22

425 36 7
                                    



#####


Gavin membawa langkah besarnya ke kelas seni, membuat seluruh orang yang berada disana terkejut dengan kedatangannya.

Mereka tahu siapa yang hendak Gavin temui, tentu saja Bastian, si lelaki cantik yang sudah seminggu ini menjadi lebih populer karena beredar rumor kalau dia sedang di perebutkan oleh dua lelaki tampan seantero universitas.

Bastian mengerutkan alis ketika matanya melihat Gavin berdiri di depan pintu kelasnya. Begitu juga Jeo yang sedang duduk disamping Bastian, dia menatap Gavin dengan tatapan datar, menebak maksud kedatangan lelaki jangkung itu.

"Samperin, kak.. sebelum jadi rame" ucap Jeo.

Bastian menghela napasnya panjang, berdiri dan berjalan menghampiri Gavin. Tangannya disilang di depan dada, menatap Gavin dengan dingin.

"Ngapain?!" tanyanya.

Gavin tidak menjawab, alih-laih menarik Bastian pergi dari sana. Membawa lelaki itu ke gudang tempat biasa.

Sampai disana Bastian langsung menepis tangan Gavin yang sedang mengenggam pergelangan tangannya.

"Ngapain lagi sih?!" bentak Bastian.

Gavin meraih tangan Bastian lagi dan membawanya ke dada, bagian tempat dimana jantungnya berada. Bastian mengernyit.

"Lo bisa rasain kan? ini detak jantung gue setiap kali gue lagi sama lo"

Bastian bisa merasakan dentuman cepat disana, dia langsung menarik tangannya sambil membuang wajah ke samping.

"Gue ga peduli" ucap Bastian.

"Jangan pilih dia"

Bastian berdecih, menyisir poninya ke belakang dan menatap Gavin sejurus. "Dia pacar gue"

"Pukul gue, Bas.. tonjok gue sepuas lo, marahin gue sampe lo puas. Tapi please, jangan pergi lagi.."

Bugh!!

Bastian benar-benar memukul wajah Gavin. Menatap pria itu nyalang.

"Sekalipun gue pukulin lo sekarang, gue tetep bakal pilih dia, Gavi."

Gavin menatap Bastian sendu. "Apa perasaan itu udah bener-bener ga ada?"

"Perasaan?!" Bastian memukul dada Gavin keras "Perasaan apa yang lo maksud?! huh?! lo lupa sama apa yang udah lo lakuin ke gue dulu?"

Gavin meremat tangan Bastian di dadanya.

"Lo... ga pernah pilih gue" suara Bastian melemah, matanya mulai berkaca-kaca. Rasa sakit itu muncul lagi. Padahal dia pikir dia sudah sembuh.

"Lo ga pernah tahan gue setiap kali gue pergi, kenapa sekarang lo kaya gini?" sambung Bastian lagi, berusaha mempertahankan suaranya agar tidak bergetar.

"Bas.. gue minta maaf"

"Maaf?" Bastian menggigit bibir bawahnya sampai berdarah. Kelopak matanya mulai bergetar menatap Gavin. "Seharusnya lo minta maaf waktu itu, seharusnya lo tahan gue waktu itu, SEHARUSNYA LO PILIH GUE WAKTU ITU!!"

Tangis Bastian pecah, sudah tidak bisa menahannya lagi. Gavin pasrah saat dadanya di pukuli berulang-ulang, itu bukan apa-apa, bahkan kalaupun Bastian membunuhnya sekarang, Gavin rela.

Lebih baik dia mati daripada harus membiarkan Bastian pergi lagi.

"Hiks.. gue benci!! gue benci karena gue selalu lemah sama semua hal yang bersangkutan sama lo.. hiks.. gue benci karena gue ga pernah bisa bener-bener lupain lo meskipun gue punya cowok sesempurna Sehun.."

Let Me LOVE YOU ! [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang