Bab 7

25.6K 2.5K 25
                                    

Sudah satu minggu Hana berada di dalam tubuh Gichel, dan sekarang lah waktu paling membahagiakan bagi para pekerja dan pelajar, hari minggu. Namun sayang, liburan nya saat ini harus terganggu karena jadwal chek up ke rumah sakit. Jadi pagi-pagi sekali Gichel sudah bersiap-siap untuk menemui dokter spesialis jantung untuk memeriksa kesehatan jantung nya, berhubung keadaan tubuh nya pun terasa tidak stabil selama seminggu ini.

"Halo dokter Susan? Saya Gichel, apa dokter sedang sibuk?" tanya Gichel saat sambungan telepon sudah terhubung.

"Akh... Gichel, saya sedang tidak sibuk. Apakah ini tentang masalah chek up kamu?"

"Iya." balas Gichel.

"Kalau begitu, datang saja kesini... saya baru saja menjalankan operasi, jadi sudah agak senggang." jawab dokter Susan.

"Kalau begitu, saya tutup telepon nya ya dok?"

"Iya-iya silahkan, saya tunggu ya." setelah itu sambungan telepon pun terputus. Gichel menatap jam yang berada di handphone nya sekilas sebelum bergegas pergi sembari menyambar kunci mobil di atas nakas. Setelah dari rumah sakit niat nya Gichel ingin berbelanja beberapa pakaian, skincare dan make up di mall. Jangan salah, bagi Gichel memperhatikan penampilan adalah yang paling utama.

Perempuan itu menghabiskan waktu dua puluh lima menit dari rumah nya menuju rumah sakit karena jalanan yang sedang padat, oleh karena itu saat sampai di parkiran rumah sakit, Gichel langsung buru-buru berjalan kearah ruangan dokter Susan.

"Permisi dok." sapa Gichel saat membuka pintu ruangan sang dokter.

"Gichel, silakan duduk. Bagaimana kabar kamu" Tanya dokter Susan saat pasien nya itu sudah duduk tenang di kursi seberang meja nya.

"Baik. Tapi, seperti biasa saya ingin chek up kondisi jantung saya." balas Gichel.

"Ok kalo gitu, kita muali ya? Apakah khir-akhir ini kamu masih merasakan sakit saat menarik nafas?" Tanya dokter Susan memulai sesi konsultasi nya. Hingga tidak terasa, berbagai prosedur chek up pun sudah di lakukan oleh Gichel. Perempuan itu hanya perlu menunggu hasil nya besok. Oleh karena itu tanpa menunggu waktu terbuang lama lagi, Gichel pun pamin untuk pulang pada dokter Susan karena memiliki urusan lain.

"Terimakasih atas waktu nya dokter, kalau begitu saya pamit." pamit Gichel.

"Tidak masalah Gichel, itu sudah menjadi tuga saya. Jangan lupa untuk tidak terlalu kelelahan, ingan juga untuk meminum obat mu dengan rutin ya." ucap doketer Susan.

"Sekali lagi terimakasih dok, permisi."

Saat ini Gichel tengah berkeliling mall besar di Jakarta. Berbekalkan google maps, perempuan itu pun sampai di tujuan. Ternyata dunia novel tak jauh berbeda dengan dunia nya sendiri, jadi dapat memudahkan Gichel untuk pergi kemana pun yang ia ingin kan. Seperti kebanyakan perempuan, Gichel pun mampir di toko skincare dan make up terlebih dahulu.

Dari waktu yang awal nya menunjukan pukul 11.15, sekarang sudah menunjukan pukul 12.30 akibat Gichel terlalu lama dalam memilih. Maklum lah, kaum perempuan memang seperti itu. Yang mereka butuh kan hanya seberapa, tetapi mencari nya sampai seluruh toko di putari. Setelah selesai mengelilingi toko make up. Gichel memilih untuk mampir terlebih dahulu ke cafe sekedar untuk menghilangkan haus di tenggorokan nya karena terlalu lama berkeliling.

"Mau pesan apa kak?" tanya seorang pelayan saat Gichel memanggil salah satu di antara mereka.

"Saya pesan satu cangkir green tea latte, satu potong chees cake dan vanilla ice cream ya mas." pesan Gichel dan mulai di tulis oleh pelayan tersebut.

"Baik kak, biar saya ulangi ya. Satu cangkir green tea latte, satu potong chees cake dan vanilla ice cream. Apa benar kak?" ulang remaja laki-laki yang saat ini tengah mencatat pesanan Gichel.

"Iya bener." balas Gichel.

"Kalau begitu, tunggu sebentar ya kak." setelah mengatakan itu, pelayan itu pun pergi meninggalakn Gichel untuk menyampaikan pesanan perempuan itu. Sepeninggal nya, Gichel pun mulai memeriksa handphone yang ada di genggaman nya. Setelah seminggu berada di tubuh ini, Gichel belum pernah membuka media sosial si pemilik tubuh. Oleh karena itu, sekarang lah waktu yang tepat karena kapan lagi perempuan itu libur. Banyak hal yang masih tidak Gichel pahami di dunia ini. Perempuan itu masih berpikir kalau ini hanya mimpi sekejap, yang bisa kapan saja dirinya bangun dan kembali seperti semula. Namun, seperti nya ini memang bukan mimpi. Biarlah, jika memang ini sudah takdir Gichel hidup di dunia novel ini maka dirinya akan menerima walau terasa sulit.

"Silakan di nikmati kak." Ucap pelayan tadi yang mencatat pesanan Gichel.

"Makasih."

Setelah itu, perempuan itu pun mulai menikmati makanan yang ada di depan dengan tenang selagi tangan nya sibuk menggulir handphone. Ternyata si pemilik tubuh tidak memiliki akun instagram, yang ada hanya Email dan segala kepentingan untuk memudahkan nya bekerja. Sudah terlihat sih dari gambarannya kalau perempuan itu tidak terlalu memiliki niat dalam sosial media.

"Gichel?" perempuan itu mendongak saat mendengar suara yang terasa familiar di telinga nya, bagaimana tidak familiar jika dirinya saja selalu ada di sebelah orang itu setiap saat.

Dengan kerutan yang nampak jelas di dahi nya, perempuan itu pun bembalas. "Ya pak?" tanya Gichel. Kenapa pria itu selalu ada dimana-mana sih, apa tidak cukup jika bertemu di kantor. Ini kan hari minggu, waktu nya untuk Gichel beristirahat dan bersenang-senang.

"Akh... benar ternyata, saya kira salah orang." ucap pria itu. "Boleh kami gabung?" lanjut Raja saat melihat Gichel hanya diam saja seraya menatapi nya. Belum sempat Gichel menjawab, perempuan di sebelah Raja menjawab. "Kamu apa-apaan sih? Kita kan mau nge-date berdua, kenapa malah gabung sama sekertaris kamu." kesal Natasha, perempuan yang sejak tadi diam di sebelah Raja.

"Tidak masalah, Gichel kan sudah kamu kenal. Jadi kita gabung sama dia aja" balas Raja seraya duduk di depan Gichel. "Kasian juga liat nya, orang-orang pada berpasangan. Sedangkan dia duduk sendiri." lanjut pria itu.

"Ekhem! Maaf mengganggu, tapi kaya nya saya nggak keberatan kalo duduk sendiri di sini pak." balas Gichel. Memang apa salahnya duduk sendiri, Gichel tidak merasa risih tuh. Malahan dengan kedatangan atasan nya ini malah membuat tidak nyaman Gichel.

"Nggak usah sungkan seperti itu Gichel. Karena kita ada di sini, sebaiknya kita makan bersama aja." seru Raja dengan tampang tenang nya tanpa memperdulikan ekspresi wajah kedua perempuan di sekitar nya.

"Kamu kok gitu sih, kenapa bukan di restoran aja! Disini terlalu ramai." kesal Nathasya.

"Itu terserah kamu, kalo mau pergi ya terserah. Itu bukan urusan saya." balas Raja.

"Pak, sebaik nya bapak ikuti saja kemauan nona Nathasya." saran Gichel yang kenyamanan nya mulai terusik oleh kehadiran mereka yang malah membuat beberapa orang memperhatikan. Suara Nathasya terlalu lantang, perempuan itu tidak melihat keadaan di sekitar nya dan terus mengoceh tanpa henti.

"Kamu ngusir saya?" Tanya Raja tidak percaya, matanya melotot kearah Gichel. "Saya atasan kamu kalo kamu lupa." lanjut pria itu.

"Tapi saat ini saya sedang libur pak, jadi mohon bapak jangan ganggu waktu saya." Delik Gichel tidak suka, wajah nya sudah benar-benar menunjukan kekesalan saat ini.

"Kalo kamu tau ini sedang libur, kenapa kamu bicara terlalu formal pada saya?" Tanya Raja.

"Pa-"

"Saya bukan bapak kamu, kenapa sedari tadi kamu selalu memanggil saya pak. Ini bukan jam kerja." Sela Raja sebelum Gichel kembali memanggil nya dengan sebutan pak.

"Terus saya harus panggil apa? Nggak mungkin kan saya manggi dengan nama bapak." balas Gichel sewot.

° ° °

Kalo part ini sampai 100 vote, aku double update ya

I Became The Protagonist's Secretary Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang