"Jika dibilang tidak rindu itu tidak mungkin, baru sehari saja aku sudah merasa kesepian, tapi aku tak bisa memaksa, itu pilihannya dan aku tak mau egois dengan melarangnya, ia butuh waktu sendiri, dan aku menghargai keputusannya walaupun aku keberatan" jelas Haruto. Jisung paham. Ia salut dengan Haruto, ia begitu dewasa menyikapi keadaan. Mungkin Haruto merasa marah pada awalnya, tapi Haruto bisa meredam amarahnya itu. Ia tak terlalu berlarut-larut seperti dirinya. Kapan ia bisa menyikapi sesuatu secara dewasa??
••••••
"Daddy, kenapa mommy tidak tinggal di sini belcama kita?" Jaehyun tersenyum tipis lalu mengelus rambut sang anak. Jungwon belum paham apa yang terjadi. Benar kata Renjun. Pertengkaran mereka ini melibatkan Jungwon yang tak mengerti dengan apa yang terjadi.
"Jie pulang!"
"Kenapa pulang telat?"
"Tadi ngobrol sama Haru sebentar" jawab Jisung. Jaehyun paham. Anaknya ini pasti lebih nyaman curhat dengan teman sebayanya. Ia juga menyadari jika hubungannya dan Jisung tak sedekat itu sampai-sampai Jisung sering menceritakan semuanya kepada dirinya.
"Mandilah, kau baru dari luar" Jisung menganggukkan kepalanya. Ia pun berjalan menuju ke kamarnya untuk mandi. Jaehyun hanya menatap punggung sang putra.
Tak terasa, Jisung yang dulu masih merengek meminta mainan sekarang sudah sebesar itu. Waktu sangat cepat, dan sudah 10 tahun ia menduda. 10 tahun bukanlah waktu yang cepat, ia sudah mencoba beberapa kali berkencan dengan wanita maupun pria tapi ia tak pernah merasa cocok. Hanya Renjun, tapi ia jadi ragu apakah Renjun mau kembali kepadanya atau tidak??
••••••
Jaemin menatap ke arah pamannya kesal, masih pagi tapi pamannya itu sudah datang. Kenapa semua orang seolah membahas tentang Renjun dan dirinya?? Padahal ia hanya ingin merasakan perhatian Jaehyun tanpa terbagi-bagi.
"Bagaimana pun uncle meyakinkan ku, jawaban ku tetap sama, yaitu tidak" ucap Jaemin dengan menekankan kata tidak. Sungchan menghela nafasnya. Kenapa Jaemin sulit sekali?? Ia jadi ingin membaptis ulang pemuda 18 tahun itu.
"Jika kau tidak mau uncle jadi ingin menjadikan Renjun ge istri uncle, sepertinya kita seumuran" Jaemin langsung membelalakkan matanya. Tak bisa begitu. Masa iya adiknya memanggil pamannya dengan sebutan daddy. Dan ia akan menjadi kakak sepupu??
"Tidak bisa!"
"Kenapa?"
"Tidak bisa saja"
"Huh bilang saja kau sebenarnya sudah menerima Renjun ge hanya saja"
"Hanya saja apa?!"
"Kau takut perhatian daddy mu teralihkan?? Uncle tahu, tapi kau tau kan bagaimana pedulinya Renjun ge kepada Jisung dan Jungwon?? Kau juga merasakannya kan?? Lalu kenapa kau takut diabaikan?? Bukankah dengan adanya Renjun ge kau jadi lebih diperhatikan?? Sebelum ada dia kau pasti sering makan makanan instan atau membuat sendiri kan?? Tapi setelah dia datang?? Apakah kau memasak sendiri?? Apakah setelah terbiasa penuh dengan keributan berubah menjadi kesepian itu enak??" Jaemin menggeleng. Ia tak pernah memikirkan itu. Ia hanya merasa takut perhatian semua orang hanya berpusat ke adiknya. Jujur ia bilang jika ia kurang perhatian.
"Sekarang pikirkan keluarga mu, apakah kau nyaman dengan keadaan terpecah belah begini?? Daddy mu tidak tahu tinggal dimana, Jisung tidak tahu dimana, dan Renjun ge juga tak tau kemana, kau di sini hanya sendiri, apa kau mau seperti ini selamanya?? Semakin lama daddy mu semakin tua, kita tidak tahu usianya sampai berapa, jika dia sudah tiada tapi hubungan mu dengan adik-adik mu tak baik maka kau akan sendirian, kau siap??" Jaemin kembali menggeleng. Ia merasa bersalah sekarang, sebegitu jahatnya kah dia?? Ia hanya tak bisa berdamai dengan satu hal tapi semua menjadi korban.
"Semoga kau bisa merenungi ucapan uncle, uncle harus pergi karena uncle lupa ada pekerjaan" ucap Sungchan. Ia pun pergi meninggalkan Jaemin yang terdiam. Pemuda itu masih bingung. Apa yang harus ia lakukan??? Memperbaiki semua?? Ia bahkan sudah tidak tahu keberadaan Jaehyun dan Renjun. Ingin menelfon Jaehyun itu tak sopan.
••••••
"Saya harap anda tidak terlalu banyak pikiran nona..."
"Jung" jawab Jaehyun santai.
"Karena itu bisa membahayakan kandungan anda, saya harap setelah ini anda tidak seperti ini lagi, kandungan anda masih lemah dan jika ini terus terjadi bisa-bisa anda keguguran, dan itu juga alasan kenapa anda sering merasa kram akhir-akhir ini, tolong tuan Jung lebih diperhatikan lagi supaya nona hyung tidak banyak pikiran lagi" Jaehyun menggenggam tangan Renjun kuat. Seolah memberikan kekuatan. Ia tahu betul bagaimana sedihnya Renjun ketika dokter mengatakan itu.
"Ini saya sudah siapkan vitamin untuk anda, dan saya berharap anda tidak banyak pikiran lagi" dokter itu memberikan sebuah kertas berisi vitamin yang harus mereka tebus nanti. Jaehyun menerimanya, ia pun mengajak Renjun keluar dari ruangan dokter itu.
"Dengar apa yang dokter katakan?? Jangan banyak pikiran lagi, percayalah semua akan baik-baik saja" ucap Jaehyun meyakinkan. Renjun berhenti dan menatap Jaehyun.
"Kenapa hyung begitu yakin??"
"Karena hyung percaya setelah hujan pasti akan ada pelangi"
"Tidak juga, kadang setelah hujan masih ada beberapa guntur dan badai" jawab Renjun. Jaehyun gemas. Renjun ini bisa saja membalasnya.
"Intinya hyung percaya semua akan indah pada waktunya"
"Seyakin itu??"
"Memangnya kenapa?? Hidup itu harus optimis, karena kita tidak tahu rencana tuhan seindah apa" jawab Jaehyun. Renjun terdiam. Benar juga. Tapi ia tak pernah mendapatkan pelangi itu. Entah itu hanya pemikirannya saja atau bagaimana tapi seolah masalah tak pernah berhenti menghampiri hidupnya.
"Tapi masalah tak pernah berhenti di hidupku"
"Dan setelah semua masalah itu kau tidak yakin akan mendapatkan kebahagiaan?? Oh ayolah, kamu harus percaya bisa melewati ini semua dan akan mendapatkan kebahagiaan, dan tentu saja itu dengan bersama ku" ucap Jaehyun meyakinkan. Renjun ragu. Apakah keputusannya untuk dekat dengan Jaehyun kembali itu tepat atau tidak??
"Berjanji untuk terus bersama ku??" Tanya Renjun. Jaehyun menganggukkan kepalanya. Ia pun meletakkan tangannya di pinggang Renjun. Mengajak Renjun berjalan menuju ke instalasi farmasi untuk mengambil vitamin milik Renjun.
••••••
"Kak Avis kenapa nda pelnah main sama Wonie lagi??" Jungwon cemberut sambil memainkan mobil-mobilannya. Haruto yang hari ini berkunjung ke apartemen Jaehyun hanya bisa tersenyum. Ia bukan tak mau bermain dengan Jungwon, tapi ia tidak bisa terus-terusan berdekatan dengan Jungwon karena semua orang taunya dia hanya adik dari Mark Lee asisten pribadi Jaehyun yang memiliki hubungan dekat dengan Jisung.
"Kak Travis sibuk akhir-akhir ini" jawab Haruto. Jungwon hanya mengangguk kecil. Semua orang sibuk, ia jadi sendirian. Tak ada teman bermain.
"Cemuanya cibuk, Wonie cendilian" Haruto mengelus surai madu Jungwon. Cukup kasihan sebenarnya. Ia yakin pasti Jungwon sangat sedih. Masalah ini benar-benar membuat Jungwon menjadi ikut terseret. Padahal ia tak paham.
"Sebentar lagi Wonie dapat adik bayi, nanti Wonie punya teman bermain lagi" ucap Haruto. Mata Jungwon berbinar. Ia akan menjadi kakak?? Benarkah itu???
"Kak avis nda bohong??" Haruto menggeleng. Untuk apa ia berbohong.
"Yeayyyy Wonie mau punya adik bayi" Jungwon mengangkat tangannya ke atas. Haruto terkekeh melihat ekspresi senang Jungwon. Sepertinya bahagia bagi Jungwon itu sesederhana itu.
••••••
Hari ini up satu ya guys, sedang sibuk wkwk
Anyway jangan lupa votement guys 😘💚
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh, My Sugar! [ JAEREN ]
FanfictionJaehyun adalah presiden yang terkenal sangat bijaksana dan berwibawa di depan rakyatnya. Tapi semua itu pergi ketika bersama Renjun, si pemuda manis yang awalnya mendatangi Jaehyun hanya agar Jaehyun mau membantu dirinya membayar biaya rumah sakit s...