🍁🍁🍁🍁🍁
"Satu hari lagi?"
Cepat atau lambat, Azazel pasti tahu. Toh, polisi juga akan menjemputnya lusa. Dengan berat hati gadis itu mengangguk.
Azazel menganga frustasi. Sambil menarik nafas, disusul decakan singkat. Lelaki itu mengacak rambutnya. "Gue pulang H-1 banget?"
"Maaf." Hanya itu yang bisa Azalea sampaikan.
Kalau bukan karena keinginannya untuk membebaskan Heaven, ini semua tidak akan terjadi. Harusnya, mereka berdua sedang sibuk menata masa depan mereka bersama-sama. Tapi hukum yang sudah miring itu memisahkan mereka.
"Kita lari ya?" Azalea terkejut, mendengar ajakan itu dari mulut Azazel. Dia ingin, kalau bisa. "Kemana? Ga mungkin- gue buronan sekarang."
"Lo hamil aja ya?" Azalea makin terkejut lagi. Segala cara yang Azazel pikirkan rasanya berat untuk diiyakan.
Gadis itu menolak. "Ga Aza! Ga akan bisa- kalau pun bisa, aku yang makin sedih ntar."
Azazel beralih menangkap gadis itu dalam dekapannya, lagi. Sambil tangannya naik turun, memberikan belaian lembut, Azazel berbisik, "Gue ga akan biarin lo nebus kesalahan orang itu. Sialan. -dia ga bertanggung jawab sama lo, kenapa lo harus tanggung kesalahan dia?"
Yang dikatakan Azazel memanglah benar. Suatu fakta yang tidak akan sanggup ia sanggah. Azalea terdiam. Merenungi nasib dalam perjalanan hidupnya yang kelam.
Gadis itu mendongakkan wajahnya, dia menatap Azazel dalam. "Kalo kematian orang itu adalah sebuah kesalahan, lantas siapa yang salah? Orang itu? -atau justru Tuhan?"
Azazel menggeleng saat Azalea menyebutkan Tuhan. Lelaki itu memberikan pengertian, "Tuhan itu ga salah. Kita yang salah mengartikan- pasti ada orang lain yang jadi dalang dibalik ini semua." paparnya.
Daripada terus-terusan merenungi nasibnya, Azazel mengajak Azalea untuk menghabiskan waktu bersama. Bermain ke sebuah tempat wisata. Sedikit membebaskan diri dari belenggu. Biarlah belenggu itu menunggu.
Lama tak berjumpa, membuat Azalea meluapkan semua rindunya pada Azazel. Rasanya senang sekali bisa aquarium-date dadakan begini. Azalea sedikit bermanja pada lelaki kesayangannya itu, Azazel tidak keberatan.
Azalea terus menggenggam tangannya, menariknya kesana kemari, berlagak seperti anak kecil sehari ini saja. Menjadi gadis polos, seperti Lea yang dulu dilakoninya. Rasanya dejavu. Seolah Lea adalah orang lain yang sudah hilang dari kehidupan Azazel.
Gadis di depannya? Dia bukan Lea, dia Azalea.
"Lo tau bahasa jepangnya ikan?" celetuk Azazel tiba-tiba.
Celetukan randomnya mampu menyita perhatian Azalea. Buktinya, gadis itu langsung memalingkan pandangan matanya dari ikan yang sedang bercengkrama dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Langit Asmara Azalea [TAMAT]
Teen FictionCerita ini menceritakan tentang gadis cantik berambut pirang bernama Azalea Mevia yang hidupnya penuh liku. Banyak kepalsuan dalam alur hidupnya. Bahkan Azalea memiliki dua sisi yang bertolak belakang. Kemudian dipertemukan dengan seorang ketua geng...