Still, San! - Chapter 29

383 50 4
                                    

Wira Kartika, class meeting hari terakhir.

Suasana Wira Kartika berkali-kali lipat lebih ramai dari sebelumnya. Semua berkumpul di lapangan basket outdoor. Menyaksikan partai puncak antara Wira Kartika dan Pancasakti. Lagi-lagi kedua tim basket tersebut bertemu di final untuk merebutkan gelar juara.

Nindhy memutuskan pergi dari sana ketika berhasil menyelesaikan tugas terakhir sebagai ikon class meeting. Dia tidak tertarik untuk ikut menonton pertandingan penuh gengsi tersebut. Nindhy hanya ingin pulang. Pikirannya sekarang sudah melanglang jauh membayangkan liburan akhir tahun yang seru bersama Adrian.

Ruang Osis adalah tempat yang dituju Nindhy untuk beristirahat. Hampir semua ruang kelas di lantai dua termasuk kelasnya, dikunci oleh panitia agar para murid turun dan menonton pertandingan di bawah. Ruang Osis sepi saat Nindhy masuk. Hanya ada dirinya. Tak hiraukan hal itu, Nindhy memilih mendudukan dirinya di salah satu kursi di sana.

Menyumpal airpods di telinga lalu memutar lagu. Nindhy menikmati alunan lagu sembari berselancar di sosial medianya.

Sampai beberapa saat kemudian, ketenangan Nindhy berubah menjadi ketegangan saat pintu bergerak dibuka dari luar dan sosok Haris muncul. Tanpa dipersilahkan ia masuk dan berjalan mendekat ke kursi Nindhy.

Hanya sebentar saja Nindhy melihat Haris. Setelah itu ia memilih mengabaikan. Meski di dalam hatinya, Nindhy ingin ikut memangkas jarak dan memberi tamparan keras di pipi Haris.

"Nin ..." Haris sampai di depan Nindhy.

Nindhy abai.

Haris memutuskan duduk di samping Nindhy. "Nindhy?"

Masih tak mengubris. Kali ini Nindhy langsung berdiri dan memilih pergi.

"Please dengerin aku, Nin. Aku minta maaf sama kamu!" ucap Haris. Berhasil menghentikan langkah Nindhy.

Haris melangkah mendekat. Ia kini berhadapan dengan Nindhy. Raut tak acuhnya menyesakkan dada Haris. Sekarang ia sadar, tatapan itu yang akan selalu diterimanya. Bukan lagi tatapan lembut yang dulu ia abaikan.

"Aku minta maaf, Nin. Aku tau aku salah dan nyakitin kamu. Dulu ataupun sekarang." Haris menahan sesak.

Nindhy membalas dengan tersenyum hambar. "Aku salah apa sih sama kamu, Ris? Sampai kamu tega jadiin aku bahan taruhan kamu sama Dion? Kalaupun emang ada ... nggak seharusnya kamu mainin hati aku, Ris. Hati aku bukan mainan."

Haris mengangguk penuh sesal. "Kamu nggak punya salah apapun. Aku yang salah, Nin. Aku yang bodoh mainin hati kamu. Sorry, Nin. Aku khilaf."

"Bukan cuma bodoh." Nindhy menipiskan bibirnya. "Kamu juga nggak tau diri, Ris. Cowok jahat yang mainin hati dua perempuan sekaligus! Aku juga bodoh sih. Bisa-bisanya dulu aku terima cowok yang udah punya pacar. Bodoh!"

"Aku marah banget sama kamu, Ris! Rasanya mau maafin kamu aja susah. Karena kamu jadiin aku taruhan kamu sama Dion. Boleh nggak sih aku nampar kamu? Walaupun sakitnya nggak sebanding sama hati yang udah kamu sakiti ini?" Nindhy juga menahan sesak. Mengetahui hubungan ia dan Haris dulu terjadi karena sebuah taruhan. Bukan karena saling suka. Parahnya Nindhy bisa dibilang menjadi selingkuhan! Bagaimana bisa Nindhy tidak semakin kesal dan marah dengan laki-laki yang memakai jersey basket Wira Kartika beserta headband di kepalanya itu.

"Tampar, Nin. Tampar sepuasnya." Haris memiringkan wajahnya. "Kalau ini bisa buat kamu puas dan mau kasih maaf ke aku," lanjut Haris.

Plak!

Nindhy memejamkan mata dan tangannya gemetar setelah menampar pipi kiri Haris. Tetapi ... ia puas sekali.

"Setelah ini, jangan ganggu aku lagi. Anggap aja kita nggak saling kenal!" ujarnya.

Still, San!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang