"kalo ada apa-apa langsung telepon kita aja ya Raja?" Ucap Syana yang saat ini sudah berada di dalam mobil yang kini terparkir di basement mall.
"Jangan yang! Nanti dia malah ganggu waktu kita lagi!" Seru Raga.
"Mas..." Tegur Syana.
"Emang iya," gerutu Raga.
Raja tidak memperdulikan ucapan kakak nya itu, pria itu menatap Biby yang tengah tidur di pangkuan Syana sebentar sebelum menjawab ucapan Syana.
"Makasih udah bantuin saya Mbak, maaf udah ngerepotin Mbak Syana."
"Eh, kamu ini... Kaya sama siapa aja, kalo ada yang bisa kita bantu, kamu telepon atau langsung samperin kita aja. Tadi juga Mbak pilih-pilih barang nya sama Gichel." Ujar Syana. Wanita satu anak itu melirik Gichel dengan senyuman.
"Lain kali, kita belanja bareng ya Gichel?!" Ucap Syana.
Gichel membungkuk sedikit sebelum menjawab. "Iya Mbak, nanti kita belanja bareng."
"Awas loh lupa, nanti Mbak chat kamu ya. Biar bisa have fun bareng-bareng, kamu kalo udah deket seru juga." Ucap Syana dengan di iringi tawa kecil.
Mereka berdua jadi dekat, sebenarnya bukan Gichel yang mendekat kan diri, tapi Syana. Kakak ipar bos nya itu sangat ramah dan friendly, membuat Gichel bisa lebih santai saat bersama nya.
"Siap Mbak, aku tunggu kabar nya." Balas Gichel.
"Ya udah, kita duluan ya... Babay!" Pamit Syana.
"Raja, Gichel, kita duluan." Pamit Saga.
"Hati-hati dijalan." Balas Raja.
"Hati-hati di jalan Mbak, pak Raga."
Setelah melihat mobil mereka hilang di tikungan, Raja pun berjalan ke arah mobil yang terparkir tak jauh dari tempatnya sekarang.
"Ayo pulang, biar saya antar." Ucap Raja sebelum masuk kedalam mobil nya.
Gichel mengangguk, mau menolak pun percuma. Soal nya jarang ada kendaraan umum pada malam hari.
"Kalo hari ini saya mampir ke rumah kamu, boleh?" Tanya Raja saat mobil sudah berjalan membelah jalanan kota Jakarta. Sedangkan Gichel yang di tanya begitu tetap diam dengan perasaan kesal. Rasa lelah dan sakit di dada yang tadi siang pergi entah kemana, sekarang datang lagi saat mendengar ucapan bosnya itu. Sungguh, lelah dan ngilu di tubuhnya saat ini sampai membuat Gichel ingin membunuh orang di sebelah nya.
Raja melirik Gichel sekilas, pria itu mencibir saat tidak mendengar jawaban dari bawahan nya itu.
"Emang pada dasar nya, kamu itu nggak mau ajak saya ke rumah kamu." Ucap Raja.
Gichel hampir tersedak air liur nya sendiri saat mendengar cibiran sang atasan. Bisa-bisanya orang itu mengungkapkan ke tidak senangan nya di hadapan Gichel langsung.
"B-bukan gitu pak, saya nggak bermaksud kaya gitu. Cuman, nggak baik bawa orang yang bukan muhrim ke rumah malem hari." Balas Gichel dengan pandangan yang kemana-mana untuk menghindari tatapan Raja pada nya.
"Ya udah, nanti saya ke rumah kamu pas pagi nya."
"Lah? Kenapa harus pagi? Siang atau sore kan bisa pak!" Tanya Gichel. Sebenarnya mau itu pagi, siang, sore pun. Gichel tetap tidak ingin kalau Raja kerumah nya.
"Kalo pagi, saya bisa sepuasnya diem di rumah kamu." Balas Raja dengan pandangan santai.
Gichel menatap bos muda nya itu dengan pandangan aneh, apa maksud dari si jomblo itu sih! Bikin kesal saja.
"Kenapa natap saya kaya gitu? Nggak suka kamu?!" Ujar Raja. Pandangan pria itu tetap tertuju ke arah jalan yang lumayan ramai.
"Biasa aja." Gumam Gichel dengan nada kesal. Perempuan itu menyadarkan tubuh nya pada sandaran kursi mobil kemudian memejamkan mata nya karena terlalu lelah, satu minggu di beri pekerjaan menumpuk membuat kesehatan Gichel semakin menurun.
"Kamu lagi sakit? Muka kamu pucet." Ucap Raja di sela-sela keheningan yang terjadi di antara mereka berdua.
Gichel membuka matanya sedikit, " nggak, mungkin karena kelelahan." Balas perempuan itu dengan suara lemas.
"Tapi kamu udah kaya gitu dari satu minggu yang lalu. Mau mampir ke rumah sakit dulu?" Tanya Raja, terselip sedikit rasa khawatir dalam nada bicara nya.
"Nggak usah! Saya baik-baik aja pak, ini cuman kelelahan doang." Seru Gichel, perempuan itu juga sampai duduk tegak saat menjawab pertanyaan tersebut.
Sebelah alis Raja naik saat melihat respon Gichel yang seperti itu. "Beneran? Saya yang bayar tagihan nya."
"Hm! Bener, besok juga pasti sembuh." Balas Gichel cepat.
"Hubungi saya kalau ada sesuatu dengan kamu." Titah Raja setelah mobil yang di kendarainya berhenti di pekarangan rumah Gichel. "Ok, makasih untuk tumpangan nya, pak Raja." Setelah itu Gichel pun turun dari mobil milik Raja.
"Saya pergi dulu, jangan lupa minum obat agar kamu merasa lebih baik." Ujar direktur muda itu sebelum melajukan mobilnya pergi dari pandangan Gichel yang tampak sangat kuyuh.
"Hati-hati dijalan pak!" Seru Gichel sebelum mobil Raja benar-benar pergi dari pekarangan rumah.
° ° °
Tepat seperti apa yang Raja katakan saat malam itu. Kini, pria dengan setelan rapih itu tengah duduk di sofa ruang tamu milik Gichel. Pria itu datang pagi-pagi sekali di hari minggu ini sembari membawa sebuah paper bag ditangan nya.
Membuat pagi Gichel yang rencananya akan joging santai menjadi gagal total. Perempuan itu menatap Raja dengan tatapan aneh dan bertanya-tanya.
"Bapak ngapain ke rumah saya pagi-pagi?" Tanya Gichel dengan penasaran. Perempuan itu memperhatikan penampilan sang direktur yang sangat rapih dan wangi seperti biasanya, hanya saja kali ini, pria itu memilih tuksedo sebagai luaran kemeja putihnya.
Meminum teh nya sebentar, Raja pun menjawab. "Jangan bilang kamu lupa dengan kalo kita ada acara sore nanti." Balas Raja menyelidik. Gichel menggeleng pelan, "saya nggak lupa tuh, maka dari itu saya mau tanya. Bapak lupa kalo acaranya nanti sore?" Ucap Gichel.
"Saya sudah bilang, saya bakal bertamu ke rumah kamu dari pagi." Acuh pria itu, tidak memperdulikan tatapan tak percaya Gichel.
"Seriously? Ucapan bapak waktu itu beneran?" Tanya Gichel tidak percaya.
"Saya nggak pernah bercanda sama omongan saya." Balas Raja dengan tatapan mata yang tertuju pada perempuan itu.
"O-oh? Tapi saya nggak punya apa-apa buat jadi cemilan." Ucap Gichel tidak enak, pasalnya dirumah ini Gichel tidak pernah membeli camilan semacam itu demi kesehatan. Yang tersedia mungkin hanya buah-buahan dan sayur.
"Tapi kalo buah-buahan saya punya! Bapak mau?" Lanjut gichel cepat.
Raja menggeleng, pria itu menatap sekeliling rumah sang sekertaris. "Nggak perlu repot-repot, tapi kalo kamu berkenan, kamu bisa masakin sesuatu buat saya. Saya belum sarapan sebelum kesini." Balas Raja santai.
Gichel sampai tidak bisa berkata-kata saat mendengar nya. Pria yang di kenal dingin, tiran dan kejam ini ternyata tidak memiliki malu. Berani-beraninya datang kerumah sang sekertaris untuk menjarah isi kulkas miliknya.
"Ok, saya juga belum sarapan. Tapi saya nggak terlalu pandai masak, cuman bisa masak yang sederhana aja. Bapak nggak keberatan kan?"
"Nggak masalah, saya bukan orang pemilih soal makanan."
Setelah mengatakan itu, gichel pun mempersiapkan Raja untuk melihat-lihat sekitar rumah nya agar pria itu tidak merasa bosan. Sedangkan dirinya pergi ke dapur untuk memasak sesuatu.
° ° °
Hai... Aku udah update ya.
Tembus 1K vote cuss double update ya...
KAMU SEDANG MEMBACA
I Became The Protagonist's Secretary
FantasyEntah kenapa, setelah mengalami kecelakaan mobil yang mengakibatkan dirinya meninggal di tempat, membuat jiwa Hana Larasati berpindah ke tubuh perempuan berusia dua puluh dua tahun yang memiliki penyakit jantung sejak kecil. Perempuan itu bernama Gi...