「32」 : Peran

74 3 0
                                    

🍁🍁🍁🍁🍁

Setelah sedikit keributan sebab adu mulut di antara pasangan ayah dan anak itu, kini Dendra mengalah dan pergi dari kamarnya. Membiarkan Lea kembali berduaan dengan Azazel.

Tampak Lea sedang asyik membaca buku paket sekolahnya untuk mempelajari materi tadi siang.

"Aku sayang Lea," celetuk Azazel cari perhatian. "Tau," timpal Lea singkat. Gadis itu bahkan tidak menoleh sedikit pun ke arahnya.

"Lea sayang aku gak?" ucap Azazel lagi. Sebenarnya tidak ada yang aneh dengan itu. Hanya saja pemilihan kata yang Azazel lakukan terdengar aneh di telinganya.

Lea bergidik geli. "Aza ih geli! Udah kamu cocoknya gue lo aja. Aneh dengernya." ucapnya mengaku.

Azazel sedikit menggeserkan tubuhnya mendekat pada Lea. "Lea gak suka aku ngomong aku?" tanya Azazel.

"Engga," jawab Lea dengan cepat.

Beralih posisi ke depan gadisnya, Azazel pun menjawab, "Yaudah, aku balik lagi ke gue. Tapi cuddle 10 menit." katanya memberi syarat.

Lea meletakkan buku paketnya. Kian matanya menatap Azazel lesu. "Berarti daddy bener ya?" celetuk Lea. Azazel masih beralasan, "Kaga juga sih. Kesempatan aja,"

Tanpa menunggu lagi, Azazel memindahkan buku paket di depan Lea ke sampingnya. Lalu mulai menjalankan aksi manjanya. "Kamu berat, Azaa" rengek Lea sambil menatap Azazel yang memaksakan dirinya.

"Kamu yang kekecilan Lea," timpal Azazel menguatkan alibinya.

Lagi-lagi, mendengar Azazel menggunakan kata aku-kamu, membuatnya bergidik geli. "Azaa ih, merinding," katanya. Udah mah posisinya begitu, malah ngomongnya kaya gitu. Hadeuh.

"Merinding apa baper?" cetus Azazel bertanya. Terukir senyum jahatnya menggoda Lea.

Lea tak menjawab. Gadis itu memilih untuk memejamkan matanya dan mengabaikan Azazel. Apapun yang dia katakan. Karena terlalu larut dalam pejaman matanya. Lea tidak sengaja tertidur sambil memeluk Azazel dari bawah.

"Lea tidur beneran?" tanya Azazel mendekatkan wajahnya pada Lea. Memang tidak ada respon, namun Azazel tetap tidak percaya, "Boong!"

Sepertinya Azazel betulan tidak percaya dengan Lea yang memejamkan matanya. Lelaki itu iseng mencium pipinya, tapi Lea masih tidak menunjukkan respon apapun. "Selamat tidur, cantik!" ucap Azazel dengan lembut mengantar gadisnya tidur agar nyenyak.

Azazel pun bangkit dari posisi tidurnya. Saat hendak terbangun sepenuhnya, Azazel mendapati perban di kepalanya lepas. Darahnya sudah tidak lagi mengalir, tapi mungkin akan lebih baik kalau Azazel memperbaikinya.

"Tobat, lo?" celetuk Dendra melihat putra tunggalnya sibuk mengobati Lea. Dengan serius, fokus dan hati-hati, Azazel menggerakkan tangannya kesana kemari. Lelaki yang biasanya sibuk bermanja itu kini tampak lembut dan berbaik hati.

"Iya. Lo kapan?" jawab Azazel mengulti daddy nya sendiri.

Dendra melihat Lea tertidur pulas di atas ranjang. Dia pun ikut duduk di dekat Azazel. Sontak Azazel melempar tatapan tajam pada sang daddy.

"Zaa, gue nemu sesuatu." kata Dendra mengawali. Barulah Azazel sedikit tenang melihatnya.

"Apa?" balas Azazel singkat.

Dendra mengeluarkan lembar mirip akta kelahiran yang dia selidiki beberapa waktu lalu. "Nama belakangnya Lea. Azalea Mevia Avghastaniera. " cetusnya kemudian.

Nama itu terdengar asing bagi keduanya. Jadi belum mengarahkan pada kemungkinan apapun. Tanpa satu bantuan bukti yang jelas, lagi.

Merasakan bebannya hilang, Lea sedikit terganggu dari tidurnya. Di tambah, perihnya obat yang Azazel oleskan di lukanya sebelum di perban balik. Tanpa sengaja semua itu membuat Lea terbangun.

Langit Asmara Azalea [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang