「41」 : Risau

72 3 0
                                    

🍁🍁🍁🍁🍁

Manisnya aroma pagi yang menyelimuti, hangatnya sinar mentari yang menyapa,  udara yang masih terbilang sejuk untuk pagi yang teduh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Manisnya aroma pagi yang menyelimuti, hangatnya sinar mentari yang menyapa, udara yang masih terbilang sejuk untuk pagi yang teduh. Sayangnya, Azalea tidak bisa menikmati indahnya pagi hari ini.

Kabar tentang Denis masuk rumah sakit, undangan LION pada Calvaride, dan ucapan Meng yang terpotong, semua itu terus terngiang dalam benaknya. Membuat gadis pirang itu tidak bisa fokus. Juga hatinya merasa... Gelisah.

"Lea ga laper, tugas Lea juga masih banyak. Aza duluan aja. Lea ga akan ke kantin." celoteh gadis itu beralasan. Di depannya, tampak Azazel berdiri dengan gagah menantikan jawabannya. Namun Azalea menolak pergi ke kantin bersamanya.

Azazel merasa tidak yakin dengan Azalea. Lelaki itu membawa tangannya mengudara, lalu mendorong dagu Azalea mendongak padanya. "Yakin lo gapapa?"

Dengan lembaran buku yang terbuka, di atas dua halaman kertas tempat tangannya berlabuh. Sambil menggenggam pulpen hitam yang belum dia tutup saat mengerjakan soal. Gadis itu memasang wajah tenang, di poles dengan senyuman hangat.

"Iya. Aza ga usah khawatir." jawabnya dengan manis. Selepas itu, barulah Azazel bisa meninggalkan Azalea di kelas. Sambil membalas senyuman manis itu, Azazel berkata, "Oke kalo begitu. Jangan sungkan buat call kalo ada sesuatu, ya!"

Azalea tak menjawab. Hanya menguatkan senyuman yang sempat luntur. Azazel pun pergi dengan senyuman di akhir, sebelum dia benar-benar membalikkan badannya.

Novi, teman sekelas Azalea yang duduk di bangku belakangnya, gadis berambut sebahu itu datang menghampiri. "Kenapa? Ko Lea ga ikut?" katanya bertanya dengan ramah.

"Gapapa. Lea belum beres." balas Azalea sambil melanjutkan tulisannya diatas buku.

Novi tampak menganggukkan kepalanya singkat. "Oh, gue duluan ya!" pamitnya kemudian.

"Iya, Novi." balas Azalea. Dan, Novi pun pergi meninggalkan Azalea di kelas itu sendirian.

Setelah Novi melenggang pergi, Azalea menyadari keberadaannya. Duduk sendirian di tengah kelas, tanpa seorang pun di sampingnya. Sepi, kosong, hanya dentuman jarum jam, dan suara mesin AC, hanya itu yang bisa dia dengar.

"Selama ini, gue selalu sendirian, ya?" batinnya bertanya. Meratapi ruang kelas yang kosong dan sepi di jam istirahat.

Tiba-tiba saja terdengar suara Meng, alias Vito berkata dengan lantang, "Ada gue, Lea!" katanya. Suara itu terdengar menggema dalam bayangan Azalea. Gadis itu tersenyum kontan.

Lamunannya berakhir. Jemari tangannya yang lentik kembali menari-nari di atas buku tulis, menggoreskan tinta lewat pena yang ikut mengalun sesuai gerakan Azalea. Gerakan setenang itu, isinya angka serumit ini. Hehe..

Azalea terhenti lagi. Batinnya mulai bertanya-tanya. "Gue masih bingung, jadi sebenernya orang tua gue dimana? Apa bener Evelia adek gue? Agak ga sudi sih kalo iya."

Langit Asmara Azalea [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang