「67」 : Teramini

82 4 0
                                    


I lost my memory, but I got you

🍁🍁🍁🍁🍁

Enam jam setelah penantian. Gadis itu kembali melenguh, "Sssshh~!" Kali ini sambil menggerakkan kepalanya sedikit-sedikit.

Azazel sudah sedia sejak tadi, menyambut gadis itu ketika siuman. Dalam pasang senyuman lebarnya, Azazel berharap hasil CT-SCAN dan pemeriksaan itu terdapat kesalahan.

Matanya tampak memancarkan binar terang. Menanti pasang mata milik Azalea terarah padanya. Telingnya pun sudah siap sedia mendengar kata yang akan diucapkan pertama kali, saat dia siuman.

Clak! Gadis itu membuka matanya. Netra kecokelatan yang selalu Azazel rindukan. Dari paras cantik, dengan rambut pirangnya yang khas. Mereka saling bertatapan.

Kuat senyuman Azazel, masih belum terbalaskan. Kalau boleh jujur, ingin sekali rasanya untuk ambruk. Setelah tegar hampir seminggu menanti, di ujung penantian ini, rasanya ingin sekali berlabuh.

Senyuman manis itu, kian luntur saat gadis di depannya menunjukkan ekspresi lain dari dugaannya. Gadis berwajah lumayan pucat, dengan rambut pirang yang sedikit kusut, masih terbaring dibrankar. Sejak tadi dia terdiam, seolah beradaptasi untuk mengedipkan matanya, menarik dan membuang nafasnya.

Kini ia tampak mengerutkan keningnya. "Kamu siapa?" katanya lirih.

Ternyata hasil pemeriksaannya benar. Penjelasan dokter malam itu juga benar, perihal, "Kalau dia bangun, kemungkinan besar ingatannya hilang."

Sebisa mungkin, Azazel menguatkan kembali senyum yang sempat luntur. "Gue Azazel, gue suami lo."

Jawaban Azazel justru mengundang tanda tanya bagi Azalea. Azazel? Siapa? Azalea memutar matanya perlahan. Menelaah sekitarnya. Selain Azazel, ada enam lelaki tampan lain yang menatap kearahnya. Mereka siapa?

"Azaa-" dia mencoba mengingat. Menelusuri ingatan yang rasanya seolah terkunci. Tali penghubung antara jiwa dan kenangan itu seolah terputus.

Bingung, berganti dengan rasa ngilu yang menjalar di kepalanya. "Ssssh!"

"Permisi, selamat pagi..., ada yang bisa saya bantu?" Suster datang berkunjung, sudah runitinitas memeriksa setiap pagi, sore dan malam.

Tawaran bantuan dia ajukan sebab melihat ketujuh lelaki mengerumuni pasien secara bersamaan. Rasanya tidak mungkin jika tak ada yang terjadi. Suaranya membelah kerumunan dengan cepat. Membuat suster melihat, dan menyadari, "Oh, pasien sudah siuman ya."

Wanita muda berseragam putih, dia menyebut Azalea sebagai pasien. Itu artinya .., "Aku di rumah sakit? Aku kenapa?"

Dia sama sekali tak mengingat apapun. Suster berpamit untuk segera melapor pada dokter yang bertanggung jawab atas Azalea.

Mungkin tak apa untuk sekedar memberitahu, "Kamu kecelakaan, Lea." kata Bima mewakili.

Gadis itu kembali mengernyit, menautkan alisnya, bingung. "Lea? Itu nama aku?" timpalnya, polos.

Azazel tersenyum tipis ke arahnya. Dia menyela sebelum yang lain menjawab, "Iya. Lo Azalea. Azalea Narendra." katanya dengan senyuman bangga.

Azalea masih ragu. Dia nekat menerobos, mencoba mengingat lebih kuat. Namun, tak ada jawaban yang dia temukan, justru rasa sakit yang mulai menyerang kepalanya, lagi. "Ashhh! Aku ga bisa inget..,"

Suster tadi kembali. Dia masuk ke dalam ruangan dengan terburu-buru. Dia membawakan kertas pemeriksaan, juga alat kesehatan yang mungkin akan dibutuhkan.

"Kenapa aku gak inget apa-apa?" tanya Azalea pada sang suster.

Wanita 34 tahun itu mengulum bibirnya. Sambil matanya melirik pada Azazel, seolah meminta izin untuk menjawab. Azazel pun mengangguk.

Langit Asmara Azalea [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang