Still, San! - Chapter 5

458 36 2
                                    

Ruang Makan Husein,
Akademi Militer 12:15 WIB

Setelah melaksanakan apel siang seusai menunaikan ibadah shalat dhuhur bagi taruna muslim, seluruh taruna kemudian memasuki ruang makan Husein untuk makan siang sebelum lanjut dengan kegiatan belajar maupun kegiatan lain sesuai tingkatan mereka.

Sersan Adrian berdampingan dengan Sersan Nafi—salah seorang rekan satu kamarnya yang lain memasuki ruangan itu dengan memberi hormat sebelum masuk ke dalam. Mereka langsung menuju ke meja yang berada di barisan kedua dari depan. Sebelum duduk mereka juga memberikan hormat dan meminta izin pada senior yang sudah lebih dulu duduk di tempat tersebut.

Sermatutar Galang yang melihat kedatangan adik asuhnya, Sersan Adrian, langsung memintanya untuk duduk di dekatnya. Ada yang ingin dia bicarakan dengan Sersan Adrian.

"Bagaimana, Mayor?" Sersan Adrian berinisiatif untuk bertanya lebih dulu.

"Kamu habis ngerusuhin anak gubernur yang lagi pacaran malam minggu lalu, San?" Sermatutar Galang yang duduk di ujung sedikit mencondongkan badannya. Ia juga memelankan suaranya agar obrolan itu tidak didengar oleh juniornya yang lain.

Wajah Sersan Adrian terkejut. Terlalu kaget dan tidak menyangka seniornya membahas hal itu. Sementara itu, Sermatutar Galang yang melihat wajah juniornya itu terkejut langsung mengeluarkan tawa kecilnya. "Nggak usah kaget gitu, San, saya dikasih tau Sersan Nanda," katanya serta merta membuat Sersan Adrian membatin.

Niatnya gue mau laporin ke-cemenan mereka, eh udah keduluan Nanda. Ember banget tuh bocah, batinnya menggerutu.

"Jadi bener, San?"

"Siap, bener, Mayor," sahut Sersan Adrian.

"Kenapa? Naksir?" tembak Sermatutar Galang tepat sasaran. Meskipun demikian tetap saja itu membuat Sersan Adrian kembali terkejut part dua.

"Siap, Mayor, saya memang naksir sama dia. Cantik, Mayor. Tipe saya banget."

Kalau sudah tertangkap basah kenapa tidak sekalian menceburkan diri? Itu yang saat ini Sersan Adrian lakukan. Baginya pun Sermatutar Galang sudah seperti Abangnya—tidak sebatas saat di Akmil saja, tetapi lebih dari itu. Dia juga sering curhat dengannya. Jadi tidak ada yang perlu disembunyikan.

"Kejujuranmu itu loh, San, pengen saya apresiasi setinggi-tingginya." Sermatutar Galang terkekeh geli. "Sudah kenal dia dari kapan? Perasaan kamu nggak terlalu ngikutin update cewek-cewek yang jadi incaran taruna deh."

"Izin petunjuk, Mayor?" tanya Sersan Adrian dengan kebingungan di wajahnya.

Namun tanyanya itu tidak langsung dijawab Sermatutar Galang. Nampaknya makan siang akan dimulai dengan laporan dari petugas yang diterima oleh Komandan resimen. Karena setelahnya lonceng di depannya dibunyikan sebagai tanda untuk berdoa. Berselang beberapa saat Komandan resimen yang duduk paling tengah itu kembali membunyikan loncengnya, kali ini sebagai tanda bahwa makan siang itu sudah dimulai.

"Silahkan makan secukupnya, tidak usah berlebihan."

Setelah mendapat izin dari senior paling tinggi, mereka yang terdiri dari empat tingkatan, Sermatutar, Sermadatar, Sertar, serta Kopral yang seluruhnya berjumlah 13 taruna itu mulai mengambil nasi dan lauk di meja lalu memakannya dengan lahap seperti orang kelaparan. Maklum meski baru setengah hari, tapi kegiatan yang mereka lakukan cukup padat dan tidak hanya mengurus otak tapi tenaga juga.

"Izin, Mayor ... maksud Mayor yang tadi itu apa?" tanya Sersan Adrian ketika Sermatutar Galang terlihat sedang mengambil nasi.

Sermatutar Galang lantas menaruh empat centong yang diambilnya ke piring Sersan Adrian yang masih kosong. Kemudian ia berujar penuh canda, "makan dulu, Sersan. Saya tahu, naksir dan muji cewek itu butuh tenaga."

Still, San!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang