Bab 18

22.7K 2.5K 49
                                    

Setengah jam menunggu Gichel yang kini tengah berdandan, membuat Raja harus ekstra sabar. Pria itu sudah memperingati Gichel, namun sepertinya perempuan itu tidak mendengarkan peringatan yang diberikan oleh Raja. Walau begitu, Raja tetap duduk diam sembari memeriksa beberapa laporan yang dikirim lewat email oleh Gilang pada dirinya. Tidak tahu harus berbuat apa selain memeriksa laporan untuk menunggu Gichel selesai berdandan.

Tidak lama kemudian setelah memakan waktu yang tidak sebentar itu, Gichel pun keluar dari kamar nya. Perempuan itu tampak berbeda dengan balutan gaun yang di berikan oleh Raja, makeup nya pun tidak berlebihan sehingga membuat perempuan itu terkesan cantik dan elegan. Raja tidak munafik, sekertaris nya itu memang memiliki wajah yang cantik. Walaupun jarang terlihat memakai makeup, Gichel masih terlihat tetap cantik.

"Saya nggak aneh kan pak?" Tanya Gichel pada direktur muda di depan nya itu. Perempuan itu sebenarnya tidak terlalu nyaman berpakaian seperti ini, walaupun di kehidupan nyata nya lebih sering menggunakan gaun seperti ini, Gichel masih tetap tidak nyaman.

Raja memperhatikan penampilan Gichel dengan seksama, tidak ada yang salah dari perempuan itu.

"Nggak ada, kamu terlihat lebih cantik." Balas Raja dengan wajah biasa saja. Gichel mendengus, perempuan itu meleos begitu saja saat mendengar balasan Raja yang begitu saja. Walaupun bukan tipe orang yang suka di puji, Gichel pun tetap kesal dengan tanggapan Raja yang biasa saja saat melihat nya.

Ah, Gichel lupa. Bagaimana tidak biasa saja tanggapan nya, orang Raja sering melihat Kania yang lebih cantik dari dirinya.

Raja mengerjap bingung, pria itu menatap Gichel yang tidak bilang apa-apa lagi setelah mendengar balasan nya. Apakah ada yang salah? Raja barusan sudah memuji Gichel kan?

"Ada yang salah sama kata-kata saya? Kamu keliatan nggak suka gitu?!" Tanya Raja, pria itu menghampiri perempuan cantik di depan nya.

"Nggak ada, kapan kita berangkat?" Tanya Gichel, perempuan itu merapihkan ikatan di lengan nya sembari menatap wajah Raja. "Sekarang. Waktu nya sudah tidak banyak." Balas Raja.

"Ok, ayo! Nanti kita ketinggalan acara penting nya." Ajak Gichel. Raja mengangguk menyetujui, dan mulai mengikuti perempuan itu keluar dari rumah. Setelah selesai mengunci pintu rumah, Gichel pun menghampiri Raja yang berdiri di teras.

"Biar saya bukakan pintu nya untuk nona jutek, silahkan masuk." Ujar Raja dengan suara rendah milik nya. Gichel mendengus, "kata siapa saya jutek? Orang pak Raja yang sering kaya gitu." Balas Gichel tidak terima. Perempuan itu menatap kesal kearah Raja.

"Saya jutek? Sejak kapan? Saya ramah ke orang lain." Ucap Raja dengan tatapan geli kearah Gichel. "Pstt... Pak Raja ramah? Semua orang juga tahu kalo pak Raja itu dingin dan tiran." Ujar Gichel tanpa memperhatikan perubahan ekspresi wajah Raja.

Tidak mendapatkan jawaban, Gichel pun menoleh ke arah pria di depannya itu. Saat melihat ekspresi wajah Raja yang tidak enak di pandang, Gichel pun langsung berkeringat dingin, perempuan itu lupa jika dirinya tengah berbicara dengan orang yang salah.

"Maaf pak, saya nggak bermaksud kaya gitu." Ucap Gichel tidak enak. Raja tetap menatap wajah Gichel yang tengah panik, sebenarnya raja tidak masalah dengan jawaban Gichel. Karena itu memang kenyataan nya. Tapi, jika dipikir-pikir lagi sikap Raja pada Gichel tidak seperti biasanya. Pria itu jadi lebih leluasa dalam berekspresi dan berbicara, walaupun Gichel memiliki sikap yang kaku, tapi perempuan itu enak untuk diajak berdiskusi.

"Kalo nggak salah sih emang seperti itu, tapi kamu liat? Saya nggak dingin ke kamu." Ujar Raja terus terang pada perempuan itu. Gichel mengangguk sebagai tanggapan sebelum masuk kedalam mobil, " emang sih, pak Raja agak nyebelin." Gumam Gichel.

I Became The Protagonist's Secretary Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang