「50」 : Rumah Sakit

71 3 0
                                    

🍁🍁🍁🍁🍁

"AZA AWAS!"

Pekikan keras yang bersamaan dengan tarikan rem yang kuat itu ternyata sudah terlambat. Brakk! Seorang gadis jatuh terkapar setelah tertabrak dan terpental cukup keras.

Azalea mengawali turun dari motor. Azazel menyusul dan langsung memeriksa korban. "Hey! Lo gapapa?!" ujarnya kuat menuntut jawaban.

Sementara itu, Azalea tampak memandangi gadis yang tergeletak penuh darah itu dengan tatapan kosong. Matanya terbebelalak, mulutnya terbuka sebagai jalur nafasnya yang terengah-engah.

Azazel melihat kekhawatiran dalam matanya. "Aza kamu harus tanggung jawab, ayo bawa dia ke rumah sakit!" titah Azalea sambil melempar tatapan tajam padanya.

"Lo gimana? Bonceng tiga?" balas Azazel bertanya. Iya juga ya, tidak akan muat kalau harus bertigaan di atas Reddo.

Setelah mencari cara lain, Azalea memutuskan, "L-lea nyusul."

Berangkatlah keduanya tanpa basa-basi lagi. Azazel menggendongnya dengan sebelah tangan, sementara tangannya yang lain memegang stir. Setelah Azazel dan Reddo melesat membawa gadis itu, Azalea terdiam.

Ko jadi cemburu? Batinnya bertanya akan kegundahan lain yang tiba-tiba muncul setelah melihat Azazel. Langsung aja dia menggeleng. Menepis pemikiran aneh yang baru saja singgah dalam benaknya.

•••

"Lea, lukanya parah! Gue harus gimana!?"

Padahal, baru saja Azalea sampai ke loby IGD Rumah Sakit Mutiara itu. Untung saja Denis bisa dia hubungi disaat genting begini. Jaraknya yang ternyata tidak jauh, membuat Denis langsung bergegas mendatanginya.

Melihat Azalea sampai, Azazel langsung mendesaknya dengan pertanyaan yang dia todongkan begitu saja. Azalea belum sempat menjawab. Raut panik yang mulai dia rasakan dari wajah Azazel, membuatnya berpikir keras.

"Keluarga pasien atas nama Revina!" suster memanggil dari pintu salah satu ruangan yang tiba-tiba terbuka.

Revina? Cewek itu? Mungkin. Tidak ada yang tahu namanya. Dia tertabrak dan langsung di bawa kesini. Mana sempat bertanya tentang namanya.

"Bentar, gue kesana dulu." ucap Azazel menjawab tanya Azalea. Dia melenggang tanpa menunggu jawaban dari Azalea.

Udara dingin bersamaan dengan petrikor yang terasa kian kentara. Langit senja yang menyelimuti mereka, ternyata mulai menurunkan rinai yang kian menderu deras.

Ternyata alasan suster memanggil, adalah karena gadis itu sudah siuman. Penanganan cepat dari Rumah Sakit membuat gadis itu terlihat sedikit bersih. Luka menganga sepanjang 4cm di keningnya itu sudah di perban. Untung saja lukanya tidak begitu dalam, jadi tidak perlu dijahit.

Tidak ada luka lain di kepalanya. Tapi benturan yang cukup keras itu membuatnya merasa pusing dan terasa berat. Lihat saja gadis itu sekatang, terbaring di atas brankar berlapis selimut. Tidak ada lagi noda darah di tubuhnya.

"Gue dimana!?" tanya Revina dengan penuh semangat. Padahal dia baru saja siuman.

Azazel mendekat dan menjawab,"Lo kecelakaan. Maaf," katanya. Untung saja tidak ada suster yang mengawasi mereka.

"L-lo yang nabrak gue?"

Gadis itu menyapu Azazel dengan pandangannya, dari atas kebawah ke atas lagi. Berdiri tegak, sambil terdiam dengan raut wajah yang datar. Mata elangnya menolak untuk mendelik pada Revina.

"Iya. Gue gak sengaja." balasnya singkat.

Disisi lain, ada hal yang Revina pikrikan dalam benaknya. Dia kan Azazel? Gak salah dia minta maaf sama gue? Wah! Gilaa!

Langit Asmara Azalea [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang