「20」 : AZA-CALVARIDE

144 3 0
                                    

🍁🍁🍁🍁🍁

Vito membawa Evelia menemui Tara, ada sesuatu yang ingin Tara sampaikan pada Evelia. Namun sayangnya Evelia sudah tahu apa yang akan Tara sampaikan. Yaitu tentang denda dan tambahan hukuman Ayahnya.

Berita itu seketika membuat Evelia mulai membenci ayahnya. Benih kebencian yang ada dalam dirinya mulai membesar. Evelia semakin merasa kalau kematian ibunya, dan semua kesedihan yang menimpanya adalah salah ayahnya.

"Eveliaa..." ujar Tara memanggil namanya penuh haru, begitu melihat Vito membawa Evelia.

"Kenapa tante? " sahut Evelia, sengaja membiarkan Tara melangkah mendekat padanya.

Tara tampaknya sangat khawatir nan cemas. Evelia sedikit heran apa yang sebenarnya terjadi, sampai semua jadi begini. Apakah sama dengan yang baru saja seseorang sampaikan padanya?

Usai menghapus isak tangisnya, Tara mulai mengeluarkan jawaban atas pertanyaan Evelia. Bunda satu ini kerap kali mendongakkan pandangannya ke langit agar air matanya tak kembali jatuh. Runtuh perasaannya, kacau ucapannya dan berantakan pikirannya kalau sampai air mata itu menetes lagi.

"Papa kamu-" ucap Tara akhirnya menguatkan diri. Namun sayangnya ucapannya langsung dibantah oleh Evelia. Begitu mendengar kata papa yang Tara ucapkan, Evelia menjadi marah. Seolah tidak ingin tahu apa yang ingin Tara sampaikan.

"Eveli gamau denger! Eveli gamau tau apa-apa lagi tentang papa, Eveli gamau lagi ketemu dia, dia bukan papa Eveli lagi!" ujarnya tegas menolak apapun yang akan diucapkan Tara.

"Gaboleh gitu, Eveli .. " ucap Tara mencoba membujuknya. Memang agak melelahkan, menahan dirinya agar tetap kuat, lalu membujuk Evelia yang keras kepala.

"Eveli mohon Tante, ga usah bahas papa ataupun mama lagi .... Anggap aja mereka gapernah ada didunia ini .... Sakit, nyesek, kecewa dengernya!" gadis itu mengeluh.
"Eveli ga tahan lagi, Tante!" katanya lirih mengakhiri keluhannya.

Tara merasa sedih atas apa yang gadis itu rasakan. Diusianya yang masih terbilang muda, dia sudah dihancurkan oleh permasalahan keluarganya sendiri.

Sebagai seorang ibu, Tara mengerti tidak mudah melewati semuanya bagi seorang anak sendirian. Tara memberikan pelukan hangat untuk Evelia. Seketika dirinya teringat pada seseorang yang seharusnya menjadi sosok kakak bagi Evelia.

Bagaimana kabarnya? Apa yang dia alami saat ini? Apa dia juga sedang bersedih? Apa ada orang yang memeluknya seperti ini? Pertanyaan-pertanyaan itu menyelimuti pikiran Tara.


Matahari sudah terbenam sepenuhnya, langit sudah mulai gelap, lampu jalanan sudah mulai menyala. Bintang-bintang mulai menunjukkan kilaunya. Sepertinya Tara tidak perlu khawatir. Azalea sudah bangun dari tidurnya, mungkin sekitar beberapa menit yang lalu.

Azazel yang iseng sedang menggoda Azalea yang baru bangun tidur, nyawanya belum terkumpul semua. Makanya bicaranya sedikit ngaur, tapi Azazel malah sengaja memancingnya agar makin ngaur. Lalu tertawa puas seusai itu.

"Aza kok gue cape banget ya?" tanya Azalea setengah sadar pada Azazel yang sedang memangkunya. Azazel sadar kalau Lea keceplosan berkata gue saat tadi berbicara.

"Lo terlalu semangat disekolah kali tadi." sahut Azazel mencoba tetap bersikap biasa pada Azalea. Sudah cukup menjahilinya. Azazel tampak asik membelai rambut Azalea dipelipisnya.

Langit Asmara Azalea [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang