.

••••••

"Sudahlah sayang, kenapa masih marah??" Bujuk Jaehyun. Buburnya mungkin sudah menjadi dingin. Tadi ia baru selesai memasak bubur pukul enam lebih lima belas sekarang sudah pukul tujuh lebih sepuluh menit. Satu jam kurang lima menit ia di dalam kamar tapi dicueki Renjun.

"Tidak peka"

"Okay, maafkan hyung tapi ayolah beritahu hyung apa yang membuat mu marah pagi-pagi begini" Renjun menatap kesal ke arah Jaehyun. Memang dasar tidak peka. Jaehyun tidak peka dan ia benci itu.

"Apa kau marah karena hyung tak menggunakan kondom lalu mengeluarkannya di dalam??" Tebak Jaehyun. Tepat sasaran. Itu yang ingin Renjun dengar dari tadi. Tapi tolong, bahasa Jaehyun diperhalus sedikit. Frontal sekali.

"Mulut frontal hyung sangat seksi, apalagi jika mulut itu diam tak berbicara" sarkas Renjun. Jaehyun diam. Ia lupa jika Renjun bermulut pedas. Like mother like daughter-ehh son maksudnya.

••••••

"Paman boleh kita lewat di Saphira's International School, hanya lewat saja tidak mampir" pinta Haruto. Ia baru saja mengantar Jisung karena remaja itu badmood tak mau berangkat hingga berakhir Haruto menggendong paksa remaja itu agar bisa berangkat sekolah.

"Baik tuan muda" ucap supir itu. Supir itu sudah tau siapa Haruto dan harus bersikap sopan layaknya Haruto adalah tuannya juga.

Mobil berjalan membelah jalanan kota yang sedikit renggang karena banyak orang yang memilih kendaraan umum selain mengurangi polusi, kendaraan umum juga memiliki fasilitas yang sangat bagus di negara ini.

Mobil sudah dekat dengan Saphira's International School. Haruto meminta sedikit pelan. Ia ingin melihat kenapa di depan sekolahnya banyak karangan bunga dan buket bunga juga.

'Farewell, best student of Saphira's International School, Watanabe Haruto rest in peace' baca Haruto. Ahh dia sudah dianggap meninggal rupanya. Mungkin jika ia kembali ke sekolah maka semua orang akan menganggapnya hantu. Tapi aneh, kenapa karangan bunga itu terlihat baru dan buket di sana masih segar dan harumnya menyeruak.

Mobil masih melaju semakin lama meninggalkan lingkungan sekolah besar itu. Haruto sedikit tak rela. Ia dianggap meninggal padahal polisi sudah mengatakan jika ia hilang.

Oh, My Sugar! [ JAEREN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang