「39」 : Baratha Yudha

66 3 0
                                    

🍁🍁🍁🍁🍁

Terdiam sambil memendam segala kata yang tak mungkin di sampaikan. Menikmati hembusan angin yang sejuk menerpa ke kulit. Suasana di sore itu sangat bersahabat dengan langit yang cerah.

Vito menyudahi lamunannya. Saking larutnya dalam lamunan, Vito sampai terkejut mendapati Evelia berdiri dengan wajah heran di depannya. "Anjing!" umpat Vito reflek.

"Cakep gini di bilang anjing?" timpal Evelia dengan wajah datarnya yang sedikit menunjukkan kesan marah. Vito hanya meresponnya dengan kekehan kecil. Dalam hatinya dia berharap Evelia tidak melihat kejadian barusan.

Namun harapan seketika sirna. Sambil membawa dirinya naik ke boncengan Vito, Evelia bertanya, "Tadi Azalea ngapain? Ngajak lo kenalan?" katanya.

Bukannya jawaban, Vito jusru menyuarakan helaan nafas. Evelia memutar bola matanya. "Emang dasar ya, bitch! Ah, sialan!" gerutunya menumpahkan segala kekesalan.

"Keep calm, girl!" timpal Vito dengan entengnya. Lalu keduanya melaju diatas motor melewati jalan raya. Ikut bergabung dengan dengan para pengendara lain di sana.

Evelia mendengus lagi, "Abisnya gue kesel banget. Apa kurangnya gue di banding dia?" Gadis itu terus nyerocos mempermasalahkan Azalea.

"Banyak." ucap Vito dalam batinnya. Reflek melempar tatapan remeh pada Evelia lewat kaca spion.

Bukan hanya itu, Evelia terus berceloteh. Melontarkan semua kekesalannya dengan memaki Azalea. Awalnya Vito membiarkan gadis itu berkata sesukanya.

"Apa coba bagusnya dia? Andai ga pernah ada manusia bernama Azalea itu di muka bumi ini. Pasti gue-"

Ngikkk! Suara nyaring itu terdengar keras dari tarikan rem yang mendadak dan begitu keras. Evelia terdorong ke depan, memeluk Vito dengan sempurna. Di susul dengan klakson yang bersahutan, tak sedikit orang mulai berteriak. Vito mengabaikan amukan masa.

"Vit! Waras lo?!" teriak Evelia sambil memposisikan dirinya dengan aman. Vito menarik gas dengan kuat dan melesat dari sana. Hampir saja terjadi tabrakan beruntun sebab kelalaiannya.

Vito menyahut, "Bawel! Diem makanya!" kasarnya.

"Dih, lo kenapa?" heran Evelia. Gadis itu meratapi punggung Vito dengan raut heran. Tatapannya pun kosong penuh tanda tanya. Sampai akhirnya, Azalea muncul dalam benaknya. "Jangan bilang lo juga terpengaruh sama sihir hitamnya dia? "

"Emang dasar ya, nenek lampir! Rambutnya pirang! Udah kaya jamet! Banyak tingkah! U-"

Dan lagi, ocehannya itu hanya berakhir dengan tarikan rem dari Vito dan kuda besinya. Seketika Evelia terdiam, "Sekali lagi lo ngomong jelek tentang Lea! -jangan harap masih bisa kenal gue."

Evelia ingin protes lagi, "Vit-"

"Ngerti?!" ketus Vito menyela. Kalinat itu terlontar singkat, namun penuh penegasan.

Evelia ternganga di buatnya. Rasanya aneh, bahkan sepupunya sendiri tiba-tiba berpihak pada Azalea. Gadis yang dia anggap orang asing. Tentunya ia mempertanyakan, "Lo serius? Lo belain Lea?"

"Iya. Jangan sekali-kali lo hina dia depan gue!" balas Vito dengan nada bicara yang datar. Namun dari raut wajahnya, Evelia bisa melihat kalau dia sedang serius. Meski mereka tidak berpapasan langsung, kaca spion yang menjadi perantara.

Seusai percakapan dingin itu, tak terdengar lagi suara dari Evelia maupun Vito. Keduanya diam tak berkutik. Menerima angin yang keras menerpa ke permukaan kulit. Vito membawa motor besarnya melaju dengan cepat di atas jalan raya.

Tak butuh waktu lama lagi, keduanya pun sampai ke rumah. Tara, orang yang paling semangat menyambut kepulangan anak-anaknya itu. "Udah pulang, sayang?"

Evelia yang pertama menghampiri Tara. Namun gadis itu tampak murung dan berjalan dengan tergesa-gesa. Tara mengerti, mungkin gadis itu sedang ada masalah. Kepedulian dan kasih sayang dalam hatinya, mendorong Tara untuk bertanya.

Langit Asmara Azalea [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang