Still, San! - Chapter 25

363 40 2
                                    

"Bhre!"

Pemuda berseragam putih abu menoleh ke belakang saat namanya dipanggil oleh seseorang. Bhre—atau teman-temannya memanggilnya Inu, berdecak gemas melihat Nindhy setengah berlari menghampirinya dari gerbang sekolah.

"Ngapain lari sih, Nin? Kan aku nungguin di sini." Inu membuka suara saat Nindhy sudah tiba di depannya.

"Pengen aja." Mereka melangkah bersama menuju kelas. "Btw, tumben nggak bareng Selica, Nu?"

"Selica piket hari ini makanya berangkat duluan," jawab Inu.

Nindhy beroh ria, tak lagi mengajukan pertanyaan lagi. Pun biasa saja saat ia merasa Inu sedang menatapnya tanpa jeda.

"Kemarin bilangnya capek banget habis diajak pergi Kak Aksa. Tapi aku lihat-lihat muka kamu nggak ada keliatan capek, Nin. Malah yang ada muka kamu sumringah gitu. Dari tadi juga nyengir terus."

"Emang iya, Nu?" Nindhy menoleh.

Inu mengangguk, "jelas banget kamu kalau lagi seneng, Nin," bebernya.

"Semalam habis dinner sama Adrian, Nu. Terus pas pulang dikasih buket ferrero rocher. Ini aku bawa empat buat kamu sama Selica dua-dua."

"Pantesan kelewat happy!"

Nindhy terkekeh malu. Salahkan Adrian yang membuatnya tidak berhenti senyum dari semalam. Bahkan meskipun sudah menghabiskan banyak waktu dua hari kemarin bersama Adrian, di mimpinya pun Adrian datang dan memberikan kebahagiaan tak henti.

Inu dan Nindhy sampai di kelas. Mereka masuk dan menaruh tas di meja masing-masing. Namun mereka tidak mendapati Selica. Hanya ada tas di kursi sebelah Nindhy.

"Selica kemana?" tanya Nindhy seperti bergumam.

Nindhy duduk dan berniat menelepon Selica untuk menanyakan keberadaannya. Baru dering pertama berbunyi, orang yang dicari muncul. Selica tergopoh menghampiri Nindhy sementara Nindhy membatalkan panggilannya.

"Aku baru mau telepon kamu, Sel." Nindhy mengubah posisi menghadap Selica. "Kamu dari mana tadi?"

"Toilet, Nin. Selesai sapu depan kelas itu tadi tiba-tiba pengen pipis."

Nindhy hanya menggelengkan kepalanya menanggapi alasan Selica. Nindhy membuka tas dan mengambil empat cokelat yang ia maksud tadi. Cokelat pemberian Adrian semalam. Adrian paling tahu apa yang Nindhy suka. Cokelat salah satunya.

"Cokelat buat kamu, Sel."

"Wah, makasih, Nindhy! Mahal ini."

"Dikasih Adrian semalam. Banyak tapi kalian aku kasih dua-dua aja ya biar nggak cepat habis. Biar aku ingat terus kalau cokelat kesukaan aku ini yang kasih Adrian."

Nindhy membagi dua cokelat terisa untuk Inu. "Ini buat kamu, Nu."

"Nindhy udah bucin mampus sama Adrian, Nu," celetuk Selica meminta dukungan Inu.

"Biarin, Sel, asal Nindhy senang." Inu menerima sodoran cokelat dari Nindhy. Setelah mengucap terimakasihnya, Inu fokus lagi ke Selica. "Kita harus dukung hubungan Nindhy sama Adrian, Sel, karena dengan gitu kita kecipratan senengnya. Ya kaya ini, Sel, dikasih cokelat mahal!"

"Bener, Nu. Kita kawal sampai halal!"

"Ih kalian ini, kaya nggak sering beli cokelat setipe ini aja!" sahut Nindhy.

"Gratis lebih enak, Nin, iya nggak, Sel?"

Selica mengangguki pertanyaan Inu. "By the way, Nin, tawaran jadi ikon class meeting gimana, kamu terima?"

Still, San!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang