「24」 : Ziva

117 3 0
                                    

🍁🍁🍁🍁🍁

Xeno menatap Fajar sengit. Hal itu membuat Zay mundur sedikit, memberikan jarak diantara keduanya. Zay tahu apa yang akan terjadi diantara mereka berdua.

"Mau apa lo sama Lea?" cetus Xeno kemudian. "Mau main kotor ??" sambungnya dengan datar. Fajar malah memalingkan wajahnya, malas meladeni lawannya satu ini.
"Heran gue, Irene kenapa mau ya sama lo?" kata Xeno mengakhiri.

"Jelas karena gue lebih baik dari lo!" jawab Fajar singkat namun nyelekit.

Xeno yang emosi menarik kerah baju Fajar, dia berkata, "Cari ribut lo?!" Uratnya mulai menonjol dipernukaan kulitnya. Melambangkan dalamnya emosi Xeno terhadap Fajar.

"Lo duluan yang bawa-bawa Irene!" sahut Fajar dengan tatapan songong dan tidak mau kalah.

Akhirnya, kedua pemuda itu beradu jotos karena saling emosi. Para siswa berdatangan untuk menyaksikan pertunjukkan yang fantastis. Mereka memang selalu menjadi saingan, pasalnya Xeno menyukai Irene, namun Irene malah menyukai Fajar.

Sedangkan Azazel sedang menyusur lorong meuju UKS. Disertai gosipan para siswa-siswi yang nongkrong disepanjang tepi jalan. Suhu tubuh Azalea semakin meningkat.

"Dia kenapa?" Ziva bertanya. Ziva adalah anak PMR andalan dari kelas 12 IIS yang selalu berada di UKS gedung itu di jam Sosial, tepatnya hari ini dan hari selasa.

"Dia emang lagi sakit, trus tadi tiba-tiba pingsan." jawab Azazel sambil menatap Azalea penuh haru.

"Makanya kalo sakit tuh istirahat!" cetus Ziva .

"Udah gue bilangin, ga nurut dia!" sahut Azazel. Azazel sudah cukup lama mengenal Ziva, lebih tepatnya sejak setahun yang lalu.

Ditengah obrolan singkat itu, Azalea kembali sadarkan diri. Kebetulan guru matematika yang bernama Tuti itu datang melintasi UKS dan melihat Azalea terbaring disana dari kaca.

"Anak baru mau bolos pelajaran saya?" ujarnya kasar sembari masuk ke dalam UKS.
"Jangan banyak gaya deh lo!" sambungnya memperingati Azalea.

"Lea ga gaya ko bu, Lea emang pusing banget..." jawab Azalea yang baru sadar.

"Apapun itu! Kamu gabisa masuk kelas saya. " tegas bu Dila bersikeras.

"Hari ini bu? " Azalea bertanya.

"Selamanya, sampai kamu bisa menyelesaikan ujian soal yang saya siapkan... kesempatan kamu menjawab, hanya sekali.. " terang Dila. Azalea dengan enteng tersenyum, dia berfikir bisa pasti mengerjakan soal itu.

"Maksimal menjawab satu kali!" lanjutnya menambah keterangan. Azalea sedikit terpukul, namun masih bisa tenang.
"-dengan nilai minimal 9!" ketinggalan satu. Seketika Azalea meneguk salivanya.

"10 gue jamin!" cetus Azazel membela.

"Yauda ayo kerjain!" sahut Bu Dila tak ingin kalah. Azazel memang tidak suka dengan guru sombong yang meresahkan satu ini. Begitupun kebanyakan siswa lainnya, sayangnya perannya dalam angka di rapot begitu penting.

"Nanti kalo dia udah sembuh," ucap Azazel.

"Oke!" sahutnya masih dengan mimiknya yang sombong, lalu meninggalkan ruangan.

"Azaa, masa Lea gamasuk pelajaran matematika? " Azalea bertanya.

"Lu istirahat makanyaa, Leaa." sahut Azazel sembari mengelus pucuk rambutnya.
"Lu disini ya, gue temenin." sambung Azazel dengan senyumnya yang manis.

"Azazel.. inget perjanjian kita? " ujar Ibu Kepal tiba-tiba menyela keharmonisan diantara mereka.

"Saya ga bucin bu, beneran.. tanya noh Ziva! Ya kan Zi??" jawab Azazel dengan sedikit kepanikan, karena dirinya selalu gagal menahan diri didepan Azalea.

Langit Asmara Azalea [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang