Bab 38

6.8K 463 11
                                    

Ruangan dengan aroma disinfektan yang menyengat itu membuat Gichel mengernyit, bibirnya sedikit terbuka saat merasakan sakit di sekujur tubuhnya. tidak hanya itu, haus yang menyerang Gichel saat ini sungguh menyiksa. Perempuan itu terus merasakan tenggorokan nya begitu kering. Sembari meringis saat merasakan sakit yang begitu ngilu di dada kirinya, Gichel menoleh pelan pada pria yang saat ini tengah tertidur di sebelah ranjang nya. Kepalanya menghadap Gichel, sedangkan tubuhnya tetap terduduk di kursi yang di sediakan.

Gichel menggerakkan jarinya pelan, perempuan itu mencoba membangunkan Raja dengan sentuhan di tangan pria itu. Raja segera terbangun, sebenarnya pria itu bukan tipe orang yang akan tidur nyenyak jika posisi tidur nya seperti ini. Jadi, saat ada pergerakan kecil pun, Raja akan tersadar.

"Kamu udah bangun hmm? Ada yang sakit? Aku panggil dokter dulu ya?" Berbagai pertanyaan Raja lontarkan, pria itu tampak khawatir saat ini. Dirinya pun tidak tega melihat kondisi Gichel yang begitu lemah, perempuan itu menjadi tidak bisa bebas karena alat-alat yang tertempel di tubuhnya.

"A-aku haus..." Suaranya serak dan kecil, sampai jika Raja tidak mendekat kan telinga nya, pria itu tidak akan mendengar apa yang di ucapkan Gichel. Raja mengangguk, pria itu segera mengambil sebuah botol air mineral yang di simpan di nakas. Namun, pergerakan pria itu tiba-tiba berhenti saat mengingat peringatan dokter Gichel tadi.

"Minum nya sedikit-sedikit ya? Kamu baru aja selesai operasi."

Gichel mengangguk mengiyakan, perempuan itu menerima setiap sendok air yang di berikan oleh Raja padanya. "Aku panggil dokter dulu ya? Kamu tiduran dulu sebentar." Setelah mengatakan itu, Raja pun pergi meninggalkan Gichel.

Gichel menatap sekeliling ruangan nya, perempuan itu tampak begitu sedih saat ini. Terlihat dari ekspresi wajahnya yang saat ini tengah termenung. Walaupun sudah berusaha mengiklaskan kehidupan nya dulu, perasaan Gichel saat ini masih begitu berat meninggalkan sang ayah. Apalagi, melihat harapan ayah nya yang begitu besar agar dirinya sadarkan diri.

Beberapa menit dirinya lewat kan untuk melamun, sampai Raja yang memanggil dokter dan perawat pun kembali. Beberapa pemeriksaan Gichel lakukan, untuk melihat seberapa aman nya kondisi perempuan itu. Setelah selesai pemeriksaan, kamar rawat yang di tempati Gichel pun kembali senyap. Hanya tersisa pasangan suami istri saja di sana, mereka di landa kecanggungan untuk beberapa saat.

"Masih ada yang sakit?" Tanya Raja pelan, tangan pria itu mencoba menggenggam tangan kecil milik Gichel, namun pergerakan nya terhenti saat perempuan itu menolak.

"Nggak ada, aku udah bilang tadi waktu ada dokter." Balas Gichel.

Raja mengulum bibirnya dan mencoba untuk tersenyum. "Ya udah, istirahat lagi yah? Nanti kalo udah waktunya makan siang, aku bangunin." Dengan penuh perhatian, Raja merapikan selimut yang sedikit tersingkap. Namun, perkataannya tidak membuat Gichel bergerak sedikitpun. Perempuan itu tetap menatap dinding di hadapannya dengan datar.

Raja tahu, Gichel salah paham tentang kejadian kemarin. Perempuan itu pasti kini tengah kecewa pada dirinya. Tapi, bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan nya saat ini. Keadaan Gichel masih harus di pantau dan di khawatirkan akan kembali drop jika tertekan secara fisik maupun mental. Apalagi jika membahas masalah Kania yang saat ini tengah menginap di rumah yang dulu Gichel tempati.

Drrtt... Drrtt.... Drrtt

Raja mengeluarkan handphone nya yang baru saja bergetar, rahangnya mengeras, sehingga suasana di sekitar nya berubah dingin. Gichel yang memahami situasi itu menoleh untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Perempuan itu mengerutkan keningnya bingung saat melihat Raja yang terlihat geram. Namun, bibirnya tidak mengeluarkan sepatah pun kata untuk pria itu.

I Became The Protagonist's Secretary Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang