「29」 : Seminggu

91 3 0
                                    

🍁🍁🍁🍁🍁

Tepat hari ini, genap Azalea seminggu tinggal bersama Azazel dan Dendra dikediamannya. Suasana sore hari yang panas, dengan matahari yang bersinar bulat sempurna diatas langit. Tak terhalang awan, kabut, atau benda langit lainnya.

Sekitar setengah jam yang lalu, mereka baru saja pulang dari sekolah. Azazel datang menghampiri Azalea yang sedang duduk di atas sofa dengan televisi yang menyala. Terpampang berita gempa disana, tapi rupanya Azalea sibuk dengan ponselnya.

Azazel selalu tak tahan melihat gadisnya yang cantik sangat menggemaskan. Apapun yang Azalea lakukan, dimatanya Azalea terlihat sangat menggemaskan dan menggoda iman.

Sayangnya imannya sangat lemah, Azazel tak mampu menahan nafsunya. Azalea tampak sedang rebahan santuy di atas sofa ,dengan kakinya yang berselanjar lurus dan tangannya yang sibuk tertekuk memegangi ponsel.

Entah sedang berbalas pesan dengan siapa, tapi Azalea terlihat sangat serius. Melihat itu, Azazel perlahan memposisikan dirinya diatas tubuh mungil Azalea.

Kepalanya nyosor mengolongi tangannya yang sedang sibuk memainkan ponsel. Azazel membawa wajahnya mendekat pada wajah Azalea yang cantik tiada lawan.

Azalea menatapnya datar, netranya sedikit membulat karena terkejut dengan kehadiran Azazel yang tiba-tiba. Apalagi bibir Azazel yang nyosor langsung melahap miliknya.

Kejadian seperti ini sudah jadi makanan sehari-hari Azalea. Mau tidak mau gadis itu harus terbiasa dengan kelakuan calon suaminya.

"Lo manis," kata Azazel 14 detik kemudian, setelah kembali melepaskan Azalea.

"Aza, Lea gasuka!" kata Azalea memalingkan pandangannya. Azalea tak bisa menatapnya dari jarak 1 senti seperti ini.

"Maaf ya, itu resiko karena udah bikin gue jatuh hati sama lo." balas Azazel membela dirinya. Melempar kesalahan pada Azalea yang jelas tidak bersalah.

Sambil menatap Azazel dengan sengit, "Aza bisa gak sih hargai Lea?" ucap Azalea.

Deg! Pertanyaan yang sangat amat menusuk hati. Azazel terbungkam sejenak, dari ruang sebelah Dendra juga diam-diam menguping pembicaraan itu.

"Lea pengen Aza hargai Lea, jangan lakuin hal yang Lea gasuka. Lea bukan boneka yang bisa Aza mainin." jelas Azalea menyampaikan perasaannya.

"Gue ini calon suami lo, sayang..,"

"Itu juga atas keegoisan Aza. Bisa aja Lea kabur dari sini, tapi Lea ga lakuin itu, karena Lea ngehargain Aza,"
"Lea tau Aza sayang sama Lea, tapi ga harus gini kan? Aza brutal banget Lea takut.."

Gadis itu mengatakannya lagi, lebih jelas, lebih meminta perhatian Azazel atas pengendalian dirinya. Dendra pun mendukung, "Noh denger Zel! Jangan egois, dia juga punya hati. Jangan seenaknya sama Lea, kalian juga baru tunangan." katanya.

"Gue aja ga inget kapan kita tunangan, anjay!" batin Azalea menghela nafas berat.

"Bilang aja lo iri jadi duda," balas Azazel pada Dendra.

Daddy hanya mampu mengutuknya, "Anak kamvret!" katanya.

"Hm, yauda kalo gitu. Maafin gue ya, Lea .." tutur Azazel lemah lembut. Mencoba merayu hati gadisnya. Azalea mengangguk pelan.

Gadis itu kembali menuturkan kata, "Meski kita belum bisa saling mencintai, seengganya kita bisa saling menghargai.. " tuturnya.

"Aahh lo gemesin banget," gumam Azazel dengan gemasnya mencubit hidung Azalea.

Azalea tersenyum tipis, "Itu lebih baik," katanya. Azazel pun ikut tersenyum mendengar kalimat itu dari Azalea.

"Hm.., maafin gue, ya ?" tuturnya lebih merendah. Berharap kali ini Azalea sungguhan memaafkannya. "Iya Aza"

Langit Asmara Azalea [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang