Bab 10

25.3K 2.3K 30
                                    

“Ini dia! Anak yang lupa sama rumah nya!”

Saat Raja dan dua bawahan nya baru saja masuk mansion besar itu, terdengar seruan yang dapat membuat orang-orang yang berada di ruang keluarga itu kaget. Suara nyonya Aditya memang tidak ada dua nya, mampu membuat anak laki-laki nya yang dingin itu tersentak kaget walau pun sudah melihat wujud sang ibu.

“Mih! Jangan kenceng-kenceng suara nya.” tegur pria paruh baya yang saat ini tengah membaca sesuatu di dalam laptop nya. “Maaf pih, mami terlalu kesel sama anak kamu itu!” jawab Emilda yang tak urung tangan nya pun menarik Raja anak nya untuk duduk.

“Kemana aja sih kamu? Lupa rumah ya!” kesal Emilda pada anak ke dua nya itu, karena terlalu sering tidak pulang ke rumah melebihi kakak laki-laki nya yang sudah berkeluarga. Anak ke dua nya ini benar-benar cerminan dari suami nya, walaupun begitu masih ada sisi diri nya yang di miliki oleh Raja anak nya. Jadi, dia tidak akan terlalu mempermasalahkan itu sekarang. Yang terpenting adalah bagaimana cara nya agar Raja bisa tinggal lebih lama di rumah ini.

Setelah mencapai usia legal nya dulu, anak nya ini langsung membangun perusahaan nya dari nol. Sebenarnya harapan mereka berdua ingin Raja membantu kakak laki-laki nya untuk mengurus rumah sakit milik keluarga, namun apa lah daya. Raja malah nekat keluar jalur dan membuat karier nya sendiri saat tengah kuliah. Pria itu dengan percaya diri berkata kepada mereka kalau nanti dia akan menjadi orang sukses dan orang pertama yang memiliki banyak perusahaan di keluarga Aditya yang hampir keseluruhan memilih profesi dokter dan menjadi direktur di beberapa rumah sakit besar milik mereka. Raja tidak pernah kekurangan apa-apa sejak dulu, malahan keluarga Aditya akan tetap menjadi orang terpandang walaupun Raja tidak mendirikan perusahaan nya dengan nama keluarga. Tapi, karena tekad anak itu kuat, oleh sebab itu lah mereka mengiyakan ke inginan Raja.

“Kak Raga juga ada disini?” tanya Raja tanpa memperdulikan pertanyaan ibu nya itu, saat dirinya masuk tadi tidak sengaja melihat mobil yang sering di gunakan Saga kakak nya terparkir di garasi.

“Iya, sama Syana dan anak nya. Tapi mereka istirahat sebentar, baru aja nyampe.” jawab Emilda. Pandangan wanita itu beralih ke arah Gichel dan Gilang. “Kalian kenapa masih berdiri? Sini duduk!” titah Emilda saat melihat mereka berdua hanya berdiri di dekat sofa.

“Terimakasih nyonya, tapi kami lebih baik seperti ini.” ucap Gilang dan di angguki Gichel.

“Ehh… jangan gitu, sini duduk! Kalian kan udah tante anggap keluarga. Gichel, sini duduk! Biarin aja Gilang, kalo lelah nanti juga akan duduk sendiri. Anak itu emang kaya gitu dari dulu.” ujar Emilda.

Gichel tersenyum canggung sembari menatap kearah Raja dengan tatapan meminta tolong. Seolah mengerti, Raja pun memegang tangan ibu nya itu dengan lembut.

“Mih, biarin mereka kaya gitu. Jangan buat mereka canggung.” pinta Raja.

“Loh? Malahan kamu yang jangan kaya gitu, emang nggak kasian liat mereka berdiri aja.” peringat Emilda pada anak nya. “Sudah waktu nya jam pulang, kalian boleh pulang sekarang! Saya akan menginap disini.” ucap Raja saat melihat jam yang menunjukan waktu nya pulang untuk mereka berdua.

“Raja! Jangan kaya gitu, biarin mereka ikut kita nakan malam duku baru pulang.” seru Emilda saat anak nya malah menyuruh mereka pulang.

“Mih, jangan paksa mereka!” tegur Saka, ayah dari Raga dan Saga.

“Nyonya, terimakasih atas ajakan nya. Bukan maksud saya menolak kebaikan nyonya, tapi saya masih ada urusan lain yang harus di kerjakan.” ucap Gichel tidak enak hati, perempuan itu sebenarnya tidak enak hati untuk menolak tawaran ibu dari atasan nya itu. Tapi karena dirinya pun ada urusan dan tidak enak terlalu lama di antara perkumpulan keluarga itu, jadi nya dia memilih untuk pulang saja.

“Saya juga nyonya, maaf karena sudah merepotkan anda.” sambung Gilang.

“Apa-apaan kalian ini, tante kan dulu udah bilang nggak usah terlalu formal sama tante. Jika kalian ada urusan tidak usah merasa tidak enak sama tante, siapa tau kalian mau ada ketemuan sama pacar kan. Takut nya tante malah ganggu.” ucap Emilda dengan nada becanda saat mengucapkan kata-kata terakhir.

“Terimakasih atas pengertiannya ny- tante, kalau begitu saya pamir pulang. Permisi semuanya.” setelah mendengar jawaban dari mereka, Gichel pun pergi di ikuti Gilang yang berpamitan pada atasan dan keluarga nya itu.

“Mau bareng?” tanya Gilang saat sudah berada di sebelah Gichel.

“Tidak usah pak Gilang, kebetulan sekali saya sudah memesan taxi online. Terimakasih atas tawaran nya.” tolak Gichel.

“Ya sudah, kalau begitu saya duluan ya!” setelah itu Gilang pun pergi menggunakan mobil Raja yang saat itu mereka tumpangi.

° ° °
Gichel merebahkan tubuh nya yang terasa nyeri di atas kasur, perempuan itu terus memandangi langit-langit kamar. Mencoba mengingat sampai mana alur novel yang diri nya masuki ini. Jika di lihat dalam keadaan sekitar, tidak ada yang menunjukkan ada nya adegan dalam novel. Entahlah, Gichel rasa sebentar lagi akan ada dimana dirinya masuk kedalam alur novel. Karena saat ini sudah sebulan dari terakhir Raja bertemu dengan Kania. Jika tidak salah ingat, seminggu dari sekarang itu waktu dimana atasan nya yang berperan sebagai protagonis pria akan mengurung diri di dalam kamar karena merasa tidak terima atas pernikahan Kania dengan pria lain selain dirinya. Tidak ada yang bisa menenangkan pria itu, sampai pada hari pernikahan tiba, Raja datang dengan keadaan yang tidak baik-baik saja. Pria itu jadi lebih sering mabuk, dan tidak mendengarkan omongan dari keluarganya.

“Seminggu lagi, dimana ending novel ini akan di tetap kan.” gumam perempuan itu. Apakah jika novel nya sudah tamat, Gichel bisa kembali kedunia nya? Bagaiamana keadan tubuh nya di sana. Pasti ayah nya sangat terpukul saat anak satu-satu nya ini kecelakaan, atau malah ayah nya sudah memiliki keluarga lagi. Pikiran Gichel semakin kemana-mana, perempuan itu bergerak tidak tentu arah karena rasa gelisah yang tidak menentu.

Apa lagi dengan masalah kondisi tubuhnya. Perempuan itu tadi sempat mampir kerumah sakit biasanya chek up, dan meminta janji dengan dokter Susan. Namun karena ada operasi, dokter setengah baya itu tidak bisa bertemu degan nya. Oleh karena itu, Gichel pun meminta dokter jantung lainnya untuk memeriksa keadaan nya. Dokter itu bilang, dia harus sesegera mungkin mencari pendonor jantung jika tidak ingin membuat kondisi nya semakin parah. Sama dengan apa yang dokter Susan katakan waktu itu pada nya. Tidak ada pilihan lain, jika Gichel ingin kondisi nya tidak memburuk, maka dia harus segera oprasi tlanspansi jantung.

Gichel menggerutu, kenapa hidup nya begitu sulit, apakah tidak ada cara lain untuk dirinya terus bertahan hidup tanpa oprasi. Jika hidup sesulit itu, kenapa diri ny malah di kirim kesini. Rasa kantuk mulai mendatangi nya, dan tanpa terasa mata itu pun terpejam.

° ° °

Tada... Aku udah double update ya...

Tembus 200 vote, malem ini aku up😂

I Became The Protagonist's Secretary Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang