Bab 3

33.9K 2.9K 6
                                    

Perempuan itu merutuki dirinya sendiri karena tidak bisa mengingat alamat rumah bos nya sendiri, itu bukan salah dirinya kan? Bagaimana pun juga Gichel sekarang adalah jiwa yang tersesat di dunia ini. Tidak bisa dipungkiri kalau dirinya merasa aneh dan tidak tahu apa-apa tentang dunia ini. Setelah memarkirkan mobil milik nya yang di berikan oleh perusahaan sebagai alat transportasi agar memudahkan dirinya dalam bertugas, perempuan itu pun melajukan roda empat itu menuju alamat rumah direktur utama yang di sebutkan oleh Gilang. Hanya menghabiskan 15 menit di perjalanan, sehingga waktu yang tersisa untuk keberangkatan mereka menuju bandara masih banyak. Namun saat mobil nya sampai di pekarangan rumah besar itu, para bodyguard yang senantiasa menjaga keamanan tuan mereka itu menyuruh Gichel untuk segera menemui sang direktur.

“Maaf membuat anda menunggu pak.” Ucap Gichel saat dirinya sudah berada di sebelah sang direktur yang saat ini tengah membaca sebuah laporan di tablet nya. Dari samping pun aura pria itu sudah memancarkan sinar seorang protagonis yang membuat Gichel kagum, serta aura dingin yang dominan mampu menunjukan kalau dialah sang pemeran utama di sana.

“Kali ini saya maaf kan, berhubung waktu masih panjang.” balas pria itu dingin.

“Terimakasih pak. Apakah kita akan berangkat sekarang? Pesawat akan terbang  satu jam lagi. Jika kita berangkat sekarang, maka kita akan sampai tiga puluh menit kemudian berhubung jalanan sedang dalam keadaan sedikit lenggang.” Terang perempuan itu yang saat ini mencoba untuk tetap tenang.

“Saya sudah selesai membaca laporannya, sebaiknya kita berangkat sekarang.” Perintah Raja. Pria itu beranjak dari duduk nya dan langsung menyerahkan tablet nya pada Gichel yang segera di sambut oleh perempuan itu. “Baik pak, saya akan segera meminta supir agar memanaskan mobil.” balas Gichel dan segera pergi menemui sang supir. Setelah semua hal siap, Gichel pun segera membukakan pintu mobil agar Raja bisa masuk.

“Jalan!” Titah Gichel saat melihat kode Raja di rear-vision mirror mobil.

Perjalanan cukup lama memakan waktu karena jarak bandara dengan rumah Raja yang tidak dekat. Setelah  sampai di bandara, jam pun sudah menunjukan pukul 10.00 WIB sehingga mereka segera masuk kedalam pesawat. Gichel memperhatikan pria di depan nya dalam diam, perempuan itu masih tidak menyangka karena bisa bertemu dengan pemeran utama dalam novel ini secara langsung. Jika tidak salah, novel yang dirinya masuki saat ini adalah novel yang tengah populer di kalangan remaja pencinta buku fiksi. Gichel pun kenal dengan novel ini karena sempat melintas di beranda Twitter milik nya, mereka menceritakan keantusiasan mereka saat membaca novel dengan judul ‘Three love for Kania’ itu. Dari banyak nya novel yang di baca Gichel, mengapa dirinya malah masuk kedalam novel ini? Apakah ada tujuan dibalik datang nya dia kesini.

“Silakan pak,” ucap Gichel mempersilakan Raja duduk di kursi pesawat. Perempuan itu mempersiapkan keperluan bos nya itu dengan baik agar menjaga kenyamanan sang direktur. Bagaimana pun juga, Gichel saat ini tengah bekerja sebagai bawahan pria itu. Jika saja ada satu hal yang membuat pria itu tidak nyaman dan tidak puas, bisa melayang pekerjaan nya.

“Ada yang perlu saya bantu pak” Tanya Gichel.

“Tidak perlu, pergi saja ketempat kamu.” Balas pria dingin itu tanpa melihat kearah sekretarisnya. “Baik pak, panggil saya jika anda membutuhkan sesuatu.” pamit Gichel dan pergi meninggalkan Raja menuju kursi nya yang tepat berada di belakang nya. Karena handphone nya tengah dalam mode pesawat agar tidak mengganggu penerbangan, perempuan itu pun memilih untuk membaca ulang laporan yang saat pagi di bahas oleh Gilang. Penerbangan pun cukup lama, karena tujuan mereka saat ini adalah Jepang. Jadi setelah selesai membaca ulang laporan, perempuan itu memutuskan untuk beristirahat sebentar. Berhubung sang direktur tidak meminta banyak hal untuk dilakukan.

“Memang kaya gini sikap nya, sesuai sama apa yang di tulis di novel.” Gumam Gichel sebelum terlelap dalam tidur nya.

Tak terasa tujuh jam lewat dua puluh sembilan menit sudah terlewat kan di atas udara, rombongan Gichel pun turun menuju basement untuk segera berangkat ke hotel. Pertemuan akan di lakukan besok pagi di cabang milik sang direktur. Oleh karena itu, saat ini setelah makan malam bersama di restoran mewah yang berada di dekat bandara, pria itu menyuruh para karyawan nya untuk segera beristirahat agar besok tidak melakukan kesalahan yang dapat merugikan perusahaan nya.

“Manager divisi pemasaran.”

