Bab 13

23.7K 2.5K 55
                                    

Setelah pembicaraan mereka yang mengandung banyak emosi, kini pria itu tengah tiduran di atas ranjangnya sembari menyandarkan setengah tubuh nya pada kepala ranjang. Penampilannya tidak semengerikan tadi, pria itu sudah mandi dan mengisi perut nya. Saat ini Raja hanya memperhatikan sekertaris nya itu membersihkan kamar nya yang seperti kapal pecah bersama para pelayan. Ingatan nya kembali di saat perempuan itu menawarkan dirinya untuk di manfaat kan agar Raja dapat menghilangkan perasaannya pada Kania.

Raja tidak percaya jika perempuan kaku itu yang menawarkan hal seperti itu pada dirinya, jika itu Nathasya maka Raja tidak akan merasa aneh lagi. Tapi ini Gichel, sekretarisnya yang kaku dan sedikit membosankan.

“Bapak menginginkan sesuatu?” tanya Gichel saat melihat Raja terus menatap nya sejak tadi.

Raja mengernyit, pria itu mengangkat dagu nya pelan. “Ambil kan saya beberapa berkas yang harus di tanda tangani.” ucap pria itu setelah ingat jika berkas-berkas nya sangat menumpuk di atas meja kerja.

“Sebaik nya anda beristirahat untuk sementara waktu, semua tugas anda sudah saya dan pak Gilang tangani sebagian.” balas Gichel. " Bagaimana situasi kantor saat ini?" Tanya Raja setelah menuruti perkataan Gichel tadi agar tidak bekerja terlebih dahulu.

"Cukup baik, pak Gilang sudah menangani beberapa rapat penting yang seharusnya bapak hadiri."

Raja mengangkat sebelah alis nya, " kamu tidak sempat tidur?" Pertanyaan Raja yang tiba-tiba, membuat Gichel terdiam cukup lama. "Maksud bapak?"

"Kamu keliatan kucel, bawah mata kamu terlihat menghitam. Badan kamu juga terlihat lebih kurus. Apa dengan tidak adanya saya, kamu jadi tidak terurus?" Ujar Raja. Gichel tersenyum kaku, perempuan itu menahan kekesalan nya saat mendengar ucapan Raja barusan. Apa pria itu tidak berpikir, semua ini karena dia yang tidak hadir selama seminggu hingga membuat dirinya seperti ini.

"Tidak juga, baru-baru ini saya mendapatkan begitu banyak pekerjaan sampai lupa beristirahat." Sarkas Gichel. “Akh ya! Keluarga bapak sedang menuju kesini.” lanjut Gichel.

“Tadi nya saya akan memanggil dokter, tetapi kakak anda melarang nya. Beliau sendiri yang akan memeriksa anda.” ucap perempuan itu sembari menghampiri Raja yang sedari tadi hanya diam setelah mendengar balasan Gichel tadi.

“Pak Raja. Sebaiknya saya segera pulang, hari sudah malam.” lanjut perempuan itu.

“Kamu nggak mau nginep?” tanya Raja pada akhir nya.

“Seperti nya tidak, besok saya harus berangkat kerja kembali.” jawab Gichel seraya mengambil tas selempang nya di atas nakas pria itu.

“Tunggu sebentar lagi sampai keluarga saya sampai.” pinta Raja. Gichel mengangguk mau tidak mau, sebenarnya dia sudah sangat lelah. Tapi apalah daya, dia harus menyanggupi permintaan Raja yang satu ini. Dia juga tidak ingin sesuatu hal terjadi jika Raja di tinggal sendiri, akan lebih baik jika pria itu di temani keluarga nya. Itung-itung untuk mengistirahat kan diri nya sebentar dengan duduk tenang di kursi belajar pria itu.

Beberapa menit menunggu kehadiran keluarga Aditya yang rencana nya akan datang ke sini, akhir nya mereka pun datang. Dengan cepat Gichel berdiri dari duduk nya, perempuan itu mempersilahkan ibu dari Raja untuk duduk di tempat nya barusan.

“Raja, jangan seperti itu lagi! Kami khawatir sama kamu.” ucap Emilda dengan air mata yang berlinang di pipinya. “Maaf, karena nggak bisa ada di sisi kamu setiap saat.” lanjut wanita itu. Sedangkan Raja menggeleng pelang sembari memeluk ibu nya penuh penyesalan. “Ini bukan salah mami apa lagi yang lain nya, Raja yang salah disini karena nggak mau dengerin kalian. Maafin Raja karena terus membangkang sama mami.” balas pria itu.

“Sutt… jangan ngomong kaya gitu, mami nggak masalahin sikap kamu. Tapi kamu harus inget, jangan sekali-sekali membahayakan diri kamu seperti ini. Ada kami yang mau mendengar cerita kamu kalo kamu punya masalah.” ucap Emilda.

“Makasih mih.” jawab Raja dengan wajah sayu nya.

“Iya.” balas Emilda dengan tangan yang setia mengelus rambut putra nya itu.

“Udah belum peluk-pelukan nya? Apa masih mau lanjut?” sindir Raga pada sepasang anak dan ibu itu, pria itu berjalan menghampiri sisi ranjang sang adik.

“Pasti kamu sirik.” cibir Shaka.

“Enak aja, aku kan udah gede. Udah punya Syana sama Biby juga.” balas pria itu. “Ayo, mami geser dulu dong. Raja nya kan mau aku periksa dulu.” lanjut Raga.

“Heh! Nggak sopan banget jadi anak.” seru Emilda kesal pada anak pertama nya.

Setelah itu Raja pun mulai di periksa oleh Raga yang memang berprofesi sebagai dokter.

“Gichel, makasih ya karena udah urusin bayi besar tante. Kamu pasti capek banget sampai ada kantung mata nya gitu, sebaik nya kamu nginep di sini aja berhubung udah malem.” ucap Emilda saat melihat Gichel berdiri di sebelahnya.

“Tidak perlu repot-repot tante, saya akan pulang saja.” tolak Gichel dengan suara halus agar tidak menyinggung wanita itu. “ Terimakasih untuk tawarannya.” lanjut nya.

“Baiklah, tante nggak bakal maksa kamu. Tapi kamu harus pulang di anter supir ya, nggak boleh nolak pokok nya!” ucap Emilda.

“Terimakasih sekali lagi, kalau begitu saya pamit pulang semua nya.” balas Gichel sembari membungkukkan tubuh nya dan pergi meninggalkan kamar milik Raja. sedangkan, pria yang sejak tadi di jaga oleh Gichel, saat ini tengah menatap kepergian perempuan itu dengan pandangan yang cukup rumit.

Setelah meninggalkan keluarga yang saat ini tengah berkumpul itu, Gichel berjalan menuruni tangga. Saat mengingat nya entah kenapa malah membuat Gichel merindukan sang ayah yang berada di dunia asli. Dengan langkah gontai, perempuan itu terus keluar rumah milik Raja dengan kepala yang menunduk tanpa membalas sapaan para pelayan di sana.

° ° °

Gichel menghempaskan tubuh nya ke aras kasur, perempuan itu akan segera tidur saat ini. Tapi sebelum itu, alangkah baik nya jika Gichel meminum obat nya terlebih dahulu agar besok pagi saat dia bangun akan terasa lebih baik. Tidak ada harapan lagi untuk Gichel kembali pada dunia nya, apa lagi masih belum ada sedikit pun petunjuk jika tubuh Gichel di sana selamat dari kecelakaan. Ingin rasa nya berteriak seraya mengatakan kalau dia sudah tidak tahan, ingin menyerah saja. Tapi apalah daya, semua nya akan menjadi percuma.

“Kalo aku masih gini terus, ada kemungkinan aku bakal mati gara-gara penyakit ini.” gumam Gichel. Penyakit nya ini sudah sangat parah, dokter Susan pun sudah memberi tahu nya jika Gichel tidak secepat nya operasi transplantasi jantung maka perempuan itu tidak akan tahan dalam setahun. Sungguh kejam takdir untuk Gichel, sudah hidup sendiri dan sekarang dirinya malah di vonis tidak akan bisa bertahan hidup dalam setahun.

Sebenar nya ada keinginan untuk bertahan disini, tapi jika Gichel bertahan dan memperjuangkan hidup nya ini dan melakukan operasi jantung, maka akan sampai kapan dirinya menunggu jantung yang cocok untuk nya. Orang kaya pun tidak akan mudah mencari pendonor jantung, apa lagi Gichel yang bukan apa-apa di sini. Dia hanya sekertaris direktur utama dari Aditya’s Group, tidak ada yang istimewa dari profesi nya hingga harus di banggakan.

“Huftt… lama-lama cape juga mikirin kaya begituan.” Ucap Gichel pada dirinya sendiri. Setelah selesai meminum obat nya, perempuan itu pun langsung tidur dengan banyak pikiran yang menggantung di otak nya.

Malam itu menjadi saksi antara banyak nya pikiran yang ada di kepala perempuan itu, perempuan yang di berikan kesempatan hidup di dalam novel dan menggantikan si pemilik tubuh agar menempati tubuh nya yang memiliki penyakit Jantung sejak kecil.

° ° °

Thanks semua nya buat vote kalian kemarin, maaf kalo itu bikin beban karena aku minta vote.

Makasih juga buat dukungan kalian di cerita ini, aku jadi seneng baca komen kalian. Kalo misalnya kejar target vote susah buat kalian, aku bakal bikin jadwal update aja ya.

Seminggu aku bakal update 4 kali. Senin, Rabu, Jumat sama Minggu. Gimana menurut kalian? Komen ya!

I Became The Protagonist's Secretary Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang