Haris Alvian Nasution. Semua murid SMA Wira Kartika mengenalnya sebagai kapten basket yang memiliki skill yang tidak diragukan lagi dalam olahraga tersebut. Selain dikenal sebagai kapten basket, Haris—biasa orang memanggilnya, juga dikenal sebagai salah satu most wanted-nya Wira Kartika. Ketampanan yang dimilki, kelihaiannya bermain basket juga sederet prestasi di bidang itu tidak heran banyak gadis yang memujanya.
Sementara Nindhy Fadhillah Nayaka, dengan kepintaran yang dimiliki, juga titel 'anak jenderal' membuat dia juga banyak dikenal. Parasnya yang ayu khas gadis Jawa, membuat banyak laki-laki yang mendambanya. Hampir tiga tahun mengeyam pendidikan di Wira Kartika, sudah berkali-kali cowok yang menyatakan perasaannya. Namun, tidak ada satupun yang Nindhy sambut dengan jawaban 'iya'.
Sampai pertemuan tidak sengaja dengan Haris yang saat itu timnya kalah melawan rival sejati SMA Pancasakti. Itu bukan pertemuan pertama mereka sebenarnya. Hanya saja, saat itu menjadi momen pertama keduanya berada di jarak yang dekat. Saling menatap dan berinteraksi.
Nindhy memberikan support untuk Haris yang kalah dan sangat emosional saat itu. Haris menyambut baik support dari Nindhy. Lalu dari hari itu, keduanya menjadi dekat, akrab dan akhirnya jadian. Di tengah-tengah keramaian hari terakhir class meeting, setelah kelasnya memenangi pertandingan, Haris membawa Nindhy ke tengah lapangan. Bersimpuh dan menyatakan perasaannya.
Untuk pertama kalinya jawaban 'iya' itu keluar dari mulut Nindhy. Semua bersorak ikut merasakan sukacita pasangan yang sejak hari itu disebut sebagai pasangan yang fenomenal. Tampan dan cantik, sama-sama populer dan mahir di bidangnya masing-masing.
Dua bulan, masa jadian mereka. Yang jauh dari hal-hal indah layaknya pada umumnya orang pacaran.
Sampai akhirnya, hubungan itu berakhir. Tanpa sisa, tanpa air mata, tanpa kejelasan.
***
Suara deringan telepon berbaur dengan keseruan Haris dan teman-temannya bermain basket. Ia lantas menyingkir untuk menjawab telepon dari seseorang. Teman-temannya menyoraki karena mereka berpikir itu adalah Nindhy.
"Kenapa?" tanyanya dengan nada halus.
"..."
"Okey aku ke sana sekarang."
"..."
"Too ..." Haris kembali mengantongi handphonenya setelah telepon itu berakhir. Dia kemudian menghampiri temannya untuk berpamitan.
"Guys, gue mau ke kantin, nih. Ada yang mau ikut nggak?"
Sekitar lima teman Haris kompak menggelengkan kepalanya. Seakan mereka sudah sepakat atas keputusan itu. Haris yang melihatnya tak mengindahkan penolakan temannya. Palingan nanti juga akan menyusul seperti biasanya, pikir pemuda tampan itu.
"Mau pacaran masa kita-kita ikutan sih, capt," cetus laki-laki yang sedang memeluk bola basket.
"Yoii, yang ada jadi nyamuk, ya nggak gaes?" sambung temannya yang lain, meminta dukungan.
"Yoi, bro. Pacar pacaran aja, Ris. Lo kan tau kita-kita GGS!"
"Apaan tuh GGS?" tanya laki-laki yang seragamnya terlihat berantakan.
"Ganteng Ganteng Single, bro."
"Mantap!!"
Haris menggelengkan kepalanya sudah tidak mengerti lagi dengan kelakuan teman-teman basketnya itu. Yang jika bertanding seriusnya seperti hadiahnya naik haji jika menang tetapi kalau di luar pertandingan hobinya kalau tidak saling ejek ya nge-banyol.
Dirasa teman-temannya serius dengan jawabannya, Haris lalu pamit dan pergi dari sana. Meninggalkan kelima temannya yang lanjut bermain basket. Satu orang di antara kelima itu sesekali menatap kepergian Haris menuju kantin. Sampai wujud Haris hilang pun ia masih membisu dari tadi saat teman-temannya saling menggoda Haris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still, San!
General Fiction" ... pacarnya ngambekan, mending sama saya aja, Dek. Taruna loh saya, ganteng, gagah ... kurang apalagi coba?" "Taruna? Iiyeuhh ... sorry nggak minat!" tandas gadis yang dikenal paling ilfeel sama taruna/tentara/polisi/abdinegara. "Alah sok-sokan...