“Saya pak!” Jawab seorang pria bertubuh agak buncit. Mungkin lemak nya menumpuk karena terlalu lama duduk di depan komputer, pikir Gichel yang saat ini berada satu langkah di belakang sang direktur.

“Tinjau ulang laporan yang kamu berikan pada saya, ada beberapa bagian yang ternyata tidak sesuai dengan pembahasan besok.” Titah pria itu. Wajah sang manager divisi pemasaran terlihat kaget, bagaimana bisa ada kesalahan di saat satu hari sebelum pertemuan antar perusahaan akan di lakukan. Secara tidak langsung atasanya itu menyuruh dirinya untuk segera merevisi ulang proposal yang dia buat.

“Tapi pak, pertemuan nya akan di lakukan besok pagi. Bagaimana bisa saya merevisi nya kembali?” Balas pria itu tidak terima.

“Seharusnya kamu sudah siap dengan keadaan seperti ini, untuk apa saya membawa kamu kesini jika bukan untuk melakukan hal seperti ini.” Pria dengan setelan kantor yang pas di tubuh proporsional nya itu berjalan memimpin mereka menuju loby hotel nya. Seolah tidak memperdulikan protesan karyawan nya sendiri yang saat ini tengah kalang kabut.

“Masih ada waktu dari sekarang untuk merevisi laporan itu.” Lanjut pria itu. Gichel mengernyit, perempuan itu pun sama bingung nya dengan yang lain. Bagiamana bisa atasan nya itu mengatakan suatu hal yang tidak masuk akal.

“Tapi pak, seharusnya semua laporan harus selesai di buat sebelum keberangkatan kita ke sini.” Ucap Gichel mencoba membela manager divisi pemasaran karena tidak sejalan dengan jalan pikir sang direktur. Langkah kaki pria itu terhenti sehingga membuat para karyawan nya ikut berhenti dengan keringat dingin yang membasahi area pelipis, telapak tangan dan punggung mereka. Siapa pun tahu jika direktur utama Aditya’s Group itu memiliki sikap yang tirani dan tak segan-segan terhadap para bawahan nya.

“Nona Gichel, apa yang anda ucapkan memang benar. Tapi, banyak perubahan di setiap waktu nya di dunia ini. Jika kita tidak mempersiapkan nya sedari awal, mungkin keadaan saat ini tidak akan terjadi. Dan bukan berarti apa yang kita siap kan sebelumnya akan selalu benar walau pun ada rencana lain, setidak nya di keadaan genting ini kita masih dapat melakukan hal yang bisa memperbaiki kesalahan.” Ujar Raja dingin. Pria itu menatap sekertaris nya dengan pandangan datar khas nya. “Saya kira, lulusan terbaik seperti anda akan mengerti.” lanjut nya sebelum berbalik dan melanjutkan langkah nya yang tertunda.

“Maaf karena telah meragukan ucapan anda.” Ucap Gichel, bagaimana pun Gichel bukan siapa-siapa disini. Jadi, bersikap lah dengan baik agar pria itu tidak memecat nya.

“Semua nya bisa beristirahat di kamar yang di sediakan masing-masing.” Setelah mengatakan itu, perempuan itu pun pergi dengan mempercepat langkah nya untuk menyusul Raja. Pria itu tidak memiliki hati karena dengan tanpa perasaan berjalan cepat meninggalkan Gichel yang berpenyakitan. Huft… Gichel lupa kalau atasan nya tidak mengetahui tentang penyakit nya, mungkin.

“Pak, ada pesan dari nyonya Emilda satu menit yang lalu.” Ucap Gichel yang baru saja sampai di sebelah Raja. Perempuan itu memeriksa pesan-pesan yang masuk kedalam handphone milik nya, sedangkan pria itu terus berjalan menuju kamar nya yang tepat berada di depan kamar Gichel. “Bacakan.” titah nya.

“Baik pak, nyonya Emilda berpesan jika nona Nathasya akan terbang kesini untuk menemani anda rapat pertemuan para investor perusahaan. Dan berharap jika anda dapat bersikap baik pada nona Nathasya.” terang Gichel. Sebenar nya perempuan itu agak bingung dengan keadaan ini, dia tidak mengira jika kontak nya sudah tersebar kemana-mana sampai ibu atasan nya pun bisa mengetahui nya.

“Kata kan jika saya tidak menerima orang luar untuk mengikuti saya dalam pertemuan para investor perusahaan ini.”

Gichel keberatan untuk mengetikan balasan tersebut, bagaimana pun nyonya Emilda adalah ibu atasan nya, yang besar kemungkinan pernah bertemu dengan pemilik tubuh. Entah lah, Gichel bingung karena Gichel asli seperti tidak memberikan semua ingatan nya pada Hana. “Tapi pak,” sebelum Gichel selesai dengan ucapan nya, pria di depan nya itu berbalik dan menatap nya tajam.

“Sudah dua kali kamu membuat kesalahan hari ini, apakah belum cukup?” Tanya Raja dengan tatapan nya yang tajam seolah tengah menatap mangsa nya. “Saya bukan orang yang penyabar, jika kamu memang sudah bosan bekerja di bawah kepemimpinan saya, silakan ajukan surat pengunduran diri.” Lanjut nya. Gichel menelan saliva nya dengan susah payah, perempuan itu menatap Raja dengan wajah pucat ketakutan.

“Maaf kan saya pak, saya tidak akan mengulangi nya lagi.” ucap Gichel menyesal.

I Became The Protagonist's Secretary Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang